Epidemi Dalam Al-Qur'an (4)
Epidemi Unta (2)
Oleh: Nasaruddin Umar
Setelah umat Nabi Shaleh makan daging unta itu, maka turunlah siksa Tuhan: "Karena itu mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat tinggal mereka. (Q.S. al-A'raf/7:78).
Kata rajfah dalam ayat itu diartikan dengan "gempa bumi" para mufassirin tidak memuaskan para ahli sains modern, termasuk di antaranya Dr. Opitz, seorang ahli "Medico-Historicus" berkebangsan Jerman. Ia mengemukakan, kalau yang dimaksud gempa bumi di situ, maka gejala-gejala awal berupa perubahan warna kulit tidak terjadi, lagi pula kalau siksaan itu adalah gempa bumi dahsyat, tentulah tempa kediaman mereka hancur berantakan, tetapi nyatanya gunung-gunung batu tempat kaum Bani Tsamud masih ditemukan oleh para arkeolog.
Opitz yang didukung oleh kalangan ilmuan muslim berpendapat bahwa bencana kaum tsamud tidak lain adalah sejenis epidemi yang dengan dahsyat, diduga berasal dari daging unta miisterius yang dagingnya dimakan oleh mereka. Menurutnya, jenis epidemi yang menyerang kaum tsamud adalah sejenis typhus exanthematicus, yang bermula dari keracunan disertai lautan darah dan kerusakan pembuluh darah, yang menyebabkan penyakit kuning (icterus) dan selanjutnya menyebabkan pendarahan pada seluruh bagian kulit, dan pada hari ketiga, menjadi hitam warnanya karena sudah menyerang empedu yang mengeluarkan zat warna hitam. Dan pada penghujung haru ketiga virus ganas itu juga menyerang telinga, yang selanjutnya dirasakan oleh si penderita bagaikan bunyi yang teramat dahsyat serta jantung yang terkoyak-koyak sebagai akibat pendarahan yang hebat dalam otot jantung. Pada saat yang bersamaan virus ganas itu menyerang gendang-gendang telinga sehingga mereka bagaikan mendengar sebuah bunyi yang amat dahsyat, sesudah itu mereka mati bergelimpangan.
Dr. Ahmad Ramali berpendapat bahwa jenis virus tersebut adalah sejenis anthrax (anthrax-seaptic-heimia), sebagai akibat daging hewan yang sudah ditulari anthrax menyebabkan orang-orang beramai-ramai terkena bisa daging dan septicaemia. Kemungkinan lain menurut Ahmad Ramali ialah sejenis sampar, yakni, pestis haemorrhagica yang ditularkan oleh unta tersebut.
Kisah ini memberikan pelajaran berharga buat kita bahwa penularan virus binatang kepada manusia dimungkinkan terjadi, bahkan bisa sangat fatal seperti ditunjukkan dalam Al-Qur'an di atas. Berbagai usaha dan dana yang digunakan untuk menemukan anti virus yang mewabah lebih kompleks namun belum belum ditelusuri lebih jauh hingga hari ini. []
DETIK, 18 April 2021
Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA | Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar