Epidemi Dalam Al-Qur'an (5)
Epidemiologi Talut dan Jalut
Oleh: Nasaruddin Umar
Wabah sejenis epidemi juga pernah diderita oleh kaum Talut dan Jalut sebagaimana diungkap dalam ayat: Maka tatkala Talut keluar membawa tentaranya, ia berkata: "Sesungguhnya Allah akan menguji kami dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya, bukanlah ia pengikutku. Dan barang siapa tiada meminumnya, kecuali menciduk seceduk tangan, maka ia adalah pengikutku". Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata;" Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya". Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar". (QS. Al-Baqarah/2: 249)
Para prajurit yang kehausan menemukan air sungai banyak yang melupakan pengarahan pimpinannya agar berhati-hati mengambil air di sungai itu, karena di sana terdapat sejenis virus yang membahayakan. Di tengah perjalanan, ketika pasukan tiba di tepi sungai itu, betul banyak rombongan tidak mengindahkan nasihat pimpinannya, mereka mengambil air tidak dengan cidukan tangan tetapi melalui bejana atau timba. Akhirnya mereka terserang virus yang gejala awalnya mereka merasakan fisiknya menjadi lemah. Bersamaan dengan itu bibir mereka menjadi hitam dan dahaganya tidak bisa berhenti. Para pelanggar ketentuan itu merasakan langsung akibat dari pelanggarannya.
Menurut Dr. Opitz, seorang ahli sejarah penyakit, air dalam sungai itu cukup steril jika diambil dengan cedukan tangan. Di bagian permukaan air cukup aman dan tidak akan mendatangkan bahaya, tetapi bila diambil dengan bejana atau timba dalam jumlah lebih banyak maka air itu tidak steril lagi karena berbagai kotoran yang mengandung micro-organismus yang berbahaya. Orang-orang yang minum air dengan sendukan tangan akan aman sedangkan yang menggunakan bejana atau timba sangat riskan. Karena mereka banyak minum air dengan menggunakan bejana maka mereka menderita penyakit perut sehingga mereka tidak bisa melanjutkan perjalanan ke medan perang. Mereka harus mengalami perawatan khusus.
Menurut Ahmad Ramali, perintah supaya meminum air sungai itu hanya diizinkan dengan cedukan tangan, berarti suatu prophylaxis terhadap lintah yang karena diciduk akan kelihatan di telapak tangan, sehingga bisa disingkirkan, tetapi mereka yang meminum dengan bejana, maka air itu akan langsung masuk ke dalam mulut, kemudian lintah-lintah melekat pada kulit selaput mulut dan pharynx (hulu kerongkongan) sehingga mengakibatkan pendarahan terus menerus. Lintah pembawa epidemi ini sejenis limnatis nilotika, di musim panas dan musim semi memang sering ditemukan di sekitar Palestina Utara, sehingga banyak kuda dan himar di daerah ini moncongnya sering berdarah. Kasus yang sering melanda penduduk Palestina ini sudah cenderung menjadi semacam endemi, karena sudah menjadi ancaman rutin bagi masyarakat di wilayah itu. Kisah ini menginformasikan kepada kita bahwa sejumlah virus yang selama ini membahayakan binatang sudah ikut membahayakan juga bagi manusia. Wacana penularan virus binatang ke manusia sudah terdeteksi di dalam Al-Qur'an. Hanya saja para ilmuan terlambat melakukan kajian mendalam terhadap Al-Qur'an. []
DETIK, 19 April 2021
Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA | Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar