Anak-anak, Jadilah Anak
Yang Baik
Oleh: M. Rahim Bawa Muhaiyaddeen
SALAM sayangku padamu, cucu-cucuku, saudara-saudaraku,
anak-anakku. Datanglah mendekat dan duduklah. Kalian semua hendaknya menatapku
dan mendengarkan dengan seksama pada apa yang akan aku katakan. Kalian harus
belajar mengatur diri sendiri dengan benar. Kehidupan kalian sangat halus, dan
kalian harus menjalaninya dengan kearifan yang halus!
Pertama kalian harus berpikir tentang apa
yang baik dan apa yang buruk, kemudian buanglah jauh-jauh semua yang buruk dan
hanya kerjakan apa yang baik saja. Lihatlah bagaimana rasanya kebaikan-kebaikan
itu. Dan jika seseorang melakukan kepadamu, maka kalian juga melakukan kebaikan
kepadanya. Tapi jika seseorang melakukan sesuatu yang buruk, lupakan saja hal
itu. Jangan sekali-kali melakukan sesuatu yang buruk Sebagai balasan!
Juga, cucu-cucuku, kalian harus selalu
menghormati ayah dan ibumu. Tidak hanya menghormati mereka, tetapi juga harus
patuh kepada mereka. Jika seseorang sedikit lebih tua darimu, maka perlakukan
dia seperti kakakmu. Jika seseorang lebih tua lagi, kalian seharusnya
menghormatinya seperti seorang ayah. Jika seseorang lebih muda darimu, maka
tunjukkanlah kepadanya kasih sayang dan cinta serta mengawasinya seperti adik
atau anakmu. Engkau harus menghormatinya juga. Bahkan terhadap sapi, kambing
dan binatang-binatang lainnya, engkau harus menunjukkan cinta dan kasih.
Sepanjang hidupmu, engkau harus menunjukkan 3.000 sifat agung Allah kepada
semua orang. Engkau harus menjalankan tugasmu dan menghormati mereka yang
rendah dan mereka yang tinggi. Engkau harus melakukan hal ini tanpa perbedaan
apapun, tanpa memperdulikan tingkat hidup mereka.
Tugas apa pun yang engkau lakukan untuk orang
lain, lakukanlah tugas itu dengan cinta, kasih, kebenaran, dan hati terbuka.
Jangan menjalankan tugas tersebut dengan rasa egois dan jangan mengharapkan
imbalan. Baik engkau menolong anak kecil atau orang dewasa, jangan harapkan
imbalan pertolongan. Tunjukkan kepada mereka cinta, dan ketika pekerjaanmu
selesai, maka jalanlah dengan gembira di atas jalanmu.
Engkau tidak boleh berpikiran seperti ini,
“Aku menjalankan tugas ini untukmu, jadi sekarang apa yang akan kau lakukan
untukku?” Jangan sekali-kali engkau berpikiran seperti itu. Jika engkau
menolong seseorang dan mengharapkan sesuatu sebagai imbalannya, maka engkau
adalah orang egois yang mementingkan urusan sendiri, sedangkan pertolongan,
cinta, atau kebenaran yang engkau berikan, akan kembali merugikanmu. Ini akan
membawa karma untukmu. Jika engkau memberi pertolongan dengan cara itu, maka
itu jahat, bukan baik. Engkau seharusnya tidak pernah mengalami keadaan itu. Imbalan
yang engkau terima berasal dari pertolongan yang engkau berikan, bukan dari
orang yang engkau bantu. Itu tanggung jawabnya, bukan tanggung jawabmu, untuk
mengingat pertolongan yang diterimanya. Engkau seharusnya hanya memberi
pertolongan dan kemudian berlalulah. Sungguh salah untuk mengharapkan sesuatu
sebagai imbalannya.
Namun demikian, jika engkau menjalani
kehidupan dengan hati yang penuh dengan cinta, maka cinta seperti itu bahkan
Iebih besar dan samudera. Cinta seperti itu akan menjadi perbendaharaan tanpa
batas dalam hati setiap insan. Jika engkau melaksanakan tugasmu dengan cara
yang benar, selesaikanlah tugas itu, dan kemudian berlalulah, ini akan
memberikan kedamaian dalam hati orang lain. Tugas seperti itu akan menjadi
perbendaharaan keagungan Allah.
Cucu-cucuku, engkau seharusnya tidak pernah
marah. Kemarahan adalah guru dan dosa. Kemarahan akan membimbingmu ke jalan
dosa dan melemparkanmu langsung ke neraka. Ketergesa-gesaan akan menelan
kebaikanmu, kearifan yang sejati. Ketidaksabaran adalah musuh kearifanmu.
Segala yang gemerlap tidak selalu emas. Jangan menganggap apa saja yang engkau
lihat adalah kebenaran! Sebuah belanga emas tidak memerlukan hiasan, begitu
pula sebentuk hati kebenaran. Kebenaran tidak perlu dihias.
Jika engkau memiliki kearifan sejati, engkau
tidak perlu memamerkannya dalam perbuatan. Setiap kata yang engkau ucapkan,
akan indah, penuh cinta, dan kasih. Akan ada kemanisan dan martabat dalam
kata-kata itu. Jika kearifanmu berasal dan kebenaran, maka keanifan itu sendiri
akan indah. Kearifanmu tidak memerlukan hiasan. Jadi jangan mengucapkan
kata-kata yang engkau peroleh di sana-sini! Ucapanmu seharusnya muncul secara
otomatis dan kalbumu dan mengungkapkan kebenaran. Cukup, ucapkan kebenaran itu.
Tidak ada perlunya untuk membumbui kebenaran dan membuatnya elok.
Cucu-cucuku, janganlah mencuri. Janganlah
berbohong kepada orangtuamu karena takut kepada mereka. Katakan kepada mereka
kebenaran dengan cinta. Berkatalah, “Aku telah membuat kesalahan. Maafkanlah
aku atas apa yang telah aku lakukan.” Pertama, memohonlah ampun kepada Allah,
lalu minta maaf kepada orangtuamu. Kemudian, mintalah maaf kepada orang lain
atas kesalahan yang telah engkau perbuat. Jika engkau menyadari kesalahanmu dan
bertobat, maka dosamu akan dihapus. Tapi jika engkau tidak menyadari
kesalahanmu, jika engkau tidak minta maaf maka dosa itu akan tetap bersamamu.
Jangan sekali-kali berkata apa pun untuk
melukai orang lain; senantiasa berbicaralah dengan cinta. Tunjukkan kepada
orang lain tatapan cinta dan kasih; janganlah menatap muka mereka seperti yang
dilakukan harimau. Jangan berkelahi dengan orang lain, cobalah menyayangi
mereka dengan cinta, kasih sayang, kepercayaan, dan perdamaian.
Engkau tidak boleh menyimpan rasa permusuhan
di hatimu terhadap orang lain. Hapuslah rasa permusuhan itu dan semua sifat
jahat dalam dirimu. Jangan berpegang pada keraguan karena keraguan adalah
penyakit kanker yang parah. Buanglah penyakit itu. Buanglah kecurigaan apa pun
yang kau punyai terhadap orang-orang lainl Mereka adalah saudara-saudaramu,
hiduplah tanpa keraguan. Cara itu akan membuatmu gembira. Cara itu akan
merupakan surga bagimu.
Jangan melukai, menyiksa atau menyebabkan
penderitaan pada makhluk lain. Bahkan sapi jantan yang menarik kereta,
seharusnya dimanfaatkan dengan penuh kasih. Jangan memberi beban yang lebih
daripada kemampuannya Bagaimanapun, ketika kau dibebani dengan beban yang
terlalu berat, bisakah kau membawanya? Bukankah hal itu sukar bagimu? Maka dan
itu, berpikirlah tentang penderitaan yang engkau timbulkan pada seekor sapi
jantan ketika engkau meletakkan beban yang lebih berat daripada kemampuannya. Cucu-cucuku,
kau harus tahu kapasitas tubuh setiap orang dan mengetahui kondisi mereka.
Barulah engkau mampu memberinya pekerjaan yang tepat, memperlakukannya dengan
rasa hormat, dan melindunginya.
Salam sayangku padamu, cucu-cucuku. Kapan pun
engkau memberi makanan kepada seseorang, lihatlah kapasitas perutnya dan
berilah dia sejumlah makanan yang tepat yang dibutuhkan untuk mengisi perutnya.
Jika engkau memberi terlalu banyak, maka dia tidak akan bisa memakannya; namun
jika engkau memberi terlalu sedikit, maka dia akan menderita karena masih
lapar.
Kenalilah sifat-sifat hati masing-masing
orang dan kemudian layanilah dia. Tetapi terlebih dahulu, cobalah untuk
mengenal hatimu sendiri. Barulah kemudian engkau bisa mernahami hati orang
lain. Jika engkau memiliki pemahaman itu, maka kata-kata apa pun yang engkau
ucapkan dan tugas apa pun yang engkau laksanakan, akan menjadi tugas sejati,
yaitu tugas abadi Allah. Jika engkau berada dalam situasi itu, maka cinta yang
engkau berikan pada setiap orang adalah cinta sempurna Allah. Dalam setiap
keadaan, laksanakan tugasmu dengan pengertian.
Cahaya mataku yang berkilau, cucu-cucuku,
saudara-saudaraku, dan anak-anakku, ketika engkau pergi ke sekolah, perhatikan
apa yang kau pelajari. Jangan perhatikan apa yang sedang dikerjakan orang lain.
Jangan menghabiskan waktu sibuk dengan hal-hal lain. Konsentrasilah pada apa
pun yang sedang engkau kerjakan pada saat ini, Itulah satu-satunya hal yang
seharusnya engkau pikirkan sampai pelajaran tersebut selesai. Jika engkau pergi
shalat, konsentrasilah pada shalat itu. Jika engkau membaca sebuah buku,
berkonsentrasilah pada buku itu. Jika engkau mempunyai pekerjaan lainnya,
fokuskan pada pekerjaan itu. Konsentrasilah penuh dengan kearifanmu.
Bersungguh-sungguhlah untuk melaksanakan segala hal dengan cara ini dan
lakukanlah segala sesuatu atas nama Allah.
Cucu-cucuku, jangan mencuri dengar apa yang
sedang dikatakan orang lain. Jangan mencari tahu apakah mereka sedang berbicara
tentang dirimu atau diriku. Di dunia, ada begitu banyak pembicaraan dan begitu
banyak kebodohan. Jangan pasang telingamu untuk suara dunia, untuk kata-kata
kebodohan. Pasrahkan telingamu pada suara Allah. Cintailah tugas yang harus
engkau laksanakan dan berikan telingamu pada tugas itu.
Cahaya mataku yang berkilauan, laksanakan
tugas-tugasmu dengan cara yang baik, tanpa menaruh perhatian pada dunia yang
ada dalam dirimu. Dengan cara ini, laksanakan segala tindakan yang engkau
kerjakan setiap han. Kebodohan, ilusi dan setan selalu bermain di dalamnya.
Halau permainan yang sedang bergumul dalam dirimu, dan lupakan permainan di
dunia luar
Salam sayangku padamu, cucu-cucuku. Kalian
semua seharusnya merenungkannya. Selalulah membuang apa yang jelek, simpanlah
apa yang baik, dan bertindaklah sesuai dengan kebaikan. Milikilah perilaku,
tindakan, dan sifat Allah dan buanglah sifat-sifat lainnya.
Cucu-cucuku, jika engkau turnbuh dewasa dalam
kebaikan ini, maka engkau akan menjadi “anak-anak” Allah. Engkau akan hidup
sebagai anak-anak yang baik di dunia ini, dan akan dibutuhkan di dunia ini dan
dunia yang akan datang. Allah akan menerimamu sebagai anak-anak keimanan dan
kebenaran. Engkau akan menerima kebaikan-Nya, dan dari kebaikan itu, engkau
akan meraih keuntungan abadi.
Hiduplah sebagal anak-anak yang baik untuk
semua orang dan sebagai anak-anak yang baik untuk Allah. Berbaik hatilah
terhadap hatimu sendiri dan pada kearifanmu.
Salam sayangku padamu. Berpikirlah tentang
hal ini dan jalani hidupmu dengan cara yang halus in. Amin. Semoga Allah
menolong kita semua. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar