Jangan Jadikan Bid'ah sebagai Alasan
Perpecahan Ummat
Oleh: Ustadz Aris Habibuddin Syah, S.Hi
Ruteng-Flores-NTT
الحمد
لله الحمد لله نحمده و نستعينه و نستغفره و نتوب إليه, و نعوذ بالله من شرور
أنفسنا و من سيئات أعمالنا, من يهده الله فلا مضل له و من يضلل فلا هادي له, و
أشهد أن لا إله الا الله وحده لا شريك له و أشهد أن محمد عبده و رسوله لا نبي
بعده, اللهم صلي و سلم و بارك علي سيدنا و نبينا محمد سيد المرسلين و إمام المتقين
و خاتم النبيين و علي أله الطاهرين و أصحابه الطيبين الطاهرين و من تبعهم بإحسان
إلى يوم الدين, أما بعد فيا عباد الله أصيكم و اياي بتقوالله و قد فاز المتقون,
اتقوا الله حق تقاته و لا تموتن الا و أنتم مسلمون. قال الله تعالي في القرأن
الكريم..أعوذ بالله من الشيطان الرجيم. بسم الله الر حمن الرحيم. يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ
مِنكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن
كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ
تَأْوِيلاً.
Ma’asyirol muslimin jamaah jumah
rahimakumullah…
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberi kita nikmat Iman dan Islam sehingga berkat hidayah ‘inayah serta taufiq Nya hingga saat ini kita selalu dapat menjalankan syariat-syariat yang telah digariskan olehNya salah satunya dengan menjalankan ibadah wajib berupa sholat jum’at yang sedang kita laksanakan saat ini.
Sholawat ma’as salam sudah seharusnya tak
henti-hentinya kita haturkan ke haribaan junjungan kita, Pamungkas para Nabi
dan Rasul sekaligus pemberi syafaat kepada ummatnya di hari kiamat nanti,
Rasulullah Muhammad SAW. Semoga kita termasuk di dalam golongan orang-orang
yang akan mendapat syafaat beliau. Amin yaa robbal alamin.
Selanjutnya untuk mengawali khutbah singkat
izinkan khotib berwasiat kepada diri khotib khususnya dan kepada hadirin jamaah
sholat jum’ah umumnya untuk selalu bertaqwa dan meningkatkan ketaqwaan kita
kepada Allah SWT dengan sebenar-benar taqwa, dengan melaksanakan segala
perintah Allah dengan ikhlas sekaligus menjauhi segala yang tidak disukai oleh
Allah serta meninggalkan segala seusuatu yang dilarang oleh Allah SWT, seraya
berharap kita dapat mengakhiri hidup yang hanya sementara ini dengan husnul
khotimah.
Ma’asyirol muslimin jamaah jumah
rahimakumullah…
Akhir-akhir ini kaum muslimin dihadapkan dengan sebuah ujian berat berupa ancaman perpecahan mengatasnamakan perbedaan aliran, syariat, bahkan perbedaan aqidah. Sadar atau tidak sadar, hal ini sudah seharusnya kita hindari, karena jika kita terlena terhadap perbedaan-perbedaan tersebut maka umat muslim sendiri lah yang akan menanggung segala akibatnya, dan akan semakin membuat musuh-musuh Islam tertawa dan berpesta serta semakin memojokkan posisi kaum muslimin.Perbedaan-perbedaan tersebut semakin hari kian meruncingkan masalah dengan saling mempersalahkan satu dengan yang lainnya. Sebagai contoh ada suatu golongan yang mencibir amaliah golongan lain dengan menganggap apa yang tidak sesuai dengan yang mereka kerjakan serta mereka yakini adalah sebuah perbuatan bid’ah yang ganjarannya adalah neraka. Lebih parahnya lagi mereka yang mencibir tidaklah sepenuhnya memahami apa yang mereka pedomani. Mereka bahkan tidak mau menerima argument dari golongan lain serta menganggap paham mereka lah yang paling benar. Oleh karenanya dalam kesempatan yang singkat ini khotib akan sedikit mengulas tentang fasal bid’ah berserta dasar-dasar hokum yang berkaitan dengan bid’ah, khotib berharap dengan pemaparan ini kita semua dapat membuka hati kita untuk lebih dapat menerima pandangan orang lain, membuka cakrawala pemikiran kita bahwa ada pendapat mengenai bid’ah dengan versi lain dari apa yang pernah kita ketahui dan kita yakini, sehingga kedepan kita tidak terjebak dalam perdebatan-perdebatan tidak berujung.
Ma’asyirol muslimin rahimakumullah…
Dalam kamus Al Munawir kata بِدْعَةٌ yang merupakan jama’ dari kata بِدَعٌsecara lughowi diartikan sebagai “perkara baru dalam agama”. Sedangkan secara istilahi terdapat bermacam-macam makna diantaranya seperti yang termaktub dalam kitab Risalah Ahlussunnah wal Jama’ah karya Hadratusy Syeikh Hasyim Asy’ari. Dalam kitab tersebut istilah "bid’ah" ini disandingkan dengan istilah "sunnah". Seperti dikutip Syeikh Hasyim Asy’ari, menurut Syaikh Zaruq dalam kitab ‘Uddatul Murid, kata bid’ah secara syara’ adalah munculnya perkara baru dalam agama yang kemudian mirip dengan bagian ajaran agama itu, padahal bukan bagian darinya, baik formal maupun hakekatnya. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW yang terdapat dalam kitab Riyadlus Sholihin Hal. 62 disebutkan :
عَنْ
أُمِّ اْلمُؤْمِنِيْنَ أُمِّ عَبْدِ اللهِ عَائِشَةَ رَضِيَ الله عَنْهَا قَالَتْ
: قَالَ رَسُوْلُ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ : مَنْ أَحْدَثَ فىِ أَمْرِنَا
هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ. (متفق عليه)
Artinya : ”Barangsiapa memunculkan perkara
baru dalam urusan kami (agama) yang tidak merupakan bagian dari agama itu, maka
perkara tersebut tertolak”.
Nabi juga bersabda yang termaktub dalam kitab Riyadlus Solihin hal. 62:
أَمَّا
بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ الله, وَ خَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ
مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ, وَ شَرَّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا,
وَ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ. رواه مسلم
Yang artinya : ”Amma ba’du, maka sesungguhnya
perkataan yang paling baik adalah kitab Allah, sebaik-baik petunjuk adalah
petunjuk Muhammad, dan seburuk-buruk perkara adalah hal yang baru dan setiap
bid’ah adalah sesat”.
Menurut para ulama’, kedua hadits ini tidak
berarti bahwa semua perkara yang baru dalam urusan agama tergolong bidah,
karena mungkin saja ada perkara baru dalam urusan agama, namun masih sesuai
dengan ruh syari’ah atau salah satu cabangnya (furu’). Al Imam Al Hafiz
Al-Qurthubi dalam kitab tafsirnya menyatakan bahwa perbuatan bid’ah yang
dimaksud dalam hadist tersebut adalah hal-hal yg tidak sejalan dengan Alqur’an
dan Sunnah Rasul saw, atau perbuatan Sahabat radhiyallahu ‘anhum.
Bid’ah dalam arti lainnya adalah sesuatu yang
baru yang tidak ada sebelumnya, sebagaimana firman Allah SWT:
بَدِيعُ
السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ ...الأية
Yang artinya : “Allah yang menciptakan langit
dan bumi”. (Al-Baqarah 2: 117).
Ma’asyirol muslimin rahimakumullah…
Terdapat sebuah hadist Nabi juga yang berbunyi كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَ لَةٌ وَكُلُّ ضَلاَ لَةٍ فِى النَّارِ yang artinya : “Semua bid’ah itu adalah sesat dan semua kesesatan itu di neraka”.
Jika kita memahami redaksi hadist ini secara lafdziah maka sudah pasti dapat diambil kesimpulan bahwa segala sesuatu yang baru dalam agama (dalam hal ini segala sesuatu yang tidak pernah ada pada zaman nabi) adalah bid’ah, dan setiap bid’ah sudah pasti sesat dan setiap kesesatan tempatnya di neraka.
Namun demikian, mari coba kita kaji dari
sudut pandang ilmu balaghogh. KH. A.N. Nuril Huda, dalam "Ahlussunnah wal
Jama'ah (Aswaja) Menjawab" menjelaskan kajian terhadap hadist tersebut
Menurut ilmu balaghogh. Dalam kajian ilmu balaghogh disebutkan bahwa setiap
benda pasti mempunyai sifat, tidak mungkin ada benda yang tidak bersifat, sifat
itu bisa bertentangan seperti baik dan buruk, panjang dan pendek, gemuk dan
kurus. Mustahil ada benda dalam satu waktu dan satu tempat mempunyai dua sifat
yang bertentangan, kalau dikatakan benda itu baik, mustahil pada waktu dan
tempat yang sama dikatakan jelek; kalau dikatakan si A berdiri mustahil pada
waktu dan tempat yang sama dikatakan duduk. Bid’ah itu merupakan kata benda,
yang sudah barang tentu mempunyai sifat, tidak mungkin ia tidak mempunyai
sifat, mungkin saja ia bersifat baik atau mungkin bersifat jelek. Sifat
tersebut tidak ditulis dan tidak disebutkan dalam hadits di atas. Hal seperti
ini dalam Ilmu Balaghah dikatakan; حدف الصفة على
الموصوف yaitu “membuang sifat dari benda yang bersifat”. Seandainya kita
tulis sifat bid’ah maka akan terjadi dua kemungkinan: Kemungkinan pertama; كُلُّ بِدْعَةٍ حَسَنَةٍ ضَلاَ لَةٌ وَكُلُّ ضَلاَ لَةٍ فِى
النَّارِ Yang artinya : “Semua bid’ah yang baik sesat, dan semua yang
sesat masuk neraka”. Hal ini tidak mungkin, bagaimana bisa sifat baik dan sesat
berkumpul dalam satu benda dan dalam waktu dan tempat yang sama, hal itu tentu
mustahil. Maka yang bisa dipastikan kemungkinan yang kedua; كُلُّ بِدْعَةٍ سَيِئَةٍ ضَلاَ لَةٌ وَكُلُّ ضَلاَ لَةٍ فِى النَّاِر Yang
artinya : “Semua bid’ah yang jelek itu sesat, dan semua kesesatan itu masuk
neraka”.
Hal yang sama dengan kajian ilmu balaghogh diatas terjadi pula dalam Al-Qur’an, Allah SWT telah membuang sifat kapal dalam firman-Nya pada QS Al-Kahfi : 79 yang berbunyi :
وَكَانَ
وَرَاءهُم مَّلِكٌ يَأْخُذُ كُلَّ سَفِينَةٍ غَصْباً ﴿٧٩﴾
Artinya: “Di belakang mereka ada raja yang
akan merampas semua kapal dengan paksa”.
Dalam ayat tersebut Allah SWT tidak menyebutkan kapal baik apakah kapal jelek; karena dalam kondisi normal kapal yang jelek tidak akan diambil oleh raja. Maka lafadh كل سفينة sama dengan كل بد عة tidak disebutkan sifatnya, walaupun pasti punya sifat, ialah kapal yang baik كل سفينة حسنة.
Kemudian kajian lain terhadap hadist tersebut
adalah pendapat dari Al-Imam Al-Hafidz Al-Nawawi yang menyatakan dalam kitab
Syarh-nya atas kitab Shohih Muslim, bahwa kata كل adalah
bermakna sebagian besar bukan bermakna seluruh, sehingga hadist itu oleh beliau
dimaknakan “sebagian besar perbuatan bid’ah itu adalah sesat”. Pemaknaan lafadz
كل dengan makna sebagian juga terdapat dalam
kajian ilmu lughotil arobiyah.
Ma’asyirol muslimin rahimakumullah…
Bertolak dari paparan terkait dengan pengertian bid’ah sebagaimana telah khotib uraikan diatas, Timbul suatu pertanyaan, Apakah segala sesuatu yang diada-adakan oleh ulama’ yang tidak ada pada zaman Nabi SAW pasti jeleknya? Jawaban yang bijaksana adalah, belum tentu! Ada dua kemungkinan; mungkin jelek dan mungkin baik. Kapan bid’ah itu baik dan kapan bid’ah itu jelek?. Khotib akan mengutip 2 pendapat ulama’ besar yang mewakili 2 zaman berbeda yaitu Imam Syafi’i dari kalangan ulama salaf dan Prof. Dr. As Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki Al Hasani dari kalangan ulama kholaf. Menurut Imam Syafi’i:
اَلْبِدْعَةُ ِبدْعَتَانِ : مَحْمُوْدَةٌ وَمَذْمُوْمَةٌ, فَمَاوَافَقَ السُّنَّةَ مَحْمُوْدَةٌ وَمَاخَالَفَهَا فَهُوَ مَذْمُوْمَةٌ
Yang artinya : “Bid’ah ada dua, bid’ah
terpuji dan bid’ah tercela, bid’ah yang sesuai dengan sunnah itulah yang
terpuji dan bid’ah yang bertentangan dengan sunnah itulah yang tercela”.
Sedangkan menurut sebuah kutipan yang dinukil
dari sebuah kitab yang berjudul : Dzikrayaat wa Munaasabaat karya Prof. Dr. As
Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki Al Hasani yang dialih bahasakan oleh KH.
Muhammad Bashori Alwi dalam sebuah bukunya disebutkan : bukan semua yang tidak
diamalkan oleh ulama’ salaf dan belum terjadi pada masa pertama (zaman nabi)
itu adalah bid’ah yang diingkari lagi jelek, yang diharamkan orang melakukannya
dan wajib diingkarinya. Tetapi hal-hal baru yang terjadi itu haruslah
dihadapkan kepada dalil-dalil syar’i. Lantas apa yang mengandung maslahat
hukumnya adalah wajib. Atau yang mengandung keharaman maka hukumnya haram. Atau
yang mengandung kemakruhan maka hukumnya makruh. Atau yang mengandung kemubahan
maka hukumnya mubah. Atau yang mengadung mandub (sunnah) maka hukumnya adalah
mandub (sunnah).
Hal
Hal
ini juga diperkuat oleh hadist Nabi yang
termaktub dalam kitab Riyadlus Sholihin Halaman 63 yang berbunyi :
مَنْ
سَنَّ فِى اْلاِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ
بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ اَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْئٌ, وَمَنْ سَنَّ
فِى اْلاِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِئَةً فَعَلَيْهِ وِزْرُهَا وَ وِزْرُ مَنْ عَمِلَ
بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِاَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْئٌ. رواه
مسلم
Yang artinya : “Barang siapa yang
mengada-adakan satu cara yang baik dalam Islam maka ia akan mendapatkan pahala
orang yang turut mengerjakannya dengan tidak mengurangi dari pahala mereka
sedikit pun, dan barang siapa yang mengada-adakan suatu cara yang jelek maka ia
akan mendapat dosa dan dosa-dosa orang yang ikut mengerjakan dengan tidak
mengurangi dosa-dosa mereka sedikit pun”.
Dan hadist Nabi yang lain yang termaktub
dalam kitab Sunan Ibnu Majah Juz I hal. 414 :
إِنَّ
أُمَّتِي لَنْ تَجْتَمِعَ عَلَى ضَلاَلَةٍ فَإِذَا رَأَيْتُمُ اخْتِلاَفًا فَعَلَيْكُمْ
بِالسَّوَادِ اْلأَعْظَمِ. رواه ابن ماجة عن انس ابن مالك
Yang artinya : “Bahwa ummatku tidak akan
sepakat dalam kesesatan, bila kamu melihat perbedaan pendapat diantara kalian,
maka ikutilah pendapat mayoritas”. HR Ibnu Majah dari Anas bin Malik.
Dalam Kitab Fathul Bari dijelaskan :
"Pada mulanya, bid'ah dipahami sebagai perbuatan yang tidak memiliki
contoh sebelumnya. Dalam pengertian syar'i, bid'ah adalah lawan kata dari
sunnah. Oleh karena itu, bid'ah itu tercela. Padahal sebenarnya, jika bid'ah
itu sesuai dengan syariat maka ia menjadi bid'ah yang terpuji. Sebaliknya, jika
bi’ah itu bertentangan dengan syariat, maka ia tercela. Sedangkan jika tidak
termasuk ke dalam itu semua, maka hukumnya adalah mubah: boleh-boleh saja
dikerjakan. Singkat kata, hukum bid'ah terbagi sesuai dengan lima hukum yang
terdapat dalam Islam".
Dari semua pembahasan diatas dapat ditarik
sebuah kesimpulan bahwa secara garis besar bid’ah dapat dibagi menjadi 2 macam,
yaitu : Bid’ah Hasanah dan Bid’ah Sayyiah. Dan untuk mengkategorikan sebuah
perbuatan bid’ah itu tergolong hasanah atau sayyiah maka diperlukan kajian
mendalam dengan berdasarkan dalil-dalil syar’i baik qoth’i maupun dzonny dengan
tetap mempertimbangkan maqoshid asy syar’iyyah dari perbuatan-perbuatan yang dinilai
bid’ah tersebut.
Ma’asyirol muslimin rahimakumullah…
Sebelum khotib mengakhiri khutbah siang hari ini perlu kiranya bagi khotib untuk memberikan beberapa contoh perbuatan bid’ah yang pernah dilakukan sahabat-sahabat terdekat nabi yang termasuk khulafaur rasyidin, perbuatan-perbuatan dimaksud adalah :
1.
Pembukuan Al-Qur'an pada masa
Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq atas usul Sayyidina Umar ibn Khattab yang
kisahnya sangat terkenal.
2.
Pemberian titik-titik dan
syakal/baris-baris pada tulisan Al Qur’an yang baru dilakukan pada masa
kekholifahan Sayyidan Ustman bin Affan.
3.
Apa yang dilakukan oleh Sayyidina Umar
ibn Khattab ketika mengumpulkan semua umat Islam untuk mendirikan shalat
tarawih berjamaah. Tatkala Sayyidina Umar melihat orang-orang itu berkumpul
untuk shalat tarawih berjamaah, dia berkata: "Sebaik-baik bid'ah adalah
ini".
4.
Sayyidina Utsman ibn Affan menambah
adzan untuk hari Jumat menjadi dua kali. Imam Bukhari meriwatkan kisah tersebut
dalam kitab Shahih-¬nya bahwa penambahan adzan tersebut karena umat Islam
semakin banyak. Selain itu, Sayyidina Utsman juga memerintahkan untuk
mengumandangkan iqamat di atas az-Zawra', yaitu sebuah bangunan yang berada di
pasar Madinah.
Dari keempat contoh diatas, mari kita focus
terhadap dua contoh pertama yang tentunya yang tidak pernah diperdebatkan yaitu
mengenai kodifikasi (pembukuan) Al Qur’an dan pemberian titik-titik dan syakal
pada tulisan Al Qur’an. Kedua hal tersebut merupakan contoh konkrit bid’ah
hasanah, karena pada zaman Rasulullah SAW Al Qur’an hanya dihafal atau
setidak-tidaknya ditulis di pelepah-pelepah kurma dan juga batu-batu (tanpa
titik dan tanda baca) dalam keadaan tercerai berai, tidak tersusun sistematis
dalam bentuk surat-surat dan Juz-juz seperti yang kita jumpai pada mushaf Al
Qur’an yang ada saat ini. Bagaimana jadinya jika Al Qur’an baik secara tulisan
maupun penggandaan kondisinya masih tetap seperti pada zaman Rasulullah SAW.
Jika hal itu terjadi khotib rasa akan sulit bagi orang Indonesia khususnya
membedakan apakah itu merupakan huruf (ب, ت, atau ي) dan itu akan berakibat fatal dengan
berubahnya makna dari ayat yang dibaca. Terhadap kasus kodifikasi Al Qur’an ini
apakah masih ada yang menggap ini adalah dlolalah (sesat)?
Akhirnya untuk menutup khutbah pada siang
hari ini, khotib mengajak kepada diri khotib pribadi dan para jamaah sekalian
untuk selalu berpikir jernih dan tidak mudah memperolok orang atau golongan
lain terhadap amaliah yang mereka kerjakan selama amalan itu memiliki dasar
hukum. Jangan bersifat sombong dengan beranggapan bahwa amaliah yang kita
lakukan adalah yang paling benar dan telah sesuai dengan sunnah Rasul, karena
sifat sombong adalah hanya milik Allah SWT. Mari kita berpikir ‘arif menyikapi
setiap perbedaan yang terjadi diantara kita. Jangan jadikan perbedaan menjadi
pemicu perpecahan. Mari kita ingat sebuah pesan Rasulullah SAW bahwasannya
perbedaan yang terjadi pada ummatku adalah sebuah rahmat, tentunya pesan Nabi
tersebut hanya berlaku bagi orang-orang yang mau berfikir, sedangkan bagi
orang-orang yang malas berfikir sudah barang tentu perbedaan akan menghadirkan
perpecahan ummat. Semoga kita selalu diberi petunjuk oleh Allah SWT dan selalu
berada dalam naungan rahmat dan rahimNYA, dan mendapat syafaat baginda
Rasulullah SAW di hari akhir nanti. Amin. Wallahu a’lam bisshowaab.
بارك الله لي و لكم في القرأن العظيم و نفعني و اياكم بما فيه من الأيات و ذكر الحكيم و تقبل مني و منكم تلاوته انه هو السميع العليم أقول قولي هذا واستغفر الله العظيم لي و لكم و لسائر المسلمين و المسلمات و المؤمنين و المؤمنات فاستغفروه انه هو الغفور رحيم
KHUTBAH KEDUA
الحمد لله...الْحَمْدُ لِلّهِ مُوَفِّقِ
اْلعَامِلِيْنَ. و أشهد أن لا اله الا الله وحده لا شريك له وَلِيُّ
اْلمُتَّقِيْنَ و أشهد أن سيدنا محمدا عبده و رسوله صادق الوعد اللأمين. اللهم صل
على سيدنا محمد و على اله و أصحابه أجمعين. أما بعد فيا عباد الله اتق الله...اتق
الله وَاعْلَمُوْا أَنَّ الله أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِه, وَ
ثَنىَّ بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِه, وَ أَيَّدَ اْلمُؤْمِنِيْنَ مِنْ عِبَادِه, فقال و
لم يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا. إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى
النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا
تَسْلِيماً.
وقال
رسول الله صلي الله عليه و سلم من صلي علي صلاة صلي الله عليه بها عشرا.
اللهم صل علي سيدنا محمد و علي ال سيدنا محمد, كما صليت على سيدنا إبراهيم و على أل سيدنا إبراهيم, و بارك على سيدنا محمد و على أل سيدنا محمد, كما باركت على سيدنا إبراهيم و على أل سيدنا إبراهيم, فى العالمين إنك حميد مجيد. وارض اللهم عن الخلفاء الراشدين, ساداتنا إبي بكر و عمر و عثمات و على و عن بقية أصحاب رسول الله أجمعين, و التابعين و تابعيهم بإحسان إلى يوم الدين و ارض عنا معهم برحمتك يا أرحم الراحمين.
اللهم اغفر للمسلمين و المسلمات و المؤمنين و المؤمنات الأحياء منهم و الأموات انك سميع قريب مجيب الدعوات يا قاضي الحاجات يا أرحم الراحمين, اللهم اَلِّفْ بين قُلُوْبِهِمْ و أَصْلِحْ ذَاتَ بينِهِم و انْصُرْهم على عَدُوِّكَ وَ عَدُوِّهِمْ. اللهم إنا نسألك رضاك و الجنة و نعوذ بك من سخطك و النار, اللهم إنك عفو كريم تحب الغفو فاعف عنا يا كريم. اللهم ادفع عنا الغلاء و البلاء والوباء و الربي و الزني و الزلازل و المحن و سوء الفتن ما ظهر منها و ما بطن عن بلدنا هذا خاصة و عن سائر بلاد المسلمين عامة يا رب العالمين, رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ و أدخلنا الجنة مع الأبرار يا عزيز يا غفار يا رب العالمين و
اللهم صل علي سيدنا محمد و علي ال سيدنا محمد, كما صليت على سيدنا إبراهيم و على أل سيدنا إبراهيم, و بارك على سيدنا محمد و على أل سيدنا محمد, كما باركت على سيدنا إبراهيم و على أل سيدنا إبراهيم, فى العالمين إنك حميد مجيد. وارض اللهم عن الخلفاء الراشدين, ساداتنا إبي بكر و عمر و عثمات و على و عن بقية أصحاب رسول الله أجمعين, و التابعين و تابعيهم بإحسان إلى يوم الدين و ارض عنا معهم برحمتك يا أرحم الراحمين.
اللهم اغفر للمسلمين و المسلمات و المؤمنين و المؤمنات الأحياء منهم و الأموات انك سميع قريب مجيب الدعوات يا قاضي الحاجات يا أرحم الراحمين, اللهم اَلِّفْ بين قُلُوْبِهِمْ و أَصْلِحْ ذَاتَ بينِهِم و انْصُرْهم على عَدُوِّكَ وَ عَدُوِّهِمْ. اللهم إنا نسألك رضاك و الجنة و نعوذ بك من سخطك و النار, اللهم إنك عفو كريم تحب الغفو فاعف عنا يا كريم. اللهم ادفع عنا الغلاء و البلاء والوباء و الربي و الزني و الزلازل و المحن و سوء الفتن ما ظهر منها و ما بطن عن بلدنا هذا خاصة و عن سائر بلاد المسلمين عامة يا رب العالمين, رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ و أدخلنا الجنة مع الأبرار يا عزيز يا غفار يا رب العالمين و
الحمد
لله رب العالمين.
عباد الله إِنَّ اللّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاء ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ, وَأَوْفُواْ بِعَهْدِ اللّهِ إِذَا عَاهَدتُّمْ وَلاَ تَنقُضُواْ الأَيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا وَقَدْ جَعَلْتُمُ اللّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلاً إِنَّ اللّهَ يَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ, و لذكر الله اكبر و الله يعلم ما تصنعون.
اقم الصلاة!!!!
عباد الله إِنَّ اللّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاء ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ, وَأَوْفُواْ بِعَهْدِ اللّهِ إِذَا عَاهَدتُّمْ وَلاَ تَنقُضُواْ الأَيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا وَقَدْ جَعَلْتُمُ اللّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلاً إِنَّ اللّهَ يَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ, و لذكر الله اكبر و الله يعلم ما تصنعون.
اقم الصلاة!!!!
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar