Dialog Trotoar Dahlan Iskan dengan Demonstran
’’Saya Dahlan…”
’’Anda demo ya?,”
tanya Dahlan Iskan.
’’Iya Pak, kami lagi
demo,” jawab beberapa mahasiswa.
’’Demo soal apa?”
tanya Dahlan lagi.
’’Demo Pilkada Pak,”
jawab mereka.
’’Pilkada di mana?,”
Dahlan melanjutkan pertanyaan.
’’Pemilihan gubernur
DKI Pak,” jawab Dadan Gundara, salah satu demonstran.
’’Mengapa Anda demo
Pilkada DKI?,” Dahlan terus bertanya.
’’Supaya gubernur DKI
yang akan datang lebih bagus Pak,” jawab mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta
yang tergabung dalam BEM Jakarta Raya itu.
’’Bagus..bagus,” kata
Dahlan.
’’Ini Pak Dahlan ya.
Benar ini Pak Dahlan Iskan ya,” tanya Dadan.
’’Iya, saya Dahlan.
Kenapa?” Jawab Dahlan.
’’Alhamdulillah, saya
bisa bertemu langsung dengan Bapak. Selama ini saya hanya baca di online. Kita
sering mendiskusikan berita tentang Bapak,” kata mahasiswa asal Padalarang,
Bandung, tersebut.
’’Bapak baru abis
olahraga ya?” tanya Dadan.
’’Tidak, saya baru
abis kasih kuliah di situ,” kata Dahlan sambil menunjuk kantor Lembaga
Pertahanan Nasional. ’’Di Lemhannas,” Dahlan menambahkan.
’’Kok pake sepatu
kets Pak,” Dadan menimpali. ’’Jadi berita-berita Pak Dahlan pake sepatu kets
itu benar donk,” ia melanjutkan pertanyannya.
’’Demonya sudah
selesai?” Dahlan memotong pertanyaan soal sepatu kets..
’’Sekarang istirahat
dulu Pak, mau salat dzuhur. Boleh pinjam tempat salat di sini Pak,” kata Dadan
kepada Dahlan.
’’Salat di kantor
saya saja. Ayo,” jawab Dahlan sambil berjalan agak cepat ke arah kantornya yang
jaraknya sekitar 200 meter dari tempat mereka berdialog.
’’Kantor Bapak di mana? Jauh tidak dari sini,” tanya Dadan.
’’Itu, dekat,” kata
Dahlan sambil menunjuk kantor Kementerian BUMN.
’’Anda makan dulu yah
baru salat. Biar teriakannya kencang. Kita makan sama-sama di kantin,” kata
Dahlan.
’’Kita sudah makan Pak.
Terima kasih,” kata Dadan.
’’Benar sudah makan,”
kata Dahlan lagi.
’’Sudah Pak. Kita
semua sudah makan,” jawab Dadan.
’’Teriakan kami
kencang Pak. Kalau tidak percaya boleh dicoba Pak,” timpal Yusuf Fauzi, salah
satu demonstran dari BEM Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
’’Kalau begitu kita
salat saja ya. Mau di musalah atau di ruangan saya. Mana teman-temanmu yang
lain,” kata Dahlan sambil berhenti sejenak.
’’Sebentar Pak, saya
panggil mereka,” kata Dadan, lalu berjalan ke arah teman-temannya yang masih
bertahan di depan kantor gubernur DKI.
Dahlan menunggu di depan kantor Kementerian BUMN.
’’Mereka salat di
sana Pak,” katanya setelah kembali.
’’Ayo, salat di
ruangan saya saja,” kata Dahlan sambil berjalan menuju lobi kantornya.
Dua mahasiswa
demonstran itu pun masuk ke lift bersama Dahlan, ke lantai 19. Dahlan mengajak
keduanya ke ruang kerjanya. ’’Ini kamar mandi, Anda wudhu di situ,” kata Dahlan
kepada keduanya.
Ketika Dadan dan
Fauzi sedang berwudhu, Dahlan menyiapkan dan menggelar sajadah di sisi selatan
ruang kerjanya. Setelah dua mahasiswa tersebut keluar dari kamar mandi,
gentian. Dahlan yang masuk untuk berwudhu. Sehabis wudhu, Dahlan langsung qomat
dan mempersilakan Dadan menjadi imam.
Usai salat, Dadan dan
Fauzi turun bersama Dahlan ke lobi kantor. Keduanya kemudian kembali menemui
teman-temannya di depan kantor gubernur DKI dan Dahlan menuju Hotel Borobudur
untuk ceramah di depan ratusan direktur utama perusahaan Badan Usaha Milik
Daerah.
Itulah dialog antara
Dahlan Iskan dengan dua demonstran Kamis lalu. Mereka bertemu secara kebetulan
di trotoar depan Kantor Gubernur DKI di Merdeka Selatan.
Waktu itu Dahlan
Iskan baru saja selesai member kuliah kepada mahasiswa Lemhannas dan hendak
menuju kantornya Kementerian BUMN dengan jalan kaki. Sementara Dadan dan
teman-temannya
(tampak sekitar 20 orang) sedang berdemo di depan Kantor Gubernur DKI.
(tampak sekitar 20 orang) sedang berdemo di depan Kantor Gubernur DKI.
Dahlan memang sering
jalan kaki kalau hendak dan dari kantor-kantor di sekitar Merdeka Selatan.
Kalau ke Istana Wapres ia beberapa kali jalan kaki pergi-pulang. Begitu pula ke
kantor Kementerian ESDM
Dalam lift Dadan, yang cerewet itu, juga bertanya tentang rencana pemerintah menaikkan tarif BBM.
Dalam lift Dadan, yang cerewet itu, juga bertanya tentang rencana pemerintah menaikkan tarif BBM.
Dahlan yang wartawan,
menjawab dengan sangat tangkas. ’’Presiden pasti memikirkan yang terbaik untuk
rakyat,” begitu salah satu jawaban Dahlan atas pertanyaan Dadan.
Hal yang paling
penting dari bertemunya Dahlan Iskan dengan mahasiswa demonstran ini adalah
sikapnya dia melayani dialog mahasiswa demonstran itu. Juga sikap Dadan dan
Fauzi yang begitu berbudaya bertutur sapa dengan Dahlan yang seorang menteri.
Kedua mahasiswa
tersebut malah salut dengan Dahlan yang mau melayani mereka sepenuh hati. Saya
memang sempat khawatir akan terjadi caci-maki atau keluar kata-kata tidak sopan
para demonstran itu kepada pemerintah. Sebab mereka sedang berhadapan dengan
seorang menteri, di arena demonstrasi
pula. Sebaliknya, mereka begitu sopan bertutur sapa, dan Dahlan pun melayani sepenuh hati. Dialognya begitu cair, saling menghargai, dan Dahlan pun memposisikan para demonstran itu sejajar dengannya pada saat terjadi dialog.
pula. Sebaliknya, mereka begitu sopan bertutur sapa, dan Dahlan pun melayani sepenuh hati. Dialognya begitu cair, saling menghargai, dan Dahlan pun memposisikan para demonstran itu sejajar dengannya pada saat terjadi dialog.
Mereka bahkan memuji
Dahlan yang meskipun sudah menjadi menteri tetap bersikap apa adanya. []
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar