Senin, 06 April 2015

Dahlan: Tidak Menyesal Tidak Jadi ke Jerman



Tidak Menyesal Tidak Jadi ke Jerman
Oleh: Dahlan Iskan
16 Februari 2015

Ini masih tentang pengalaman saya itu: menjalani program stem cell di RSUD dr Soetomo, Surabaya, seperti yang saya tulis pekan lalu. Kesimpulannya: saya tidak menyesal membatalkan program stem cell saya di Jerman. Saya juga senang melihat kian banyak tokoh yang mengikuti jejak saya itu. Seorang tokoh penting dari Jakarta yang selama ini harus tiap hari suntik insulin sudah terbebas dari diabetes. Tokoh lainnya, Pak Mahfud MD, juga merasakan manfaatnya.

Tapi, saya masih penasaran. Terutama ketika mendapat undangan untuk menghadiri pidato Dr Mahathir Mohamad, mantan perdana menteri Malaysia. Waktu itu saya masih menjabat menteri. Tapi sudah mulai menjalani program stem cell di Surabaya. Pak Mahathir lagi berkunjung ke Jakarta. Saya kaget. Pak Mahathir, di usianya yang 89 tahun, kok justru bertambah begitu gagah. Jauh berbeda dengan enam tahun lalu, saat saya, waktu itu masih menjabat CEO Jawa Pos, menghadap beliau di Kuala Lumpur. Waktu itu saya juga kaget: Orang kuat Malaysia itu kok begitu lemah, sakit-sakitan, dan berjalan pun dipapah.

Dua gambaran tentang kondisi tubuh Pak Mahathir itu sungguh menarik perhatian saya. Bertambah tua enam tahun kok terlihat lebih muda. Juga lebih gagah. Satu jam penuh beliau berpidato sambil terus tegak berdiri. Masih ditambah dengan menjawab banyak pertanyaan dengan gaya yang sangat tangkas.
Ketangkasan Pak Mahathir itu mengganggu konsentrasi saya dalam menyimak isi pidatonya. Pikiran saya terus dipenuhi pertanyaan: Beliau makan apa? Obat apa? Ramuan apa? Stem cell? Di mana? Jerman? Amerika?

Waktu saya pergi ke Kuala Lumpur untuk menghadiri penganugerahan gelar doktor HC bagi Pak Chairul Tanjung, saya mencoba curi dengar. Belum tentu akurat. Saya juga tidak punya kesempatan mengonfirmasikannya. Di samping mendapatkan stem cell biasa, beliau konon juga menjalani program stem cell jenis lain: NK cell.

Info tentang NK cell itu saya teruskan kepada Dr dr Purwati MPd yang sedang melakukan stem cell untuk saya. ”Apa itu NK cell?” tanya saya sambil menikmati proses masuknya 200 juta sel muda ke tubuh saya. ”Saya juga mendalami NK cell,” ujarnya. ”Kalau mau, saya juga bisa melakukannya,” tambahnya. ”Mau!” jawab saya.

Saya ingin tahu apakah dokter ahli kita benar-benar tidak kalah dengan yang ada di negara maju. Itu penting untuk menghadapi persaingan global dan pasar bebas. ”Mau!” kata saya, menegaskan.

Saya bangga kepada semua dokter kita sendiri, terutama yang masih muda seperti Dr Purwati yang hebat itu. Saya juga sudah bertekad mengabdikan diri saya demi kemajuan ilmu pengetahuan. Yakni sejak saya diberi anugerah panjang umur terhindar dari kematian delapan tahun lalu. Saya terus bersyukur karena operasi ganti hati saya berhasil sampai sekarang.

”Betul, mau,” tegas saya lagi.

Maka, setelah menjalani satu seri program stem cell untuk mempermuda sel, saya mulai menjalani NK cell. Yang pertama tiga bulan lalu. Yang kedua baru beberapa hari kemarin. Tidak ada efek buruk yang terasa. Hasil tes darah saya tetap prima (lihat di catatan di bagian bawah tulisan ini).

Tapi, apa itu NK cell?

Inilah penjelasan Dr Purwati: NK cell kepanjangan dari natural killer cell. Disebut juga sebagai LGL atau large granular lymphocyte. NK cell berfungsi memberikan respons pertahanan terhadap infeksi dan pembentukan tumor atau kanker.

Dengan NK cell, begitu ada infeksi yang masuk ke tubuh, terutama infeksi yang disebabkan virus, NK cell akan menghancurkan virus tersebut. Demikian juga terhadap kanker. NK cell memang punya reseptor spesifik untuk membunuh sel-sel kanker. Di samping itu, NK cell punya sifat yang unik. Di satu sisi meningkatkan sistem imun (bila sistem imun sedang rendah), di sisi lain bisa men-downgrade sistem imun jika sistem imun di tubuh berlebihan.

Proses NK cell untuk saya kini sedang berlangsung. Menunggu proses ketiga. Hasilnya kelak, biarlah waktu yang bicara. (*)

Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar