Kita mengenal kata “zhahir” yang artinya tampak dan “bathin” yang artinya tersembunyi. Kedua kata itu merupakan dua dari 99 asmaul husna. Keduanya merupakan asma Allah atau nama-Nya yang mulia di mana kita boleh menyeru Allah dengan kedua kata mulia tersebut.
Bagaimana pengertian bahwa Allah bersifat tampak, tetapi Allah juga bersifat sembunyi? Syekh Ibnu Athaillah mencoba menguraikan kedua kata itu agar lebih mudah dipahami masyarakat awam. Dalam Al-Hikam, Syekh Ibnu Athaillah mengatakan sebagai berikut:
أظهر كل شيء لأنه الباطن وطوى وجود كل شيء لأنه الظاهر
Artinya, “Allah menampakkan segala sesuatu karena Dia bersifat sembunyi (batin) dan (Dia) menyembunyikan wujud segala sesuatu karena Dia bersifat tampak (lahir).” Syekh Syarqawi mencoba menjelaskan ungkapan Syekh Ibnu Athaillah tersebut. Menurut Syekh Syarqawi, dengan asma bathin Allah menampakkan segala sesuatu selain diri-Nya karena tiada apapun di “ruang” persembunyian.
أظهر كل شيء لأنه الباطن) أن مقتضى اسمه الباطن أن لا يشاركه في البطون شيء فلذا أظهر الأشياء كلها أي جعلها ظاهرة ولا باطن فيها غيره
Artinya, “(Allah menampakkan segala sesuatu karena Dia bersifat sembunyi [batin]) asma-Nya yang disebut sembunyi (batin) menuntut ketiadaan satu pun yang menyertai-Nya dalam persembunyian (batin). Oleh karena itu, Allah menampakkan segala sesuatu, maksudnya Allah menjadikan semuanya tampak sehingga tiada yang tersembunyi selain-Nya,” (Lihat Syekh Syarqawi, Syarhul Hikam, [Semarang, Thaha Putra: tanpa catatan tahun], juz I, halaman 103).
Sebaliknya, kata Syekh Syarqawi, dengan asma zhahir Allah melenyapkan segala sesuatu selain diri-Nya sehingga tiada satu pun tersisa kecuali Dia yang ada di “ruang” penampakan.
وطوى وجود كل شيء لأنه الظاهر) أن مقتضى اسمه الظاهر أن لا يشاركه في الظهور شيء فلذا طوى وجود كل شيء أي لم يجعل لغيره وجوداً من ذاته بل المكونات جميعها عدم محض ولا وجود لها إلا من وجوده.
Artinya, “(Allah menyembunyikan wujud segala sesuatu karena Dia bersifat tampak [lahir]) asma-Nya yang disebut tampak (lahir) menuntut ketiadaan satu pun yang menyertai-Nya dalam penampakan (lahir). Oleh karena itu, Allah menyembunyikan wujud segala sesuatu, maksudnya Allah tidak menjadikan segala selain-Nya ada dari zat-Nya. Segala ciptaan-Nya itu hakikatnya nihil. Tiada satu pun dari mereka itu hadir melainkan karena wujud Allah juga,” (Lihat Syekh Syarqawi, Syarhul Hikam, [Semarang, Thaha Putra: tanpa catatan tahun], juz I, halaman 103).
Syekh Syarqawi kemudian menyimpulkan bahwa Allah SWT selalu wujud baik dalam “ruang” tampak dan “ruang” sembunyi karena yang hakiki adalah wujud-Nya. Sedangkan wujud ciptaan-Nya hanya bersifat majazi atau semu, yang sebenarnya wujud mereka nihil belaka.
وحاصله أن من أسمائه تعالى الظاهر والباطن فاسمه الظاهر يقتضى بطون كل شيء حتى لا ظاهر معه فينطوي حينئذ وجود كل شيء. واسمه الباطن يقتضي ظهور كل شيء حتى لا باطن معه فيظهر إذ ذاك وجود كل شيء أي بوجوده فالحق تعالى هو الموجود بكل اعتبار ولا وجود لغيره إلا بطريق التبع عند أرباب البصائر بخلاف غيرهم من المحجوبين
Artinya, “Simpulannya, salah satu asma Allah adalah lahir dan batin. Asma lahir menuntut penyembunyian segala sesuatu sehingga tidak ada yang tampak di samping-Nya dan ketika itu lenyaplah wujud segala sesuatu. Sementara asma batin menuntut penampakan segala sesuatu sehingga tidak ada yang tersembunyi di samping-Nya dan ketika itu wujud segala sesuatu menjadi tampak karena wujud-Nya. Jadi, Allah SWT adalah wujud dengan segala kategori. Tiada wujud satupun selain Allah melainkan dengan jalan mengikuti saja (atas wujud Allah) bagi mereka yang terbuka pandangan batinnya, lain dengan mereka yang terhijab (pandangan batinnya),” (Lihat Syekh Syarqawi, Syarhul Hikam, [Semarang, Thaha Putra: tanpa catatan tahun], juz I, halaman 103).
Wallahu a‘lam. []
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar