KHAZANAH ULAMA NUSANTARA DI TIMUR TENGAH
Turjuman Al-Mustafid, Tafsir Karya Ulama Aceh
Terbit di Turki
Gambar di samping adalah halaman pertama dari
naskah kitab tafsir “Turjuman al-Mustafid” karangan Syaikh ‘Abd al-Rauf
as-Sinkili al-Jawi, seorang ulama Nusantara asal Aceh di abad ke-12 H/17 M (w.
1105 H/ 1693 M). Naskah ini merupakan edisi cetakan Maktabah Utsmaniyah,
Istanbul, dengan tahun cetak 1884 M.
“Turjuman al-Mustafid” merupakan kitab tafsir
al-Qur’an pertama dan terlengkap yang ditulis di dunia Melayu, dalam bahasa
Melayu, dan oleh seorang ulama Melayu-Nusantara (Aceh). Bahasa Melayu adalah
lingua-franca yang digunakan di kawasan Asia Tenggara pada masa itu.
Meski demikian, “Turjuman al-Mustafid”
sebenarnya lebih merupakan terjemahan (setidaknya resepsi) dari kitab “Tafsir
Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil” atau yang dikenal dengan “Tafsir
al-Baidhawi” karangan al-Qadhi al-Baidhawi (w. 685 H/ 1286 M), sebuah kitab
tafsir legendaris yang banyak tersebar dan dijadikan rujukan utama di dunia
Sunni (di dunia Mu’tazilah ada Tafsir al-Kasysyaf karangan al-Zamakhsyari, w.
538 H/ 1143 M).
Kenyataan di atas ditegaskan oleh tulisan
yang terdapat di atas kalimat pembuka “basmalah” pada halaman naskah di atas,
yaitu: إنيله تفسير البيضاوي “inilah tafsir
al-baidhawi”. Sementara itu, di sampul naskah kitab edisi tersebut, juga
terdapat tulisan sebagai berikut:
"ترجمان
المستفيد في تفسير القرآن المجيد يغ دترجمهكن دغن بهاس ملايو يغ دأمبيل ستنه معنان
درفد تفسير البيضاوي"
(Turjuman al-Mustafid fi Tafsir al-Quran
al-Majid yang diterjemahkan dengan bahasa Melayu yang diambil setengah ma’nanya
daripada Tafsir al-Baidhawi).
*****
‘Abd al-Rauf as-Sinkili sendiri sezaman
dengan Yusuf al-Makassari, ‘Abd al-Syakur al-Bantani, dan ‘Abd al-Muhyi al-Jawi
(Pamijahan)—para ulama Jawi (Nusantara) yang sama-sama belajar di Haramayn
kepada Syaikh Ibrahim al-Kurani (w. 1101 H/ 1689 M), seorang cendekiawan
sentral dunia Islam asal Kurdi yang berkiprah di Madinah.
‘Abd al-Rauf didaulat sebagai qadi (hakim
agung) sekaligus mufti Kerajaan Aceh di masa pemerintahan Ratu Shafiyatuddin
dan Ratu Kamalatuddin. Ia banyak mengarang kitab dalam pelbagai bidang ilmu
keislaman. Mayoritas karya-karya tersebut, meski menggunakan judul berbahasa
Arab, namun isinya ditulis menggunakan Bahasa Melayu aksara Arab. “Turjuman
al-Mustafid” adalah karya al-Sinkili yang paling populer.
Tahun cetak naskah “Turjuman al-Mustafid”
pada 1884 M sekaligus tempat dicetaknya di Istanbul, setidaknya menunjukkan
beberapa hal penting.
Pertama, kitab tersebut terus digunakan
sebagai kitab acuan dan pegangan tafsir al-Qur’an oleh masyarakat Muslim
Nusantara selama berabad-abad lamanya (dikarang di medio abad ke-17 M, dan
dicetak di akhir abad ke-19 M). Sebelum dicetak di Istanbul, kitab tersebut
terlebih dahulu diedit oleh tiga orang ulama Nusantara asal Pattani dan
Kelantan, yaitu Ahmad al-Fathani, Idris al-Kalantani, dan Dawud al-Fathani.
Kedua, kitab tersebut dicetak di Istanbul, ibu
kota Kekhilafahan Islam. Besar kemungkinan kitab tersebut juga terdistribusikan
sekaligus menjadi pegangan para santri asal Nusatara yang tengah belajar di
Mekkah-Madinah (Hijaz), Kairo (Azhar), dan Istanbul. Keempat kota itu pada masa
tersebut masih tersatukan sebagai kota-kota provinsi Kekhalifahan Usmaniyah.
Ketiga, masih kuatnya jaringan intelektual
Islam antara Nusantara, Haramayn, Kairo, dan Istanbul pada masa itu (abad ke-19
M). Pada masa al-Sinkili (abad ke-17 M), mahaguru ulama Nusantara di Haramayn
adalah Syaikh Ibrahim al-Kurani, maka di masa dicetaknya kitab tersebut (abad
ke-19 M), mahaguru ulama Nusantara di Haramayn adalah Syaikh Ahmad Zaini Dahlan
dan Syaikh Nawawi al-Bantani, sementara di Kairo adalah Syaikh Ibrahin
al-Baijuri (sayap tradisionalis) dan Syaikh Muhammad Abduh (sayap modernis).
Sayangnya, jaringan intelektual Nusantara-Istanbul pada masa itu masih belum
terlacak. []
(A. Ginanjar Sya’ban)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar