Senin, 14 Juni 2021

Nasaruddin Umar: Epidemi dalam Al-Qur'an (2) Epidemi Unta

Epidemi dalam Al-Qur'an (2)

Epidemi Unta

Oleh: Nasaruddin Umar

 

"Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka, Saleh. Ia berkata. "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Tuhanmu. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya, dengan gangguan apa pun, (yang karenanya) kamu akan ditimpa siksaan yang pedih." (Q.S. al-A'raf/7:73).

 

Ayat tersebut mengisahkan peristiwa Bani Tsamud, disinggung sebanyak 26 kali di dalam al-Qur'an, dan banyak diuraikan secara panjang lebar di dalam buku-buku hadits. Sebagaimana yang diceritakan sendiri di dalam Al-Qur'an bahwa Nabi Shaleh diutus Allah kepada kaum Tsamud supaya menyembah hanya kepada Allah semata. Tsamud beserta kaumnya meminta bukti kebenaran akan adanya Tuhan Yang Maha Kuasa dengan cara memunculkan seekor unta betina yang hamil besar. Berkat do'a Nabi Shaleh unta yang dimaksud tiba-tiba keluar dari dalam sebuah batu. Tetapi mukjizat Nabi Saleh tersebut mereka anggap sebagai perbuatan sihir (Q.26:153) kemudian unta itu mereka bunuh secara beramai-ramai lalu dagingnya dibagi-bagikan kepada kaumnya, sebagai bentuk pengingkaran secara demonstratif terhadap Nabi Saleh dan misi tauhid yang dibawanya.

 

Tidak lama setelah itu, turunlah azab tuhan dalam bentuk epidemi yang teramat mengerikan, sebagaimana disebutkan dalam al-Qur'an: "Karena itu mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat mereka". Dalam redaksi lain dikemukakan: "Dan suatu suara yang keras yang mengguntur menimpa orang-orang zalim itu, lalu mereka mati bergelimpangan di rumahnya".

 

Sebelum azab tersebut diturunkan, terlebih dahulu diawali oleh gejala-gejala aneh yang berlangsung selama tiga hari (Q.11:64), yang dalam sebuah riwayat dijelaskan bahwa ketika kelompok yang terdiri dari sembilan orang pembantu Nabi Shaleh, mereka berpandangan, lalu dilihat wajah mereka berubah menjadi warna kuning seperti dilumuri kunyi di hari pertama, pada hari kedua, badan mereka berubah menjadi merah bagaikan dilumuri darah, dan pada hari ketiga badan mereka berubah lagi menjadi hitam, selama tiga hari berturut-turut kaum Tsamud saling berpandangan dan saling mencemaskan menunggu ujung hari ketiga yang telah diperingatkan kepada mereka, sementara itu Nabi Shaleh bersama pengikutnya yang setia segera meninggalkan tempat itu menuju suatu tempat di negeri Syam.

 

Pada hari selanjutnya kaum Tsamud sudah mengurung diri di rumah masing-masing sambil menunggu siksaan dalam bentuk apa lagi yang akan ditimpakan kepada mereka. Ketika matahari mulai muncul di pagi hari, mereka diperdengarkan suara gemuruh yang teramat dahsyat kemudian mereka menjadi mayat-mayat bergelimpangan di rumah-rumah mereka. (Q.7:78, 11:67). []

 

DETIK, 16 April 2021

Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA | Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar