Ibu Pertiwi Senyum
Kembali
Oleh: Adhie M.
Massardi
Sabtu, 17 Maret 2012
, 17:13:00 WIB
DALAM dua pekan
terakhir ini, bersamaan dengan maraknya mahasiswa di berbagai kota yang secara
heroik turun ke jalan menentang berbagai kebijakan pemerintah yang menyengsarakan
rakyat, beredar pesan singkat bertajuk: Ibu Pertiwi Senyum Kembali.
Isi pesan singkat
yang dikemas dalam paket elektronik dan disebarluaskan melalui berbagai
perangkat komunikasi itu, memang mengingatkan kita pada lagu Ibu Pertiwi yang
disadur dari lagu gereja yang terkenal pada tahun 1930-an, What a Friend We
Have in Jesus.
Kulihat Ibu Pertiwi
sudah senang kembali.
Senyum manisnya
mengembang,
melihat anaknya
berjuang.
Melawan rezim yang
serakah,
korup dan tak
bermoral.
Kini Ibu sedang
khusuk,
memohon dan berdoa...
Mudah ditebak, dua
bait paling atas lirik lagu Ibu Pertiwi yang diubah itu, merupakan sambutan
penuh sukacita atas lahirnya kembali heroisme di kalangan kaum muda (mahasiswa)
Indonesia, yang selama satu dasawarsa terakhir ini seolah tak perduli pada
nasib negara dan bangsanya yang berada di bawah situasi anomali.
Itulah situasi
kehidupan yang nyaris tanpa tata hukum, tanpa tata politik, tanpa tata nilai
dan tanpa tata kelola pemerintahan yang baik demi kesejahteraan umum. Hutan,
gunung, sawah, lautan, dan sumberdaya alam yang melimpah-ruah, sudah menjadi
simpanan kekayaan bangsa lain.
Para pengelola negara
malah ikut sibuk mejarah dan hidup mewah. Maka ketika rakyat menjerit karena
hidup makin sulit dan daya beli terus merosot, para menteri itu malah asyik di
lapangan golf, ditemani sejumlah wanita muda berbusana mini nan seksi.
Sedangkan para
pembesar negara lainnya sibuk mematut diri dan menata kata-kata tak bermakna,
yang kalau dibaca di podium menjadi pidato penuh dusta. Bicara penegakan hukum
tapi dia sendiri melawan hukum. Bicara kesejahtaeraan hanya untuk kalangan
mereka sendiri. Kampanye anti-korupsi tapi itu untuk orang lain. Anak-anak muda
harapan bangsa dihancurkan mental dan moralnya dengan uang korupsi dan gaya
hidup hedonis. Langit pun menangis!
Tapi Ibu Pertiwi kini
sudah tidak menangis lagi. Senyum manisnya mengembang, melihat anak-anaknya
menyingsingkan baju dan mulai berjuang. berjuang merebut kembali harta pusaka.
Untuk nusa dan bangsa. Demi masa depan...
Maka bila tiba
saatnya nanti, Ibu Pertiwi niscaya bakal tidur sangat nyenyak. Dalam impian
surgawi. Karena anak-anaknya, para pemuda dan mahasiswa, yang sekarang berjuang
tanpa lelah, tanpa takut, di bawah guyuran hujan dan sengatan terik matahari,
dan represi para polisi, sesungguhnya sedang membangun “Jalan Kesejahteraan”
bagi anak-cucu Ibu Pertiwi di kemudian hari.
Maka Ibu Pertiwi kini
khusyuk berdoa, memohon kepada Tuhan agar anak-anaknya yang sekarang sedang
berjuang di “Jalan Keprihatinan dan Keperdulian”, menjadi generasi para
syuhada. Seperti generasi para founding fathers yang senantiasa mendapat
jariyah dan pahala karena perjuangannya memerdekaan negeri ini membawa berkah
bagi bangsanya, sampai detik ini.
Tapi Ibu Pertiwi meyakini,
anak-anaknya yang sekarang terus memenuhi ruang-ruang publik, akan mengubah
sejarah, karena berhasil membangun “Jalan Kesejahteraan” bagi bangsanya.
Maka sesuai janji
Tuhan, generasi syuhada ini akan mendapat pahala berkesinambungan karena puluhan
juta rakyat Indonesia bakal melalui “Jalan Kesejahteraan” yang dibangun pemuda
dan mahasiswa yang gagah hari-hari ini begitu berani melawan ketidakadilan dari
penguasa yang lalai lagi korup. [***].
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar