KHOTBAH JUM'AT
Keharusan Bersikap Baik kepada Istri
Khutbah I
اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم}، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Di dalam Al-Qur’an, surah Luqman, ayat 14,
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
Artinya: “Dan kami perintahkan kepada manusia
untuk berbuat baik kepada kedua orang tua (ibu-bapa); ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan susah dan lemah yang beratambah-tambah dan
menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada bapk ibumu. Hanya
kepada-Ku lah kembalimu.”
Ayat diatas terutama ditujukan kepada
anak-anak, baik mereka masih anak-anak maupun telah dewasa, agar mereka
berbakti kepada kedua orang tuanya, khususnya ibu, sebab seorang ibu sedemikian
berat tugasnya dalam hidup ini.
Uraian tentang kandungan ayat diatas sudah
banyak disampaikan oleh para kiai atau ustadz, baik dalam pengajian-pengajian
maupun khutbah-khutbah Jum’ah. Tetapi dalam kesempatan ini khatib ingin
mengajak kepada para suami atau bapak-bapak untuk memahami lebih dalam. Ayat
diatas memang secara langsung ditujukan kepada anak, namun secara tidak
langsung, Allah SWT sebenarnya juga mengingatkan kepada para suami bahwa tugas
seorang istri dalam rumah tangga sangatlah berat.
Ayat yang berbunyi حَمَلَتْهُ
أُمُّهُ
وَهْنًا
عَلَىٰ
وَهْنٍ
“ibunya telah mengandungnya dalam keadaan susah payah”
sebenarnya tidak hanya mengingatkan kepada kita semua bahwa ibu-ibu dahulu
sewaktu mengandung kita selama kira-kira 9 bulan memikul beban yang sangat
berat, tetapi juga mengingatkan bahwa ketika istri kita mengandung anak-anak
yang akan menjadi darah daging dan penerus kita, istri kita memikul beban yang
sama beratnya dengan ibu-ibu kita.
Tentunya masih kuat dalam ingatan kita betapa
beratnya kondisi istri sewaktu ia mengandung anak kita. Berbagai risiko harus
ditanggungnya seperti keguguran, janin meninggal dalam kandungan, hamil di luar
rahim, dan sebagainya. Semua risiko itu berdampak langsung terhadap keselamatan
baik fisik maupun jiwanya.
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Kita sebagai laki-laki yang oleh Allah diberi
kekuatan fisik yang lebih besar, tidak bisa berbuat banyak untuk meringankan
beban istri yang sedang mengadung. Ini karena tugas mengandung memang
sepenuhnya menjadi kodrat perempuan yang takkan mungkin bisa digantikan oleh
laki-laki.
Setelah kira-kira 9 bulan mengandung, tugas
istri selanjutnya adalah melahirkan. Tugas ini ber-risiko tinggi karena secara
langsung berkaitan dengan keselamatan jiwa. Tentunya telah sering kita dengar
beberapa perempuan meninggal saat melahirkan. Dalam proses melahirkan ini,
seorang suami juga tidak bisa berbuat banyak untuk meringankan beban istrinya.
Beberapa suami yang lain tak sanggup dan tak tega menyaksikan istri sedang
berjuang melahirkan karena penderitaan yang dialaminya sangat berat dengan
nyawa sebagai taruhannya.
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Setelah melahirkan, tugas istri berikutnya
adalah menyusui. Al-Quran memberitakan masa menyusui adalah dua tahun
sebagaimana bunyi ayat وَفِصَالُهُ
فِي
عَامَيْنِ
“dan menyapihnya dalam dua tahun.” Dalam masa menyusui, seorang
istri harus berhati-hati dan selalu menjaga dirinya sebaik mungkin karena apa
yang terjadi pada dirinya bisa berdampak langsung pada si bayi. Istri harus
sanggup berjaga menahan kantuk, baik siang maupun malam. Ketika si bayi haus
dan lapar dan membutuhkan ASI, seorang ibu harus selalu siap memberikannya.
Dalam tugas ini, suami juga tidak bisa berbuat banyak untuk meringankan beban
istri..
Mengingat beratnya tugas perempuan terkait
dengan mengandung, melahirkan dan menyusui, maka Allah SWT memberikan
keringanan kepada perempuan untuk tidak berpuasa di bulan Ramadhan dengan
kompensasi tertentu sebagaimana diatur dalam fiqih. Keringanan ini merupakan
bentuk pengakuan dan penghargaan Allah SWT kepada para perempuan atau ibu-ibu
bahwa tugas mereka memang sangat berat. Pengakuan dan penghargaan seperti ini
tidak diberikan kepada laki-laki karena faktanya tugas alamiah laki-laki tidak
seberat perempuan.
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Nabi Muhammad SAW juga memberikan penghargaan
yang besar kepada perempuan. Lewat beberapa hadistnya, Rasulullah SAW
menujukkan kedudukan perempuan yang tinggi di mata Islam. Nabi Muhammad SAW
bersabda:
اَلْجَنَّةُ تَحْتَ أَقْدَامِ الأُمَّهَاتِ
Artinya: “Surga itu di bawah telapak kaki
ibu.”
Kita semua tahu bahwa telapak kaki adalah
bagian paling bawah atau rendah dari organ manusia. Sedangkan surga berada di
bawah telapak kaki ibu-ibu. Namun, maksud hadits ini adalah tidak mungkin
seorang anak bisa masuk surga tanpa ketundukan kepada seorang ibu. Maka
pertanyaannya adalah bagaimana bisa seorang anak tunduk kepada ibunya jika ia
tidak diajari, tidak dididik dan tidak dilatih?
Untuk itu, seorang suami juga berkewajiban
mendidik anak-anaknya agar mereka tunduk dan menghormati kepada ibunya tanpa
harus merasa disaingi atau dikalahkan oleh mereka sebab Nabi Muhammad SAW telah
menegaskan bahwa seorang anak harus bersikap baik dan hormat kepada ibunya tiga
kali lebih besar daripada kepada ayahnya sebagai mana disebutkan dalam hadits
yang diriwayatkan dari Abu Hurairah:
جَاءَ رَجُلٌ اِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مَنْ اَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِيْ قَالَ اُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ اُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ اُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ اَبُوْكَ
Artinya: “Suatu hari datanglah seorang
laki-laki kepada Rasulillah SAW. Orang itu bertanya kepada Rasulullah, siapakah
diantara manusia yang paling berhak kami sikapi dengan baik. Nabi menjawab,
ibumu. Orang itu bertanya lagi, siapa lagi setelah itu. Nabi menjawab, ibumu.
Orang itu bertanya lagi, siapa lagi setelah itu. Nabi menjawab, ibumu. Orang
itu bertanya lagi. Nabi kemudian menjawab, kemudian ayahmu.
Memperhatikan hadits diatas, maka menjadi
penting bagi seorang suami untuk menciptakan suasana kondusif di dalam keluarga
agar seluruh anggota keluarga menaruh hormat kepada istrinya atau ibu bagi
anak-anaknya. Kondisi ini bisa mudah dicapai jika seorang suami senantiasa
menujukkan sikap penghargaannya kepada istri dalam rangka memberikan contoh
bagi anak-anaknya. Rasulullah SAW bersabda:
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِى
Artinya: ”Sebaik-baik kalian adalah yang
terbaik sikapnya terhadap keluarga. Dan aku adalah yang terbaik diantara kalian
terhadap keluargku.” (HR. Tirmidzi).
Berbicara tentang keluarga, maka dari sudut
pandang suami, istri adalah orang pertama yang kemudian diikuti anak-anak
sehingga hadits tersebut juga bermakna sebaik-baik suami adalah yang terbaik
sikapnya kepada istri. Dari situ pulalah anak-anak mengikuti sikap baik ayahnya
untuk bersikap baik kepada ibunya.
Selian itu, di dalam Al Quran juga ditegaskan
dalam Surah Annisa’, ayat 19:
وَعَاشِرُوْهُنَّ بِاْلمَعْرُوْفِ
Artinya: “Pergaulilah istrimu dengan
baik.”
Dengan adanya ketegasan Al-Qur'an dan hadits
seperti itu, marilah lewat mimbar ini khatib mengajak kepada para suami atau
bapak-bapak untuk senantiasa menghargai istri dengan bersikap baik kepadanya.
Jangan sampai istri yang telah berjasa besar dan bersusah payah membantu kita
menyelesaikan banyak pekerjaan dari bangun tidur hingga bangun tidur lagi
justru menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga atau sering disingkat KDRT. Naúdzu
billahi min dzalik.
جَعَلَنا اللهُ وَإيَّاكم مِنَ الفَائِزِين الآمِنِين، وَأدْخَلَنَا وإِيَّاكم فِي زُمْرَةِ عِبَادِهِ المُؤْمِنِيْنَ : أعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيمْ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمانِ الرَّحِيمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ وذِكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama Islam
Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar