Kamis, 17 Juni 2021

Khofifah: Jawa Timur Merawat Spirit Kedaulatan Pangan Bung Karno

Jawa Timur Merawat Spirit Kedaulatan Pangan Bung Karno

Oleh: Khofifah Indar Parawansa

 

Hari ini tanggal 6 Juni 2021 tepat 120 tahun hari kelahiran Proklamator kita Ir Soekarno. Banyak pemikiran, langkah maupun tindakan politik yang dapat menjadi teladan bagi kita dari kiprah Bung Karno. Salah satu hal yang melekat dari Beliau sejalan dengan kecintaan Bung Karno terhadap rakyat Indonesia adalah perhatian beliau terhadap nasib petani Indonesia yakni kaum Marhaen serta penguatan sektor pertanian sebagai ujung tombak ketahanan pangan Indonesia.

 

Dalam pemikiran Bung Karno, langkah negara untuk memuliakan kaum petani, kaum Marhaen dan menjadikan sektor pertanian sebagai bagian penting dari strategi pembangunan semesta berencana adalah langkah utama untuk menerapkan praktik ekonomi berdikari. Bung Karno di tengah tantangan politik yang dihadapi oleh negara yang baru saja merdeka, baik berupa tantangan politik dari dalam maupun tekanan politik internasional dari luar bersikukuh dengan langkah politiknya memuliakan kaum marhaen, membangun ketahanan pangan Indonesia yang bertumpu pada sektor pertanian, memperjuangkan ekonomi berdikari bagi rakyat Indonesia.

 

Strategi Budaya Ketahanan Pangan Bung Karno

 

Bapak, Ir Soekarno melakukan berbagai hal untuk mendorong ketahanan pangan rakyat Indonesia, selain kebijakan dan regulasi beliau melakukan juga riset mendalam dengan mengumpulkan resep-resep masakan Indonesia lebih dari 1000 masakan yang kemudian beliau bukukan dengan judul Mustika Rasa Indonesia. Didalam karya tersebut termuat berbagai macam bentuk bahan makanan mulai dari yang berbahan beras, ubi- ubian, sagu dan lain sebagainya untuk menunjukkan bahwa Bhineka Tunggal Ika kesatuan dalam keragaman juga termanifestasi dalam keragaman masakan Indonesia. Buku ini diterbitkan pada tahun 1964 dan kemudian diterbitkan ulang pada tahun 1967. Juga dalam kesenian, semangat komitmen ketahanan pangan beliau munculkan dalam lagu ciptaan Bapak, Bersuka Ria. Dalam lirik : Siapa bilang Bapak dari Blitar, Bapak kita dari Prambanan, siapa bilang Rakyat kita lapar Indonesia banyak makanan!

 

Hari ini adalah hari yang istimewa dan sudah sepatutnya kita berbahagia. 120 tahun lalu telah lahir pendiri Republik, proklamator kita, bapak kita Ir Soekarno. Presiden yang kecintaannya kepada tanah air Republik Indonesia salah satunya beliau wujudkan pada komitmen atas ketahanan pangan, perhatian terhadap kesejahteraan petani sebagai rangkaian dari perwujudan program ekonomi berdikari.

 

Jawa Timur akan terus berbenah dan berjuang meneruskan dan mengawal komitmen terhadap ketahanan pangan, nasib kaum petani dan marhaen, sebagai bagian penting dari kemandirian ekonomi Indonesia.

 

Jatim Penghasil Padi Terbesar di Indonesia

 

Jawa Timur kembali menduduki peringkat pertama penghasil padi terbesar di Indonesia. Total yang dihasilkan 9.944.538 ton gabah kering giling (GKG). Jumlah itu setara dengan 5.712.597 ton beras.

 

Badan Pusat Statistik (BPS) yang melakukan pendataan dengan menggunakan metode Kerangka Sampel Area (KSA). Hasilnya, Jatim menduduki peringkat pertama. Luas panen 1.754.380 hektar menghasilkan padi 9.944.538 ton GKG atau setara 5.712.597 ton beras.

 

Ini bukti bahwa program yang dijalankan ke semua kelompok tani agar terus meningkatkan produksi padi sesuai sasaran. Data tersebut menunjukkan Jawa Timur berhasil menggeser Jawa Tengah yang sebelumnya berada di peringkat satu.

 

Luas panen Jawa Tengah 1.666.931 hektar. Hasil padi 9.489.165 ton GKG atau setara 5.428.721 ton beras. Kemudian Jawa Barat, dengan luas panen 1.586.889 hektar menghasilkan padi 9.016.773 ton GKG atau setara 5.180.202 ton beras.

 

Provinsi Sulawesi Selatan, dengan luas panen 976.258 hektar menghasilkan padi 4.708.465 ton GKG atau setara 2.687.970 ton beras, berada diurutan keempat.


Kelima, Provinsi Sumatera Selatan, dengan luas panen 551.321 hektar menghasilkan padi 2.743.060 ton GKG atau setara 1.567.102 ton beras.

 

Daerah penyumbang terbesar dalam produksi padi di Jawa Timur adalah Lamongan. Total produksi sebesar 886.060,99 ton atau setara beras sebesar 508.993,90 ton. Lalu Ngawi dengan total produksi 837.773,15 ton atau setara beras 481.255,17 ton. Kemudian, Bojonegoro dengan produksi sebesar 728.915,12 ton atau setara beras 418.722,13 ton.

 

Daerah lainnya yang juga tinggi adalah Jember. Jumlah produksi 590.263,37 ton atau setara beras sebesar 339.074,24 ton. Selanjutnya Tuban dengan produksi sebesar 507.053,88 atau setara beras sebesar 291.274,90 ton.

 

Kenaikan ini dipengaruhi oleh meningkatnya luas panen padi. Pada tahun 2020 luas panen padi di Jawa Timur 1,75 juta hektar. Lebih tinggi dibanding 2019 yang hanya 1,7 juta hektar. Ada kenaikan 51,95 ribu hektar atau setara dengan 3,05 persen.

 

Selain itu, penggunaan varietas unggul, perbaikan agroinput, penggunaan mekanisasi mendorong peningkatan produksi padi tersebut. Angka losses bisa ditekan. Serta, adanya perluasan areal tanam yang memanfaatkan lahan kering atau lahan idle.

 

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jatim sudah berkoordinasi dengan kabupaten dan kota di Jawa Timur. Kolaborasi itu bertujuan produksi tetap bertahan dengan baik. Berbagai upaya juga telah dilakukan. Antara lain, mengoptimalkan seluruh lahan pertanian di Jawa Timur, menjaga petani tetap berproduksi dengan cara diberikan bantuan sarana dan prasarana pertanian, seperti benih dan saprodi.

 

Selain itu, pemerintah provinsi terus melakukan pemantauan untuk antisipasi dampak perubahan iklim dan serangan OPT. Serta memanfaatkan teknologi benih dan teknologi mekanisasi.

 

Gubernur menyampaikan terima kasih kepada semua petani di Jawa Timur. Mereka memiliki komitmen untuk berupaya maksimal di tengah Pandemi Covid-19. Hasilnya, produksi padi di Jawa Timur terus meningkat hingga berada pada peringkat pertama di Jawa Timur. []

 

JAWA POS, 6 Juni 2021

Khofifah Indar Parawansa | Gubernur Jatim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar