Jumat, 29 Januari 2021

(Ngaji of the Day) Apakah Najis Hukmiyyah Berlaku pada Najis Mughallazhah?

Pertanyaan:


Assalamu 'alikum wr. wb.

Redaksi NU Online, lantai rumah kami terinjak anjing. Jejak kakinya sudah mengering dan terhapus di lantai rumah. Apakah cara menyucikannya dapat disamakan cara menyucikan najis hukmiyyah (najis yang sudah tidak tampak)? Mohon jawabannya sehingga menghilangkan keragu-raguan tersebut. Terima kasih. Wassalamu ‘alaikum wr. wb.

 

Wahyu

 

Jawaban:

 

Wassalamu ‘alaikum wr. wb.

Penanya dan pembaca yang budiman. Semoga Allah memberikan rahmat-Nya kepada kita semua. Najis pada benda suci karena kontak langsung dengan anjing terbilang najis mughallazhah dalam pandangan mazhab Syafi’i.

 

المغلظة نجاسة الكلب والخنزير والمتولد منهما أو من أحدهما ولا يطهر محلها حتى يغسل سبع مرات إحداهن مخلوطة بالتراب الطهور ولا يكتفي بالسبعة إلا إن زالت عين النجاسة بالمرة الأولى. فإن زالت بغير الأولى فجميع الغسلات السابقة على زوالها يحسب مرة واحدة

 

Artinya, "Mughallazhah adalah najis anjing, babi, turunan keduanya, atau turunan salah satu dari keduanya. Tempat najis mughallazhah tidak menjadi suci sebelum dibasuh sebanyak 7 kali yang salah satunya dicampur dengan debu yang suci. tujuh basuhan tidak cukup jika zat najisnya tidak hilang pada basuhan pertama. Tetapi jika zat najisnya hilang bukan pada basuhan pertama, maka semua basuhan sebelumnya dalam menghilangkan najis tersebut dihitung satu basuhan," (Syekh M Hasbullah, Riyadhul Badi’ah, [Indonesia, Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah: tanpa tahun], halaman 27).

 

Adapun benda suci yang terkontaminasi dengan najis anjing yang sudah tidak tampak bekasnya tetap dihukumi najis mughallazhah yang mengharuskan tujuh kali pembasuhan. Ia tidak dapat dihukumi sebagai najis hukmiyyah karena najis hukmiyyah berlaku untuk tingkatan najis mutawassithah, satu tingkat di bawah najis mughallazah, yang menuntut penanganan berbeda.

 

والمتوسطة تنقسم على قسمين عينية وحكمية. العينية التي لها لون وريح وطعم فلا بد من إزالة لونها وريحها وطعمها. والحكمية التي لا لون ولا ريح ولا طعم يكفيك جري الماء عليها

 

Artinya, “Najis mutawassithah terdiri atas dua jenis, ‘ainiyyah dan hukmiyyah. Najis ainiyyah adalah najis yang memiliki warna, aroma, dan rasa sehingga warna, aroma, dan rasanya harus dihilangkan. Sedangkan najis hukmiyyah adalah najis yang tidak mengandung warna, aroma, dan rasa. Kamu cukup menyiram air di atasnya,” (Syekh Salim bin Sumair, Safinatun Naja pada hamisy Kasyifatus Saja, [Indonesia, Maktabah Al-Aidrus: tanpa tahun], halaman 45).

 

Terkait pertanyaan di atas, penanya harus memperlakukan najis mughallazhah pada lantai yang terinjak kaki anjing yang dan bekasnya telah terhapus dengan cara penyucian pada najis mughallazhah pada umumnya, yaitu tujuh pembasuhan dalam pandangan mazhab Syafi'i, mazhab kebanyakan orang Indonesia.

 

المغلظة تطهر بسبع غسلات بعد إزالة عينها إحداهن بتراب

 

Artinya, “Najis Mughallazhah dapat menjadi suci dengan tujuh basuhan setelah menghilangkan zat najisnya yang salah satu basuhannya dengan tanah,” (Syekh Salim bin Sumair: 44).

 

Demikian jawaban singkat kami, semoga bisa dipahami dengan baik. Kami selalu terbuka untuk menerima saran dan kritik dari para pembaca.

 

Wallahul muwaffiq ila aqwamith thariq,

Wassalamu ’alaikum wr. wb.

 

Alhafiz Kurniawan

Tim Bahtsul Masail NU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar