Jumat, 04 Juni 2021

(Ngaji of the Day) Hukum Membaca Al-Qur’an di Dekat Tempat Sampah

Pertanyaan:


Assalamu'alikum wr. wb.

Redaksi NU Online, izin bertanya, bagaimana hukumnya membaca Al-Qur'an di atas kuburan? Sementara kuburannya dekat dengan pembuangan sampah. Atas jawabannya saya haturkan banyak terima kasih.

 

RohmatBogor

 

Jawaban:

 

Wassalamu ‘alaikum wr. wb.

Penanya dan pembaca yang budiman. Semoga Allah memberikan rahmat-Nya kepada kita semua. “Qira’atul qur’an” atau “membaca Al-Qur’an” adalah ibadah mulia, bahkan salah satu ibadah terbaik dalam Islam.

 

Adapun “qira’atul qur’an” atau “membaca Al-Qur’an” di kuburan termasuk aktivitas yang mubah bahkan dianjurkan oleh mayoritas ulama mazhab Hanafi, Syafi’iyah, dan Hanabilah. Sedangkan mayoritas mazhab Maliki yang memakruhkan “qira’atul qur’an” atau “membaca Al-Qur’an” di kuburan.

 

Lalu bagaimana dengan “qira’atul qur’an” atau “membaca Al-Qur’an” di kuburan yang dekat dengan pembuangan sampah? Ibnu Katsir mengutip As-Sya’bi dan sejumlah ulama perihal tempat-tempat yang perlu dihindari sebagai aktivitas “qira’atul qur’an” atau “membaca Al-Qur’an.”

 

وقال الشعبي: تكره قراءة القرآن في ثلاثة مواطن: في الحمام، وفي الحشوش، وفي الرحى وهي تدور. وخالفه في القراءة في الحمام كثير من السلف: أنها لا تكره، وهو مذهب مالك والشافعي وإبراهيم النخعي وغيرهم، وروى ابن أبي داود عن علي بن أبي طالب: أنه كره ذلك

 

Artinya, “As-Sya‘bi berkata, ‘membaca’ Al-Qur’an dimakruh pada tiga tempat, di kolam pemandian, kebun tempat pembuangan kotoran, dan di tempat penggilingan saat berputar. Tetapi banyak ulama salaf berbeda pendapat perihal kemakruhan ‘membaca’ Al-Qur’an di kolam pemandian. Bagi mereka, hal yang satu ini tidak dimakruh. Ini pandangan Imam Malik, Imam As-Syafi’i, Ibrahim An-Nakha’i, dan ulama salaf lainnya. Ibnu Abi Dawud meriwayatkan dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib, hal yang satu itu tetap dimakruh.” (Ibnu Katsir, Tafsirul Qur’anil Azhim, [Kairo, Maktabah Awladus Syekh lit Turats: tanpa tahun], juz I, halaman 105).

 

Dari berbagai keterangan, ulama menyatakan bahwa bahwa tiga tempat tersebut disepakati sebagai lokasi yang perlu dihindari sebagai tempat “qira’atul qur’an” atau “membaca Al-Qur’an” karena kemakruhannya kecuali kolam pemandian (karena ada ulama yang menyatakan ketidakmakruhannya).

 

Adapun “qira’atul qur’an” atau “membaca Al-Qur’an” di lokasi tempat pembuangan kotoran jelas dimakruh. Ulama bersepakat dalam hal ini. Kemakruhannya begitu jelas menurut mereka.

 

ونقله ابن المنذر عن أبي وائل شقيق بن سلمة، والشعبي والحسن البصري ومكحول وقبيصة بن ذؤيب، وهو رواية عن إبراهيم النخعي، ومحكيّ عن أبي حنيفة، رحمهم الله، أن القراءة في الحمام تكره وأما القراءة في الحشوش فكراهتها ظاهرة، ولو قيل بتحريم ذلك صيانة لشرف القرآن لكان مذهبا، وأما القراءة في بيت الرحى وهي تدور فلئلا يعلو غير القرآن عليه، والحق يعلو ولا يُعلى، والله أعلم.

 

Artinya, “Ibnul Mundzir menukil dari Abu Wa’il Syaqiq bin Salamah, As-Sya‘bi, Al-Hasan Al-Bashri, Makhul, Qabishah bin Dzu’aib, yaitu riwayat dari Ibrahim An-Nakha‘i; dan dihikayatkan dari Imam Abu Hanifah bahwa ‘membaca’ Al-Qur’an, di kolam pemandian dimakruh. Sedangkan kemakruhan ‘membaca’ Al-Qur’an di kebun tempat pembuangan kotoran sudah sangat jelas. Kalau dikatakan bahwa yang demikian itu diharamkan untuk menjaga kehormatan Al-Qur’an, tentu ini pandangan satu mazhab. Sedangkan ‘membaca’ Al-Qur’an di gudang penggilingan gandum saat berputar dimaksudkan agar posisi benda selain Al-Qur’an tidak berada lebih tinggi daripada mushaf. Posisi yang hak itu di atas, bukan di bawah,” (Ibnu Katsir, Tafsirul Qur’anil Azhim: I/105)

 

Syekh Wahbah Az-Zuhaili pada Al-Fiqhul Islami wa Adillatuh menjelaskan kata “Al-Husyusy.” Kata ini adalah bentuk jamak dari kata “Al-Hisy” atau “Al-Husy” yang merujuk pada kebun kurma pada asalnya. Kemudian bangsa Arab menggunakan kata ini sebagai area untuk membuang hajat.

 

Adapun pada hemat kami, “qira’atul qur’an” atau “membaca Al-Qur’an” di kuburan yang dekat dengan pembuangan sampah tidak masalah karena kuburan yang menjadi lokasi pembacaan Al-Qur’an bukan tempat pembuangan sampah itu sendiri.

 

Demikian jawaban singkat kami, semoga bisa dipahami dengan baik. Kami selalu terbuka untuk menerima saran dan kritik dari para pembaca.

 

Wallahul muwaffiq ila aqwamith thariq,

Wassalamu ’alaikum wr. wb.

 

Alhafiz Kurniawan

Tim Bahtsul Masail NU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar