Kunjungan Ketua HBNO
ke Cirebon Tahun 1937
Seorang Ketua Umum
PBNU, selain harus berwawasan luas dalam bidang ilmu agama dan umum, paham
organisasi, sepertinya harus memiliki ketahanan fisik yang tangguh. Pasalnya ia
harus sering bepergian ke daerah-daerah.
KH Abdurrahman Wahid
adalah salah satu contoh dari kriteria seperti itu. Ia dikenal memiliki
persahabatan dengan banyak kiai di daerah, nasional, hingga internasional.
Jauh sebelumnya, pada
awal NU berdiri, KH Wahab Hasbullah adalah contoh terbaik tentang hal itu. KH
Saifuddin Zuhri mendeskripsikan bahwa Kiai Wahab memperkenalkan NU dari surau
ke surau hingga dikenal banyak kalangan. KH Mustofa Bisri, mengibaratkan, kiai
semacam itu sebagai kiai unta, bukan kiai yang ingin didatangi orang.
Ketangguhan semacam
itu, selanjutnya dimiliki KH Mahfudz Shiddiq yang dikader langsung KH Wahab
Hasbullah. Kiai Mahfudzh selain mengelola media NU, Berita Nahldatoel Oelama,
ia bepergian ke daerah-daerah di Jawa, Kalimanatan hingga Jepang.
Tokoh NU di Borneo
(Kalimantan) Syekh Kasyful Anwar pernah meminta Kiai Mahfudzh untuk tinggal
barang sebulan untuk mengkader pemuda-pemuda NU. Namun, tidak diketahui apakah
Kiai Mahfudzh memenuhi permintaannya.
Jejak kiai kelahiran
Jember tersebut, pada 18 September 1937, datang ke Cirebon atas nama Ketua
Hoopdbestuur Nahdlatoel Oelama (HBNO, sekarang PBNU) dengan menggunakan kereta
api. Ia dijemput pengurus dan anggota NU, Kiai Abu Khair dan Subakir. Kemudian
mereka menuju kantor cabang NU Cirebon yang sederhana.
Setelah bertemu
dengan beberapa pengurus NU di kantor itu, selepas isya, mereka berangkat ke
Ciledug untuk menghadiri openlucht vergadering NU Ciledug di alun-alun
kewedanaan yang cukup luas. Di situ hadir sekitar 6-7 ribu orang terdiri
laki-laki dan perempuan. Antara laki-laki dan perempuan dibatasi dengan
dinding.
Pada pagi hari ketua
HBNO kembali ke Cirebon mengunjungi ovenbaar vargadering di Taman Siswa yang
dihadiri 3-4 ratus orang laki-laki. Pada sore harinya, ia berangkat ke Gebang
untuk menghadiri openbaar vergedering, terutama untuk menganjurkan untuk
memperbaiki nasib ekonominya. Kegiatan itu dihadiri sekitar seribu orang
laki-laki dan perempuan.
Pada pagi harinya
lagi, ketua HBNO kembali lagi ke Cirebon. Malam Selasa ke Plered mengunjungi
opnebaar vergadering yang dihadiri kurang lebih 5-6 ratus laki-laki. Selasa
sore menghadiri rapat kaum ibu NU di Cirebon. Di acara itu, ia berbicara di
hadapan 150 kaum yang di antaranya adalah ibu-ibu kaum syarifah (habaib).
Pada malam Rabu, Ketua
HBNO mengadakan pertemuan dengan para pengurus NU Cirebon untuk membicarakan
persoalan-persoalan organisasi. []
(Abdullah Alawi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar