Tidak Menyesal Tidak Jadi ke
Jerman
Oleh: Dahlan Iskan
16
Februari 2015
Ini masih
tentang pengalaman saya itu: menjalani program stem cell di RSUD dr Soetomo, Surabaya, seperti yang saya tulis pekan lalu. Kesimpulannya: saya
tidak menyesal membatalkan program stem cell saya di Jerman. Saya juga senang
melihat kian banyak tokoh yang mengikuti jejak saya itu. Seorang tokoh penting
dari Jakarta yang selama ini harus tiap hari suntik insulin sudah terbebas dari
diabetes. Tokoh lainnya, Pak Mahfud MD, juga merasakan manfaatnya.
Tapi,
saya masih penasaran. Terutama ketika mendapat undangan untuk menghadiri pidato
Dr Mahathir Mohamad, mantan perdana menteri Malaysia. Waktu itu saya masih
menjabat menteri. Tapi sudah mulai menjalani program stem cell di Surabaya. Pak
Mahathir lagi berkunjung ke Jakarta. Saya kaget. Pak Mahathir, di usianya yang
89 tahun, kok justru bertambah begitu gagah. Jauh berbeda dengan enam tahun
lalu, saat saya, waktu itu masih menjabat CEO Jawa Pos, menghadap beliau di
Kuala Lumpur. Waktu itu saya juga kaget: Orang kuat Malaysia itu kok begitu
lemah, sakit-sakitan, dan berjalan pun dipapah.
Dua
gambaran tentang kondisi tubuh Pak Mahathir itu sungguh menarik perhatian saya.
Bertambah tua enam tahun kok terlihat lebih muda. Juga lebih gagah. Satu jam
penuh beliau berpidato sambil terus tegak berdiri. Masih ditambah dengan
menjawab banyak pertanyaan dengan gaya yang sangat tangkas.
Ketangkasan
Pak Mahathir itu mengganggu konsentrasi saya dalam menyimak isi pidatonya.
Pikiran saya terus dipenuhi pertanyaan: Beliau makan apa? Obat apa? Ramuan apa?
Stem cell? Di mana? Jerman? Amerika?
Waktu
saya pergi ke Kuala Lumpur untuk menghadiri penganugerahan gelar doktor HC bagi
Pak Chairul Tanjung, saya mencoba curi dengar. Belum tentu akurat. Saya juga
tidak punya kesempatan mengonfirmasikannya. Di samping mendapatkan stem cell
biasa, beliau konon juga menjalani program stem cell jenis lain: NK cell.
Info
tentang NK cell itu saya teruskan kepada Dr dr Purwati MPd yang sedang
melakukan stem cell untuk saya. ”Apa itu NK cell?” tanya saya sambil menikmati
proses masuknya 200 juta sel muda ke tubuh saya. ”Saya juga mendalami NK cell,”
ujarnya. ”Kalau mau, saya juga bisa melakukannya,” tambahnya. ”Mau!” jawab
saya.
Saya
ingin tahu apakah dokter ahli kita benar-benar tidak kalah dengan yang ada di
negara maju. Itu penting untuk menghadapi persaingan global dan pasar bebas.
”Mau!” kata saya, menegaskan.
Saya
bangga kepada semua dokter kita sendiri, terutama yang masih muda seperti Dr
Purwati yang hebat itu. Saya juga sudah bertekad mengabdikan diri saya demi
kemajuan ilmu pengetahuan. Yakni sejak saya diberi anugerah panjang umur
terhindar dari kematian delapan tahun lalu. Saya terus bersyukur karena operasi
ganti hati saya berhasil sampai sekarang.
”Betul,
mau,” tegas saya lagi.
Maka,
setelah menjalani satu seri program stem cell untuk mempermuda sel, saya mulai
menjalani NK cell. Yang pertama tiga bulan lalu. Yang kedua baru beberapa hari
kemarin. Tidak ada efek buruk yang terasa. Hasil tes darah saya tetap prima
(lihat di catatan di bagian bawah tulisan ini).
Tapi, apa
itu NK cell?
Inilah penjelasan
Dr Purwati: NK cell kepanjangan dari natural killer cell. Disebut juga sebagai
LGL atau large granular lymphocyte. NK cell berfungsi memberikan respons
pertahanan terhadap infeksi dan pembentukan tumor atau kanker.
Dengan NK
cell, begitu ada infeksi yang masuk ke tubuh, terutama infeksi yang disebabkan
virus, NK cell akan menghancurkan virus tersebut. Demikian juga terhadap
kanker. NK cell memang punya reseptor spesifik untuk membunuh sel-sel kanker.
Di samping itu, NK cell punya sifat yang unik. Di satu sisi meningkatkan sistem
imun (bila sistem imun sedang rendah), di sisi lain bisa men-downgrade sistem
imun jika sistem imun di tubuh berlebihan.
Proses NK
cell untuk saya kini sedang berlangsung. Menunggu proses ketiga. Hasilnya
kelak, biarlah waktu yang bicara. (*)
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar