Ulama Ulama Aswaja Nusantara yang Berpengaruh
di Negeri Hijaz
Kategori
: Sejarah
Islam Nusantara
Penulis
: Amirul Ulum
Kata Pengantar
: Prof. Dr.
Abdul Karim, M.A., M.A. (Guru Besar Sejarah Islam UIN Sunan Kalijaga asal
Bangladesh, India)
Penerbit
: Pustaka Musi Yogyakarta
Tebal
: xxvi + 332 Halaman
No ISBN
: 602-14832-5-1
Cetakan I
: 17 Maret 2015
Harga
: Rp. 76.000,-
Peresensi
: Dwi Oktaviani Kurniawati, peminat kajian Sejarah Islam Nusantara asal Kota Jambi,
Sumatra
Perkembangan Islam di Nusantara tidak bisa
dilepaskan dari peran Hijaz (Makkah dan Madinah). Hijaz, sejak zaman zaman
Rasulullah SAW menjadi primadona bagi orang yang ingin mendalami wahyu dan
Hadist an-Nabawi. Sempat, banyak ilmuwan Islam meninggalkan Hijaz disebabkan
karena adanya pembantaian massal yang dilakukan oleh Hajaj bin Yusuf yang
mensyahidkan Abdullah bin Zubair, ulama yang sangat disegani dari sisa-sisa
sahabat Rasulullah SAW. Setelah simpuh darah membanjiri Masjidil Haram, banyak
ilmuwan Muslim yang pindah menuju Baghdad, Syam dan Mesir serta Yaman. Hingga,
ketika situasi Hijaz sudah stabil lagi, ia diserbu para thâlabah yang ingin
mencari ilmu dan keberkahan beribadah di Masjidil Haram dan Masjid an-Nabawi
yang pahalanya dilipatgandakan sebagaimana yang disabdakan baginda Nabi
Muhammad SAW.
Dari Hijaz, terpancarlah sinar Islam hingga menjulang ke seantero dunia, termasuk Nusantara (Indonesia). Indonesia terkena sinar keislaman Hijaz pada abad 1 Hijriyah/ 7 Masehi, yaitu pada masa Khalifah Ustman bin Affan. Sinar itu semakin bercahaya pada abad 18, 19 dan 20. Banyak ulama asal Nusantara yang mendatangi Hijaz, baik untuk berdagang, menuntut ilmu atau untuk menjalankan ritual ibadah haji. Dari banyaknya animo umat Islam asal Nusantara ini, maka terbentuklah Kampung al-Jawi yang barada di Syami’ah, dekat Pasar Seng. Kampung al-Jawi ini, bukan hanya dihuni oleh bangsa Indonesia, melainkan umat Islam Asia Tenggara, banyak yang bertempat tinggal di sana.
Mulanya, umat Islam yang belajar di Hijaz, terutama di Masjidil Haram mendapatkan celaan dan hinaan. Namun, dengan penuh kesabaran mereka tetap semangat untuk selalu belajar dan beristifâdah kepada para syeikh yang mengajar di Masjidil Haram. Buahnya, Hijaz dibanjiri oleh pengajar dan thâlabah yang datangnya dari Nusantara dari generasi ke generasi. Ulama-ulama dari Nusantara banyak memainkan peranan penting dalam akademik keulamaan. Prestasi mereka banyak yang mengungguli ulama-ulama yang asli orang Arab, seperti Syaikh Nawawi al-Bantani, Syaikh Abdul Hamid al-Qudsi, Syaikh Mahfudz at-Turmusi, dan Syaikh Yasin al-Fadani.
Buku Amirul Ulum ini menerangkan tentang biografi 26 ulama Aswaja asal Nusantara yang mempunyai prestasi gemilang (seperti menjadi imam, khatib dan pengajar di Masjidil Haram) yang dapat membawa nama baik Nusantara (Indonesia) hingga go internasional. Ulama-ulama tersebut yaitu, Syaikh Nawawi al-Bantani al-Makki, Syaikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi al-Makki, Syaikh Mahfudz at-Turmusi al-Makki, Syaikh Abdul Hamid al-Qudsi al-Makki, Syaikh Muhsin al-Musawa al-Palimbani al-Makki, Syaikh Abdullah Muhaimin bin Abdul Aziz al-Lasemi al-Makki, Syaikh Baqir bin Muhammad Nur al-Jukjawi al-Makki, Syaikh Yasin bin Isa al-Fadani al-Makki, Syaikh Ahmad bin Abdul Ghaffar al-Sambasi al-Makki, Syaikh Ismail al-Khalidiyah al-Minangkabawi al-Makki, Syaikh Muhammad Mukhtar bin ‘Atharid al-Bughuri al-Makki, Syaikh Junaid al-Batawi, Syaikh Abdul Karim al-Bantani al-Makki, Syaikh Ali bin Abdullah al-Banjari al-Makki, Syaikh Muhammad Ahyad bin Muhammad Idris al-Bughuri al-Makki, Syaikh Abdul Ghani al-Bimawi al-Makki, Syaikh Jinan Muhammad Thayyid al-Sariaki al-Makki, Syaikh Asy’ari bin Abdurrahman al-Baweani al-Makki, Syaikh Abu Bakar bin Syihabudin at-Tambusi al-Makki, Syaikh Ahmad Nahrawi al-Banyumasi al-Makki, Syaikh Muhammad Zainudin al-Baweani al-Makki, Syaikh Abdul Qadir al-Mindili al-Makki, Syaikh Abdullah bin Hasan al-Jawi al-Makki, Syaikh Muhammad bin Muhammad al-Jawi al-Makki, Syaikh Marzuki al-Jawi al-Makki dan Syaikh Muhammad bin Umar al-Sumbawi al-Makki.
Di dalam buku ini telah dikupas biografi langka dari sirah ulama Nusantara yang mempunyai pengaruh di Negeri Hijaz. Mungkin buku yang semacam ini baru pertama kali di Nusantara yang ditulis memakai huruf latin. Sebuah prestasi langka yang mengagumkan meskipun hanya ditulis oleh santri lulusan pesantren (lulusan Pesantren Al-Anwar asuhan KH Maimoen Zubair, sesepuh Nahdlatul Ulama). Sebenarnya Amirul Ulum dalam muqadimahnya, ingin menulis lebih dari 26 tokoh. Akan tetapi, karena minimnya data, terpaksa ia mencukupkan tokohnya menjadi 26. Menilik statemen Syaikh Yasin al-Fadani sebagaimana yang dikutip penulis bahwa ada sekitar 130 pakar hadist yang transmisi keilmuannya diriwayatkan oleh Syaikh Yasin al-Fadani yang kesemuanya tidak lepas dari Hijaz. Sehingga, dari statemen ini, bisa diambil sebuah kesimpulan, bahwa ulama-ulama asal Nusantara yang mempunyai peranan penting dalam kontak dan jaringan keilmuan di Hijaz itu lebih dari 130. Sebab, kutipan itu hanya dalam masalah Hadist, belum cabang keilmuan yang lainnya seperti Fiqih, Teologi, Gramatika Arab dan Tasawuf.
Dari beberapa kelebihan buku karya Amirul Ulum ini, ada juga beberapa kekurangannya, misalnya tokoh urutan 22 sampai 26 itu ditulis hanya beberapa lembar saja. Ada yang dua lembar dan ada yang tiga. Akan tetapi, kekurangan yang sedikit itu tidaklah mengurangi sumbangsih besar penulis yang dapat mengungkap sesuatu kekayaan sejarah ulama Nusantara di Hijaz sehingga membuat keislaman Nusantara terpancar hingga ke seantero dunia melalu mediator Makkah dan Madinah.
Saya berharap ke depan, dengan lahirnya buku ini, akan menginspirasi lahirnya buku-buku yang membahas tentang prestasi ulama Nusantara, bukan hanya di Hijaz, melainkan merambah ke Yaman, Mesir, Syam dan Negara Islam lainnya. Semua itu adalah khazanah yang luar biasa, yang membuat nama Nusantara kita harum semerbak di mata dunia. Semoga penulis buku ini mau melanjutkan studinya sehingga tokoh yang ditulis tidak hanya 26. Semoga bermanfaat. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar