Ketika Sayyidina Umar Terima Keluhan Orang
Tua soal Anak Nakal
Karunia anak merupakan salah satu anugerah
terbesar yang diberikan Allah untuk kedua orang tua. Anugerah tersebut harus
dijaga dan dididik dengan baik, agar kelak menjadi anak yang shaleh dan
bermanfaat bagi orang lain.
Al-Imam al-Ghazali menyatakan bahwa apabila
anak dibiasakan berbuat baik sejak dini, maka ia akan tumbuh besar menjadi
baik, bahagia di dunia dan akhirat. Orang tua serta pendidiknya mendapatkan
pahala atas usaha mendidiknya. Namun bila anak dibiarkan terdidik dengan buruk,
maka ia akan terbiasa melakukan keburukan, celaka di dunia dan akhirat. Orang
tua dan pendidiknya juga ikut terkena imbas dosanya.
Bukan sepenuhnya kesalahan anak bila
ditemukan anak yang durhaka kepada orang tuanya. Sahabat Umar bin al-Khathab
saat menjadi khalifah pernah menegaskan hal tersebut.
Seorang laki-laki datang menemui Sahabat Umar
bin al-Khatab. Ia mengadu akan tindakan kurang ajar anaknya. Lantas Sahabat
Umar memanggil sang anak durhaka tersebut untuk dipertemukan dengan orang
tuanya sekaligus dimintai klarifikasi.
Karena tidak terdidik dengan baik, bukannya
mengakui kesalahannya, si anak justru mencela orang tuanya karena telah
menelantarkannya.
“Wahai Amirul Mukminin... Bukankah orang tua
juga punya kewajiban kepada anaknya?” tegas sang anak.
“Ya, benar,” ujar Sayyidina Umar.
“Lantas apa itu kewajiban orang tua kepada
anaknya?” si anak kembali bertanya kepada Khalifah Umar.
Atas pertanyaan perihal kewajiban orang tua
kepada anaknya, Sahabat Umar mengatakan:
أَنْ
يَنْتَقِيَ أُمَّهُ وَيُحَسِّنَ اسْمَهُ وَيُعَلِّمُهُ الْكِتَابَ
“Memilihkan ibu yang baik untuknya,
memberinya nama yang bagus, dan mengajarkannya Al-Qur’an”.
“Wahai Amirul Mukminin. Sungguh Ayahku ini
tidak melakukan tiga hal tersebut. Ibuku adalah seorang negro dari keturunan
Majusi. Ayahku menamaiku “Kumbang”. Dan tidak pernah Ia mengajariku satu huruf
pun dari Al-Qur’an,” ujar si anak menceritakan kondisinya.
Mendengar penjelasan pihak si anak, Sahabat
Umar justru menegur keras orang tua si anak tersebut. Beliau memandang ke arah
orang tua si anak dan memberinya nasihat:
جِئْتَ
تَشْكُوْ عُقُوْقَ ابْنِكَ وَقَدْ عَقَقْتَهُ قَبْلَ أَنْ يَعُقَّكَ وَأَسَأْتَ
إِلَيْهِ قَبْلَ أَنْ يُسِيْئَ إِلَيْكَ
“Anda mengadu kepadaku akan kenakalan anakmu,
sementara anda sendiri telah durhaka kepadanya sebelum dia durhaka kepadamu.
Anda telah memperlakukannya dengan buruk sebelum ia memperlakukan buruk
kepadamu!” []
Cerita di atas disarikan dari kitab
"al-Fawaid al-Mukhtarah" karya Habib Ali bin Hasan Baharun, halaman
83-84.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar