Bukan
karena Ramadhan Allah Mengampuni
Oleh: KH.
A. Hasyim Muzadi
Ya…bukan
karena Ramadhan, lalu Allah SWT mengampuni dosa, kesalahan dan khilaf
para hamba-Nya. Sering kita memberi perspektif sederhana terkait ampunan di
bulan suci. Seakan-akan di luar bulan itu, pintu ampunan Allah tertutup
sebagian dan terbuka sebagian lainnya. Padahal Allah bersifat Mahapengampun.
Ampunan-Nya disiapkan untuk siapa saja yang memintanya. Secara maknawi
ampunan Allah datang tanpa “tergantung.”
Allah
memberi, menganugerahi, mengaruniai apa saja kepada siapa saja tanpa tergantung
kepada siapa dan kepada apapun. Allah menguasai segala kewenangan karena Dia
Penguasa Semesta dan seisinya. Ampunan, kasih dan sayang-Nya kadang jatuh pada
orang yang nyaris sepanjang hidupnya berisi kemaksiatan. Sering dalam beberapa
riwayat kita baca, amarah-Nya justeru jatuh pada orang yang dalam
pandangan kita akan mendapat surga.
Sekali-kali
mari kita gunakan perspektif terbalik mengenai ampunan Allah. Bagaimana kalau
kita memberi makna lain dengan merenung ; bukankah jika Dia berkenan dan
berkehendak, ampunan-Nya akan turun untuk siapa saja? Jadi, karena di bulan
Ramadhan Allah menyiapkan beragam kebaikan, maka semua hamba-Nya berharap agar
dapat bertemu dengan bulan itu. Bagaimana caranya agar kita dapat bertemu
Ramadhan?
Dalam
beberapa jam ke depan, Ramadhan akan datang. Ia datang seperti biasanya. Ia
membawa kabar gembira. Berlimpah janji-janji kebaikan. Berlipat-lipat pahala
disiapkan. Bahkan di bulan itu, terdapat satu malam yang kebaikannya lebih baik
dari seribu bulan—khairun min alfi syahrin. Kebaikan seribu bulan itu,
melampaui hitungan usia rata-rata ummat Nabi Muhammad SAW. Nabi memberi kiat
khusus kepada ummatnya di bulan ini.
Tapi yang
utama adalah bagaimana agar kita dapat bertemu Ramadhan? Kebaikan Allah SWT,
demikian ajaran Islam yang dapat kita pahami, biasanya datang setelah ampunan
dari Allah. Karena Ramadhan merupakan lumbung yang setiap tahun dibuka
pintunya, maka orang-orang yang berharap dapat mengetam kebaikan, mesti
memiliki tiket. Tiket itu adalah ampunan dari Allah kepada kita. Tanpa ampunan,
kita tak akan bisa memasukinya.
Masih
tersisa satu hari. Inilah hari terakhir bulan Sya’ban. Bulan “milik”
Rasulullah, seperti sabda-Nya ; “Rajab shayrulLah, Sya’ban syahri wa Ramadhan
syahru Ummati—Rajab bulan Allah, Sya’ban bulanku dan Ramadhan bulan milik
ummat.” Mari memperbanyak amal kabajikan agar kita memeroleh ampunan Allah.
Amal saleh dalam segala makna dan bentuknya. Amal ritual dan amal sosial.
Dua-duanya tanpa dipisahkan.
Bukan
rajin berdzikir tetapi rajin pula menyakiti hati tetanga. Bukan rajin salat
tapi rajin juga makan riba. Bukan rajin khatam quran tapi rajin juga main
timbangan. Sebab, demikian keyakinan kita, kalau Allah mengampuni, maka kita
akan bertemu Ramadhan. Hanya mereka yang memeroleh ampunan-Nya sajalah yang
akan bisa bertemu bulan yang selalu dirindukan ini. Tentu dalam sebuah
pertemuan yang sangat membahagiakan.
Sebab,
ada sebuah pertemuan yang akhirnya berujung nestapa. Ada pertemuan yang sering
berakhir sesal. Pertemuan dengan Ramadhan tidak seharusnya berakhir demikian.
Agar kita benar-benar dapat memeroleh keberkahan, maka sebaiknya kita tidak
mengabaikan pesan dan ajaran Rasulullah. Melalui riyawat yang agak panjang,
Ibnu Khuzaimah melaporkan pidato Nabi menyambut datangnya bulan Ramadhan.
Inilah
petikan pidato yang sangat menyentuh itu. “Wahai manusia ! Sungguh telah datang
pada kalian bulan Allah dengan membawa berkah rahmat dan maghfirah. Bulan yang
paling mulia disisi Allah. Hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama.
Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama. Jam demi jamnya adalah
jam-jam yang paling utama. Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tamu Allah
dan dimuliakan oleh-NYA.”
“Di bulan
ini nafas-nafasmu menjadi tasbih, tidurmu ibadah, amal-amalmu diterima dan
doa-doamu diijabah. Bermohonlah kepada Allah Rabbmu dengan niat yang tulus dan
hati yang suci agar Allah membimbingmu untuk melakukan shiyam dan membaca
Kitab-Nya. Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah di bulan yang
agung ini. Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu di hari kiamat.”
“Bersedekahlah
kepada kaum fuqara dan masakin. Muliakanlah orang tuamu, sayangilah yang muda,
sambungkanlah tali persaudaraanmu, jaga lidahmu, tahan pandanganmu dari apa
yang tidak halal kamu memandangnya dan pendengaranmu dari apa yang tidak halal
kamu mendengarnya. Kasihilah anak-anak yatim, niscaya dikasihi manusia
anak-anak yatimmu. Bertaubatlah kepada Allah dari dosa-dosamu.”
Rasul
masih melanjutkan dengan kata-kata yang penuh gairah agar kita rajin beribadah.
“Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa pada waktu shalatmu karena itulah
saat-saat yang paling utama ketika Allah Azza wa Jalla memandang
hamba-hamba-Nya dengan penuh kasih ; Dia menjawab mereka ketika mereka
menyeru-Nya, menyambut mereka ketika mereka memanggil-Nya dan mengabulkan
doa mereka ketika mereka berdoa kepada-Nya.”
“Wahai
manusia ! Sesungguhnya diri-dirimu tergadai karena amal-amalmu, maka
bebaskanlah dengan istighfar. Punggung-punggungmu berat karena beban (dosa) mu,
maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu. Ketahuilah ! Allah bersumpah
dengan segala kebesaran-Nya ; Dia tidak akan mengazab orang-orang yang shalat
dan sujud, dan tidak akan mengancam mereka dengan neraka pada hari manusia
berdiri di hadapan Rabb al-alamin.”
Allah
mengancam dengan kecelakaan bagi mereka yang berada di tengah-tengah bulan ini
tetapi tak mendapatkan ampunan. Ampunan Allah adalah kunci kebahagiaan kita
dalam kehidupan dunia dan akhirat. Hanya dengan ampunan, Allah akan ridha
kepada kita. Dia akan “halalkan” dosa, khilaf dan salah kita. Kapan ? Kalau
kita bertobat, mengakui dosa dan mengimani kekuasaan-Nya. Semoga kita
bertemu Ramadhan dalam taufiq Allah. Wallaahu A’lamu Bishshowaab. []
REPUBLIKA,
05 Juni 2016
KH. A. Hasyim Muzadi | Mantan Ketua Umum PBNU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar