Selasa, 28 Juni 2016

Kang Komar: Membalas Penghormatan



Membalas Penghormatan
Oleh: Komaruddin Hidayat

Jika ada orang memberikan penghormatan, sapaan atau greeting, Alquran mengajarkan agar kita membalasnya dengan balasan lebih baik, atau sedikitnya setimpal (lihat Alquran 4:86). Dalam Alquran digunakan kata tahiyyah yang artinya sapaan penghormatan yang kadang dihubungkan dengan kalimat doa. Sebagaimana ucapan salam ketika bertemu teman atau memulai pidato.

Sapaan berupa greeting ini sifatnya universal. Bangsa manapun memiliki formula ucapan yang populer dan baku. Makanya ketika kita berkunjung ke sebuah negara, dianjurkan mengenal dan menghafal sapaan persahabatan ini.

Dalam bahasa Indonesia terdapat ungkapan, misalnya, selamat pagi, selamat siang, selamat sore, selamat malam, selamat tidur, selamat makan, dan lain sebagainya. Alquran mengajarkan agar kita membalasnya dengan ucapan setimpal, atau lebih baik.

Biahsana minha aw rudduha. Tradisi ini sudah berlangsung lama di tanah air. Ketika seseorang hendak memulai memberi sambutan atau pidato, umumnya diawali dengan ucapan salam sesuai dengan tradisi yang berlaku.

Karena mayoritas rakyat Indonesia beragama Islam, siapapun orangnya dan apapun agamanya, umumnya memulai pidatonya dengan Assalamu 'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh. Semoga keselamatan dan berkah Allah terlimpah padamu. Para pendengar pun dianjurkan membalasnya.

Kalau saja penghormatan itu keluar dari hati yang tulus, muncullah sebuah aura dan energi positif dan damai dalam majelis itu sehingga mengusir emosi kebencian dan permusuhan, layaknya cahaya terang mengusir kegelapan. Sebutan dan nama Allah sesungguhnya tidak ekslusif milik umat Islam.

Ayah Nabi Muhammad saw. bernama Abdullah, menunjukkan sebutan Allah sudah dikenal sebelum kerasulan Muhammad saw. Jadi, jika Allah yang dimaksudkan adalah Tuhan pencipta semesta ini, semua agama akan menerimanya.

Yang berbeda adalah konsep ketuhanan dan doktrin keyakinan serta ritualnya. Jika ada orang non-Muslim mengucapkan salam atau greeting yang lazim dipakai dalam tradisi Islam, bisa saja disikapi secara positif. Berarti dia tertarik dan menghormati tradisi ajaran Islam. Dan lagi tak ada larangan orang meniru terhadap tradisi yang baik.

Rasulullah itu diutus bukan saja mendoakan masyarakat Arab yang kafir kala itu, bahkan juga mencintai dan membimbing mereka ke jalan kebaikan dan keselamatan. Rasulullah selalu mendoakan kaumnya agar mendapat hidayah Ilahi.

Rasulullah berdakwah dengan penuh kesabaran dan cinta kasih. Jadi, satu di antara etika Alquran bukan saja membalas penghormatan dengan penghormatan balik setimpal, melainkan mendoakan dan berbagai kasih sebagai sesama hamba Tuhan.

Alquran secara tegas melarang membenci seseorang karena alasan etnis, karena keragaman etnis itu ciptaan Tuhan, bukan rekayasa manusia. Kita juga tidak boleh memusuhi orang karena berbeda keyakinan.

Lakum dinukum waliyadin. Bagimu agamamu, bagiku agamaku.

Nanti di akhirat Allah yang akan menimbang dan mengadili keimanan dan amal kita masing--masing. Paling jauh yang kita minta dari sesama kita adalah agar berbuat baik, jangan membuat kerusakan di muka bumi, dan merampas hak-hak orang lain. Urusan iman biarlah Allah yang menjadi hakimnya. []

TRIBUNNEWS, 22 Juni 2016
Prof Dr Komaruddin Hidayat | Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar