Merenungi Petuah Cucu
Rasulullah
Judul
Buku : Pelita Sang Ahli Sujud: 28
Nasihat Penenang Hati
Penulis
: Royhan Firdausy
Penerbit
: Quanta - PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia
Cetakan
: Pertama, Desember 2017
Tebal
: 231 halaman
ISBN
: 978-602-04-5145-9
Peresensi
: Siti Lailatul Qomariyah,
Peneliti di Pusat Studi Al-Quran (PSQ) Ciputat.
KH Muhammad Ahmad
Sahal Mahfudh (w. 2014) pernah mengataka, jika kehidupan saat ini masuk pada
'Era Tinggal Landas'. Sebutan itu muncul karena melihat zaman yang semakin
berkembang dan kemajuan tehnologi makin canggih membuat banyak manusia tergerus
oleh kehidupan duniawi, sehingga urusan akhirat terabaikan.
Dampaknya jiwa mulai
terusik. Gersang. Dan hatipun tak lagi merasakan ketenangan. Karena cenderung
mementingkan urusan jasmani dibanding ruhani. Meskipun hidup lebih dari
sejahtera, namun tidak memiliki ketenangan hati.
Di tengah-tengah
keadaan yang demikian, Royhan Firdausy sebagai penulis buku ini mencoba untuk
menghidangkan 28 kumpulan nasihat bijak sebagai pengisi spiritual dan
penyeimbang ruhani terhadap jasmani. Membagikan resep agar manusia tetap berada
pada kepentingan duniawi dan ukhrawi.
Nasihat-nasihat yang
dihidangkan dalam buku ini merupakan kutipan dari petuah Sayyidina Zainal Abidin
yang mempunyai gelar as-Sajjad (Sang ahli sujud). Beliau merupakan putra
Sayyidina Husain, cucu Rasulullah Saw. yang menjadi satu-satunya sumber utama
lahirnya keturunan-keturunan Rasulullah. Selain memiliki nasab mulia, akhaknya
juga indah. Iman dan takwanya sangat tinggi. Dan sujud kepada Allah menjadi
kebiasannya.
Dalam buku ini,
penulis memulai nasihatnya dengan menyentuh tentang arti dan makna kehidupan.
Tulisnya, dalam hidup, sepatutnya kita menyadari makna hidup itu sendiri, yakni
untuk apa dan bagaimana, dari mana dan hendak ke mana. Pertanyaan yang
semestinya selalu hadir dalam benak kita, agar kita menyadari bahwa hidup
adalah kesempatan yang mengantarkan kita pada kebahagiaan jika kita
memanfaatkan hidup ini dengan sebaik-baiknya. Oleh sebab itu, butuh perjuangan
dan pengorbanan untuk menggapai suatu kebahagiaan, (hal. 8).
Tentu saja dalam buku
ini tidak terbatas pada satu pembahasan tentang arti kehidupan, namun lebih
luas lagi, yakni mencakup perihal akhlak, motivasi dalam ibadah, hubungan
kemasyarakatan, keberkahan dalam rizki dan tangga menuju kebahagiaan dunia
akhirat.
Dalam setiap poinnya
penulis memberikan pemaparan yang cukup komprehensif. Penulis tidak hanya
berhenti pada kutipan saja. Namun juga mengkolaborasikannya dengan ayat-ayat
Al-Qur’an, hadis dan pendapat para ulama. Sehingga setiap nasihat tersebut
mengandung pesan yang dalam dan pengetahuan yang luas.
Di antaranya, Royhan
menuliskan jika hakikat kekayaan tidak melulu pada banyaknya materi, begitu
juga kebahagiaan tidak terletak pada kekayaan. Namun, hakikat kekayaan adalah
kayanya hati (hati yang merasa cukup). Sedangkan fakir adalah fakirnya hati
(hati yang selalu merasa tidak puas. Keterangan ini sebagaimana dijelaskan oleh
hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban. Selain ungkapan hadis
tersbeut, penulis menambahkan pernyataan Ibnu Hajar al-Asqalani, yang
menyatakan bahwa orang yang disifati dengan kaya hati ialah orang yang selalu
qanaah (merasa cukup) dengan rezeki yang Allah berikan. Ia tidak rakus untuk
menambahnya tanpa ada kebutuhan. Ia pun tidak seperti orang yang tidak pernah
letih dalam mengumpulkannya. Ia pun tidak meminta-minta dengan bersumpah untuk
menambah hartanya. Bahkan yang terjadi padanya ialah ia selalu ridha dengan
pembagian Allah yang Maha Adil padanya. Orang seperti inilah yang akan kaya
selamanya, (hal. 44-45).
Selain sebuah
pemaparan, penulis juga memberikan sebuah kesimpulan, atau sebuah solusi.
Sebagaimana dalam nasihat perihal “senang atas perbuatan dosa”, sebagai penutup
dituliskan, kunci agar seseorang kembali dari kesenangan yang membutakan, dan
kembali menuju pada kesadaran akan kebenaran adalah dengan banyak beribadah dan
berdoa. Beribadah dari yang wajib hingga yang sunnah serta berbuat kebaikan
terhadap sesama makhluk. Sedangkan melalui doa, Allah akan meluluhkan hati yang
sudah membatu dan menyinari jiwa yang gelap gulita, (hal. 194).
Di sela sela
menikmati hiruk pikuknya kehidupan, nasihat-nasihat seperti yang dihidangkan
dalam buku ini sangat perlu dipertimbangkan. Pembaca akan mendapati nasihat
cucu Rasulullah yang dikemas dengan gaya bahasa yang indah. Maka buku ini layak
dibaca untuk semua kalangan, tidak terbatas pada remaja atau orang tua. Sebab
pembahasan di dalamnya juga merupakan sebuah nasihat umum yang menyejukkan
setiap hati yang mau merenungkan, terlebih mengamalkan isinya. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar