Tembang 'Tombo Ati' Diracik dari Syekh
Ibrahim Al-Khawas
Islam, begitu lekat dengan Nusantara.
Sekarang saja, Indonesia menjadi negara terbesar penduduk beragama Muslim.
Namun hebatnya, hal itu tidak membuat Indonesia lantas mengubah citranya
menjadi "kearab-araban".
Memang, Islam dibawa Rasulullah Muhammad
salallahu 'alaihi wasallam yang berkebangsaan Arab. Namun, Islam di Nusantara
bisa menyatu dengan santun dengan budaya lokal yang tak bertentangan dengan
Islam.
Hal ini tentu tak lepas dari peran seorang
dai sejati. Adalah Wali Songo yang merupakan cikal bakal kebesaran islam di
Nusantara. Mereka paham betul dengan firman Alah dalam Surah An-Nahl ayat 125:
اُدْعُ
اِلَى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ...
Artinya: "Dan serulah (manusia) ke jalan
Tuhanmu dengan Hikmah (kebijaksanaan) dan nasehat yang baik"
Oleh karena itu, mereka tidak semena-mena
dalam berdakwah. Salahsatu bukti dari kebijaksanaan mereka tercermin apik lewat
sejarah tembang "Tombo Ati" gubahan Sunan Bonang.
Ya, sudah menjadi tradisi Nusantara,
khususnya orang jawa. Adalah menyusupkan pelajaran-pelajaran tentang peri
kehidupan lewat lagu. Hal itu bukan tanpa sebab, melainkan telah terbukti bahwa
cara tersebut lebih mudah dipaham dan dihafal oleh masyarakat nusantara.
Sehingga, merasuknya nasihat akan lebih cepat
ke dalam hati dan keberhasilan dakwah pun berpeluang besar. Inilah kutipan teks
tembang "Tombo Ati" oleh Sunan Bonang:
“Tombo ati iku limo perkarane
kaping pisan moco Qur’an lan maknane
kaping pindo shalat wengi lakonono
kaping telu wong kang sholeh kumpulono
kaping papat kudu weteng ingkang luwe
kaping limo dzikir wengi ingkang suwe
salah sawijine sopo biso ngelakoni
mugi-mugi Gusti Allah njembatani”
Ternyata, tembang tersebut dibuat bukan asal
mengarang, melainkan senada dengan perkataan Syekh Ibrahim Al-Khawash
radhiyallahu 'anhu yang termaktub jelas dalam kitab At Tibyan fi Adabi
Hamalatil Quran karya Syaikh Abi Zakariya Yahya bin Syarafuddin An Nawawi As
Syafi'i. Dalam kitab tersebut dijelaskan:
وقال
السيد الجليل ذو المواهب والمعارف, إبراهيم الخواص رضي الله تعالى عنه: دواء القلب خمسة: قرأة القرأن بالتدبر, وخلاء البطن, وقيام
الليل, والتضرع عند السحر, ومجالسة الصالحين.
Artinya: Telah berkata tuan mulia yang
memiliki beberapa karunia dan ilmu kemakrifatan, Ibrahim Al Khawash Radiyallahu
ta'ala 'anhu: 'Obat hati itu ada lima: mambaca Quran dengan bertadabbur
(memikir-mikir) makananya, mengosongkan perut (puasa), menegakkan malam (dengan
beribadah), berdzikir khusuk di waktu sahur, dan bergaul dengan orang-orang
sholih.'
Demikianlah Islam Nusantara, Islam yang
santun. Sudah tidak saatnya lagi untuk memperdebatkan: mana dalilnya? Apakah
Rasul juga melakukannya? Dan lain sebagainya. Yang perlu disadari dan
digarisbawahi adalah bahwa Islam di Nusantara telah dibawa oleh orang-orang
pilihan Allah. Para kekasih Allah, waliyullah. Para Wali Songo. Yang tentu,
tidak diragukan lagi tingkat kealiman dan keihlasannya dalam berdakwah.
Kalaupun toh kita merasa belum menemukan
dalilnya, berhusnudzanlah, itu berarti memang ilmu kita yang memang sedikit
sekali. Percayalah! []
(Ulin Nuha Karim/Abdullah Alawi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar