NIIS dan
Janji Surga
Oleh: M
Jusuf Kalla
Malala
Yousafzai, wanita inspiratif dari Pakistan, mengatakan,”They can shoot my body,
but they can’t shoot my mind (siapa pun dapat membunuh atau menembakku, tetapi
mereka tidak bisa melumpuhkan pikiranku).”
Berbicara
tentang Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS), maka kita berbicara tentang
sebuah tindakan yang bersumber dari sebuah pikiran ideologisyang
melahirkangerakan ekstrem, radikal,fundamentalis, dan brutal. Namun, NIIS tidak
berdiri sendiri, dia ibaratvirus yang berkembang biakdalam organ tubuh
negarakarena kerusakan dan kelemahan sektor ekonomi, politik, dan militer
yangpenyebabnyaadalah faktor internal maupun eksternal.
NIIS buah
dari penghancuran
Mulanya
NIIS disebut Islamic State atau dalam bahasa Arabnya, Daulah Islamiyah. Namun,
dalam tempo 3-4 tahun dengan cepat berkembang menjadi Al-Daulah al-Islamiyah fi
al-Iraq wa asy-Syam, atau NIIS. Sebuah keinginan nostalgia kembali pada masa
awal Islam yang menganut sistem khilafah, dengan menjadikan Irak dan Suriah
sebagai wilayah. Tetapi, tentu NIIS hadir dengan niat besar, untuk
menyebarluaskan paham universal ke negara (berpenduduk) Islam khususnya.
Kenapa
fenomena NIIS ini merebak pada dewasa ini? Kita bisa belajar dari sejarah
kemunculan Al Qaeda. Cikal bakal Al Qaeda mulanya tumbuh dengan niat baik,
sebagai mujahidin pembebasan Afganistan dari pengaruh komunis serta pendudukan
Rusia. Oleh karena itu, negara- negara Barat puntak segan memasok senjata,s
erta menggelar pelatihan personel militer.
Namun,
merasa ditelantarkan, mujahidin berubah menjadi suatu ideologi yang menakutkan
bagi umat manusia, termasuk terhadap orang atau negara yang dulu membantunya.
Kemunculan
NIIS tak jauh berbeda dengan Al Qaeda. Bahwa apa yang terjadi sebelumnya adalah
hasil pergolakan negara-negara Arab lima tahun lalu, atau Arab Spring, yang
berawal dari Tunisia pada 18 Desember 2010 dan ditandai oleh tumbangnya
Presiden Zine al-Abidine Ben Ali.
Revolusipun
berlanjut hingga ke Suriah, namun ia menemui jalan berliku karena menumbangkan
Bashar al-Assad tak semudah menumbangkan rezim Arab otoriter lainnya.
Akibatnya, banyak Negara bersatu membantu mujahidin untuk mengeroyok Assad
dengan mengirim relawan, bantuan materiil, dan bahkan persenjataan.
Suriah
diamuk perang saudara, CNN menyebutkan sebanyak 4 juta orang mengungsi
menyelamatkan diri ke sejumlah kamp pengungsian dan 1,3 juta jiwa di antaranya
ke Jordania, sedangkan korban tewas menembus angka 200.000 jiwa. Revolusi pun
menjadi liar karena belakangan muncul sebuah gerakan dengan ideologi baru yang
menamakan dirinya NIIS merangsek menembus ke Irak.
NIIS,
surga atau neraka
Kenapa
NIIS muncul di Irak dan Suriah? Karena Perang Teluk II yang melumpuhkan Irak
bermuara pada kejatuhan rezimSaddam Hussein. Jatuhnya Saddam berakibat
hancurnya seluruh struktur di Irak, yakni kekuatan militer, ekonomi, politik,
dan pemerintahannya. Suka atau tidak suka, efek samping dari pelemahan—bahkan
penghancuran—pemerintahan otoriter di Irak justru memudahkan munculnya berbagai
gerakan destruktif, termasuk gerakan bersenjata, seperti NIIS.
Ini
artinya sebuah ideologi tak ubahnya seperti virus, dia akan menyerang tubuh
manusia saat daya tahannya lemah. Karena itu, tidak mengherankan jika gerakan
semacam NIIS tidak hanya bersarang di Irak dan Suriah, tetapi juga di
Libya,serta Nigeria dengan kemunculan Boko Haram. Di negara-negara yang dilanda
konflik atau negara gagal seperti ini, rakyat memang mudah terpengaruh mencari
sistem lain karena merasa tidak terlindungi oleh negaranya.
NIIS
merupakan suatu keinginan untuk kembali kepada kekhalifahan Islam yang tidak
mengenal kompromi. Pada saatIslam sebenarnya mengajarkan kemajuan dan
keselarasan dengan zamannya, sehingga umat Islam tentu tidak sepaham dengan
praktik-praktik brutalisme.
Apa
sebenarnya yang dikejar dan apa pemersatu ideologis NIIS? Bisa ditebak tidak
lain adalah jannah, surga, paradise, yang dengan murah dijual oleh pemimpin
NIIS. Sebab, bila mereka mengejar harta belaka, tentunya tidak ingin bunuh
diri. Apabila ingin mengejar takhta dan kedudukan, mereka juga tidak memilih
jalan mati. Tanpa iming- iming tersebut, niscaya seseorang tak akan tergiur
berjuang ke negeri gurun pasir yang panas serta dingin menusuk tulang. NIIS
disebutkan mempunyai kemampuan finansial hingga 2 miliar dollar AS serta
penguasaan atas ladang minyak di Timur Tengah.
Padahal,
Islam memiliki hukum perang begitu manusiawi, di mana dalam situasi perangpun,
Islam tidak membolehkan membunuh perempuan, anak-anak, dan orang-orang tak
berdosa. Bahkan, pohon pun tidak bisa sembarang ditebang sehingga hukum ini
tegas mengatakan membunuh sesama dengan alasan yang sesat adalah dosa.
Makmurkan
Indonesia
Pelajaran
yang bisa kita petik dari rangkaian peristiwa di Timur Tengah maupun Asia Barat
dan Asia Selatan adalah, kita harus bersatu memperbaiki bangs akita sendiri.
Karena negara yang stabil dan makmur tidak mudah dirasuki ideology destruktif.
Tetapi, sebaliknya bila negeri ini tidak stabil dan saling terpecah, kemudian
ekonominya lemah, maka dengan mudahnya menjadi sasaran ideology destruktif
semacam NIIS
Karena
itulah bangsa ini harus bersatu, menjaga stabilitas politik dan keamanannya,
kemampuan ekonomi yang sekaligus menciptakan kesejahteraan yang adil dan merata
bagi segenap bangsa. Dengan kemampuan seperti itu, Indonesia memiliki daya
tahan yang sulit ditembus bermacam ideologi, serupa NIIS sekalipun.
Meskipun
berat mengubah pikiran manusia, seperti kata Malala, pikiran dan ideologi yang
benarharus dibangun melalui para pemimpin agama, para pemimpin negeri ini
dengan memberi teladan yang benar kepada seluruh rakyat. Sejarah Islam di
Indonesia adalah sejarah Islam moderat. Pemikiran moderat inilah yang harus
terus diberi tempat dan disebarkan sebagai sumbangan Indonesia bagi dunia,
khususnya dunia Islam. []
Kompas,
24 April 2015
M Jusuf
Kalla, Wakil Presiden RI Periode 2014-2019. Tulisan disadur dari pidato
pembukaan seminar internasional tentang Perkembangan NIIS di Indonesia dan
Penanggulangannya (23/3/2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar