Bagi sebagian besar kaum santri di Indonesia, khususnya masyarakat Madura nama Ra Lilur (RL) sudah tidak asing lagi. Bagaimana tidak, Ra Lilur yang mempunyai nama lengkap KH Kholilurrahman ini adalah cicit ulama besar Indonesia, KH Kholil Bin Abd Latief, atau Syaikhona Kholil Bangkalan, atau Mbah Kholil. RL adalah sosok ulama’ yang zuhud dan tawadhu’.
Masyarakat Madura menilai RL dalam maqom jadzab. Dalam terminologi sufi (tasawuf), jadzab merupakan suatu tahapan untuk mencapai tingkat kesempurnaandalam kewalian. Orang yang tak paham bisa jadi mengira ia gila. Maklum, penampilannya apa adanya. Apalagi perilakunya cenderung aneh. Ia kadang hidup di tengah laut, merendam diri sampai berhari-hari. Namun meskipun demikian banyak orang tidak mengetahui bahwa beliau adalah sosok yang kutu kitab.
Beliau bahkan bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk muthala’ah kitab. Yang lebih mengagumkan, meski sehari-hari beliau memakai kaos singlet putih dan celana pendek hitam layaknya seorang petani, ketika beliau membaca kitab, apalagi jika beliau baru saja mendapatkan kitab baru- beliau langsung berwudhu’, berbusana lengkap dengan sorbannya, menghadap kiblat lantas mulai membaca kitab itu sampai hatam. Sebuah wujud takzim dan penghormatan terhadap ilmu yang begitu luar biasa.
Adapun tentang Prof Dr al-Habib Syekh Salim ‘Alwan Al-Husaini bagi sebagian masyarakat ada yang belum mengenalnya. Namun bagi beberapa masyayikh dan kiai nahdliyyin sudah tidak asing lagi. Karena beliau sering diundang dalam event-event yang diselenggarakan NU mulai dari tingkat PBNU, PWNU maupun PCNU, baik daurah, seminar atau pengajian umum.
Misalnya pada tanggal 26 Februari 2016 beliau diundang oleh Lembaga Dakwah PBNU untuk mengisi Majelis Talaqqi Kitab “Matan Al-Fiqhul Akbar” di Gedung PBNU. Pada tanggal 30 Juni 2012, beliau juga diundang oleh Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dalam suatu acara yang dikemas dalam Seminar Internasional. Bahkan beliau diundang beberapa kali oleh KH Hasyim Muzadi sebagai pembicara pada acara ICIS (International Conference of Islamic Scholar) di Jakarta.
Syekh Salim (SS) lahir di Beirut, Lebanon. Namun SS hijrah ke Australia dan mengajar serta berdakwah di sana. Saat ini SS dipercaya sebagai Amin ‘Aam (Ketua Umum) Darul Fatwa Australia oleh komunitas muslim di sana. Berkat keilmuan yang dimiliknya, ia sering diundang mengajar dan ceramah di berbagai tempat, baik lokal maupun internasional, entah itu formal (kampus-kampus dan sekolah-sekolah) atau informal (masjid-masijd, seminar-seminar, konferensi dan organisasi-organisasi).
SS datang pertama kali ke Indonesia, khususnya Jakarta pada tahun 1997 dan menetap sementara di Jakarta sampai dengan tahun 1998 akhir. Setelah itu beliau kembali ke Australia dan datang sesekali ke Indonesia jika pas ada acara. Beliau sengaja datang ke Jakarta, karena diutus secara khusus oleh guru dan murobbi beliau yaitu al-Waliy al-Shaleh al-Imam al-Muhaddits al-Syekh Abdullah al-Harari al-Habasyi al-‘Abdari (W 2008). Syekh Abdullah mengutusnya karena beliau mendapat surat dari salah satu santri asal Jember yang lagi belajar di salah satu lembaga pendidikan berpaham Wahabi milik Kerajaan Arab Saudi di Jakarta yang bernama Lembaga Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA).
Dalam suratnya si santri curhat dan prihatin karena banyak anak-anak santri alumni pesantren yang lagi belajar di LIPIA yang terpengaruh dengan ajaran Wahabi yang merupakan mazhab resmi Saudi dan diajarkan di lembaga tersebut. Maka ketika Syekh Salim tiba di Jakarta, beliau langsung membuka majelis taklim dan mengajarkan ilmu-ilmu Ahlussunnah wal Jama’ah (Asy’ariyah-Maturidiyah) sehingga banyak mahasiswa LIPIA yang beliau sadarkan dan kembali kepangkuan Aswaja, termasuk penulis sendiri.
Kedatangan Syekh Salim ke Madura
Sejatinya Kedatangan SS ke Madura tidak ada niatan untuk bertemu dengan Ra Lilur (RL). Karena SS belum kenal dengan RL dan tidak pernah mendengar info sama sekali tentang RL sebelum perjumpaan tersebut. Kedatangan SS ke Madura atas undangan KH Zainal Arifin (KZA) pengasuh pada salah satu pesantren di daerah Tanah Merah Bangkalan Madura.
SS diundang untuk mengisi pengajian dalam rangka Peringatan Maulid Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Undangan tersebut atas inisiasi dari adik KZA yang bernama Fathimah yang kebetulan kenal dengan salah satu dari murid SS. Dalam kesempatans itu SS ditemani oleh Hajj Abdul Lathif Nasy-syar (HAL) dari Australia dan dua orang murid SS, Ust. Choirul Anshori (Malang) dan Ust. Kholid Hadhromi (Sidoarjo).
Menurut cerita Ust. Anshori (UA), rombongan ketika itu sampai di kediaman KZA pada sore hari. Maka seperti biasanya, para tamu dijamu dengan hidangan makanan. Merekapun menikmati hidangan makanan yang telah disediakan. Di antara makanan yang dihidangkan adalah nasi kuning. Maka teman SS, HAL berbisik kepada UA: “ ini kalau dicampur dengan laban (susu khas timur tengah yang rasanya masam) rasanya akan bertambah nikmat.” Tapi di sini kayaknya sulit untuk mencarinya, jawab UA tanpa dapat memberikan solusi atas keinginan HAL.
Datangnya Ra Lilur secara Tiba-tiba
Sore itu di saat SS dan rombongan beramah tamah dengan tuan rumah, tiba-tiba muncul seseorang yang asing bagi SS dan rombongan. Orang tersebut terlihat biasa saja dan sedikit aneh, karena beliau hanya memakai kaos singlet dan celana hitam pendek serta memakai sorban orange yang dililitkan begitu saja, tapi tuan rumah terlihat sangat menghormatinya dan mengagungkannya. Ketika itu SS sempat merasa heran. Melihat tuan rumah, KZA berdiri menyambut tamu yang baru datang, SS pun juga berdiri menyambutnya.
Ketika itu sang tamu, yang belakangan diketahui adalah Ra Lilur, bertanya kepada SS dengan bahasa arab yang fasih: “Siapa nama anda?”. “Salim”, jawab SS. “Anda seorang Sunni?” tanya Ra Lilur(RL). “Iya, Saya Sunni” SS menjawab. Ini menurut versi UA. Menurut versi Ust. Kholid (Ukh), RL berkata kepada SS: “ Anda seorang Sunni bukan Wahabi.”Setelah itu RL memberikan sebuah bingkisan kepada SS. Tidak lama setelah mereka mengobrol, RL pun pamit pulang.
Sementara masyarakat yang di luar ruangan sudah banyak yang mengantri ,baik laki-laki maupun perempuan, ingin bersalaman dengan RL untuk ngalap berkah. TapiRL tidak peduli dengan mereka. Beliau langsung menerobos jama’ah dan menaiki motor yang sudah menunggu. Melihat pemandangan seperti itu, SS yang belum mengenal tentang RL, bertanya kepada KZA dengan penuh heran. KZA pun menceritakan tentang jati diri RL. Akhirnya SS menyampaikan kepada KZA keinginannya untuk bertemu kembali dengan RL sebelum acara dimulai (acaranya adalah bakda ‘isya’). Namun KZA tidak bisa menjanjikan untuk bisa menghadirkannya kembali.
Karena RL sulit untuk bisa ditemui jika bukan beliau yang berkehendak. Namun tanpa disangka-sangka ternyata RL datang kembali bakda maghrib. Tidak diketahui dengan pasti tentang kedatangan RL yang tiba-tiba, apakah atas undangan tuan rumah atau faktor X, wallahu a’lam. Akhirnya SS minta waktu untuk bisa mengobrol berdua dengan RL.
Namun obrolan mereka masih bisa didengar. Dalam pembicaraan dan obrolan antara mereka, RL juga menggunakan bahasa arab yang fasih. Padahal beliau ketika ditanya SS hanya belajar bahasa arab ketika masih MI. Menurut UA dan UKh, ketika mereka mengobrol, RL malah menyampaikan tentang sifat-sifat Lebanon daerah asal SS dan juga Australia negara tempat tinggal SS sekarang dengan detail seakan-akan RL melihat peta.
Ada yang menarik bagi penulis dari obrolan antara SS dan RL tersebut. Yaitu ketika SS bertanya kepada Ra Lilur: “Adakah orang-orang shaleh yang bisa saya kunjungi di Indonesia?” Maka RL terdiam sebentar. “ Kalau Orang ‘Alim (Ulama’) banyak, tapi yang shaleh sedikit.” Jawab RL tanpa menyebut nama.
Setelah itu RL memberikan dua bingkisan lagi kepada SS. Lalu melihat kepada tangannya seakan-akan melihat jam, padahal tidak ada jamnya, seraya berkata kepada SS: “ Ini sudah mau isya’, Saya pamit dulu.” Tidak lama setelah itu, ketika sampai di pintu, mau keluar, ternyata terdengar adzan yang menandakan waktu isya’ sudah masuk.
Kejadian Aneh
Ada beberapa hal aneh yang menarikdari pertemuan dan perjumpaan tersebut, yaitu:
1. Tentang tiga bingkisan yang diberikan RL kepada SS. Ternyatasetelah dibuka,bingkisan pertama berisikaos dalam made in Malaysia yang cocok sekali dengan ukuran SS. Padahal beliau sudah mencari di mana-mana dengan ukuran yang cocok dengannya tapi tidak menemukannya. Bingkisan ke dua berisi air zam-zam 5 liter dan bingkisan ke tiga berisi laban (susu khas timur tengah yang rasanya masam) made in Singapura. Laban inilah yang ditanyakan oleh HAL ketika menikmati nasi kuning di kediaman KZA.
2. Kira-kira dua minggu kemudian, ketika Fathimah, adik KZA ke Jakarta untuk bertemu SS, RL titip surat untuk SS yang ternyata surat tersebut ditulis di kertas bekas bungkus rokok yang bertuliskan:
أنا أحبك لأنك من أهل السنة والجماعة
Aku mencintaimu, karena Engkau termasuk Ahlussunnah wal Jama’ah
3. Tiga bulan kemudian, ketika SS ke Mesir dalam suatu acara dakwah, tiba-tiba RL menghubungi SS lewat sambungan telepon. Dalam sambungan telepon itu RL menyampaikan kerinduannya kepada SS, seraya berucap dengan bahasa arab:
أين أنت يا شيخ؟؟ أنا مشتاق إليك
Ada di mana Engkau wahai Syekh? Aku Rindu pada mu
Begitulah kisah pertemuan antara SS dengan RLyang tanpa disangka-sangka ini. Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari perjumpaan yang mulia ini dan senantiasa mendapat barokah dari keduanya serta ditetapkan pada AqidahAhlussunnah wal Jama’ah. Aamiin. []
Mastur, Santri Syekh Salim ‘Alwan al-Husaini, Dosen dan Salah Satu Pengasuh Ma’had Al-Jami’ah IAIN Jember, Pengasuh Asrama Mahasiswa Baitul ‘Ilmi Jember dan Ketua Koordinator Bidang Hubungan Aswaja Internasional Aswaja NU Center Jember
Tidak ada komentar:
Posting Komentar