KHUTBAH IDUL ADHA
Meneguhkan Totalitas Kepatuhan kepada Allah
melalui Kurban
Khutbah I
الله
ُأَكْبَرُ – الله ُأَكْبَرُ – الله ُأَكْبَرُ –3X الله
ُأَكْبَرُ كَبِيْرًا, وَالحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْراً, وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً
وَأَصِيْلاَ, لاَإِلهَ إِلاَّالله ُوَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ
وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ, لَاإِلهَ إِلاَّالله ُوَلاَ
نَعْبُدُ إِلاَّ إِيّاَهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ
المُشْرِكُوْنَ وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ وَلَوْكَرِهَ المُناَفِقُوْنَ. الحمدُ
لله ربِّ العالمين، الحمدُ لله الذي بنعمته تتمُّ الصالحات، وبعَفوِه تُغفَر
الذُّنوب والسيِّئات، وبكرَمِه تُقبَل العَطايا والقُربَات، وبلُطفِه تُستَر
العُيُوب والزَّلاَّت، الحمدُ لله الذي أماتَ وأحيا، ومنَع وأعطَى، وأرشَدَ وهدى،
وأضحَكَ وأبكى؛ ﴿ وَقُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ
يَكُنْ لَهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ وَلِيٌّ مِنَ الذُّلِّ
وَكَبِّرْهُ تَكْبِيرًا)
فَيَآأَيُّهَاالمُؤْمِنُوْنَ
وَالمُؤْمِناَتِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ
المُتَّقُوْنَ. وَاتَّقُوْا الله َحَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ
مُسْلِمُوْنَ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هَذَا يَوْمٌ فَضِيْلٌ وَعِيْدٌ
شَرِيْفٌ جَلِيْلٌ. قَالَ اللهُ تَعَالى فِيْ كِتَابِهِ الكَرِيْمِ. أَعُوْذُ
بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الَّرجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الَّرحمن الرحيم. إِنّا
أَعْطَيْنَاكَ الكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ
هُوَالأَبْتَرُ.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu
Akbar wa liilahil hamd
Marilah kita senantiasa bersyukur dan
mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya. Kita masih diberi nikmat iman dan Islam, kesehatan dan kesempatan
untuk melaksanakan berbagai ibadah kepada Allah SWT, termasuk melaksanakan
shalat Idul Adha pada pagi hari ini.
Kemudian shalawat serta salam, kita haturkan
ke pangkuan baginda Nabi Besar Muhammad SAW, seorang manusia mulia dan nabi
terakhir yang dipilih oleh Allah SWT untuk menjadi teladah (uswah) bagi
seluruh umat manusia sepanjang masa.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu
Akbar Wa lillahil Hamd.
Kaum muslimin jama'ah Idil Adha rahimakumullah.
Pada pagi hari ini, kaum muslimin yang
menunaikan ibadah haji sebagai tamu Allah SWT, dhuyufurrahman, telah berkumpul
melaksanakan wuquf di 'Arafah dan sedang berada di Mina untuk melaksanakan
Jumratul ‘Aqabah. Mereka dengan pakaian ihramnya, berasal dari berbagai belahan
dunia. Mereka datang dengan latar belakang bangsa, ras, warna kulit, budaya dan
strata sosial yang berbeda satu sama lain. Namun, mereka memiliki tujuan yang
sama, yaitu memenuhi panggilan Allah SWT untuk menjadi tamu-Nya dan bertauhid
mengesakan Allah SWT semata.
Bagi kaum muslimin yang belum memiliki
kemampuan menjadi tamu Allah SWT, mereka melaksanakan shalat Idul-Adha dan
ibadah kurban, sesuai dengan kemampuannya di manapun mereka berada. Ibadah
kurban yang dilaksanakan kaum muslimin, sebagai salah satu upaya mendekatkan
diri (taqarrub) kepada Allah SWT. Deskripsi kehidupan kaum muslimin ini,
menggambarkan interelasi kuat antara orang yang menunaikan ibadah haji, dengan
saudara-saudaranya yang tidak pergi ke Baitullah. Oleh karena itu, kita
melaksanakan salat Idul Adha dan ibadah kurban pada hakikatnya sebagai bentuk
kesadaran memenuhi perintah Allah SWT dan Rasulullah SAW.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu
Akbar wa lillahil hamd.
Kaum muslimin sidang jama'ah Idil Adha
rahimakumullah,
Ibadah kurban merupakan salah satu ibadah
penting dalam ajaran Islam. Ibadah ini memiliki fondasi kuat dan memiliki akar
sejarah panjang dalam tradisi rasul-rasul terdahulu. Ajaran kurban dan
prakteknya telah ditunjukkan secara sinergik oleh para nabi dan rasul hingga
Nabi Muhammad SAW. Nabi Ibrahim AS. dikenal sebagai peletak batu pertama ibadah
ini. Peristiwa penyembelihan yang dilakukan Nabi Ibrahim AS. terhadap anaknya,
Nabi Isma'il AS merupakan dasar bagi adanya ibadah kurban. Nabi Ibrahim AS
dengan penuh iman dan keikhlasan bersedia untuk menyembelih anak kesayangannya,
Ismail hanya semata-mata untuk memenuhi perintah Allah SWT. Peristiwa yang
mengharukan ini, dilukiskan dengan indah oleh Allah SWT dalam Al-Qur'an surah
as-Shaffat ayat 102:
فَلَمَّا
بَلَغَ مَعَهُ السَعْيَ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّيْ أَرَى فِيْ المَنَامِ أَنِّيْ
أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَآأَبَتِ افْعَلْ مَاتُؤْ سَتَجِدُنِيْ
إِنْ شَآءَ اللهُ مِنَ الصَابِرِيْنَ
"Tatkala anak itu sampai umurnya dan
sanggup berusaha bersamasama Ibrahim. Ibrahim berkata ; Wahai anakku,
sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah
apa pendapatmu. la menjawab, wahai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan
oleh Allah kepadamu, insyaallah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang
sabar".
Ini adalah ujian ketaatan Nabi Ibrahim kepada
Allah. Di kemudian hari, pengorbanan ini menjadi anjuran bagi umat Islam untuk
menyembelih hewan kurban, setiap tanggal 10 Dzulhijah dan pada hari tasyrik,
yaitu 11, 12, dan 13 Dzulhijjah.
Deskripsi historis ini menggambarkan bahwa,
keteguhan hati, keyakinan akan kebenaran perintah Allah, keikhlasan, ketaatan,
dan kesabaran adalah esensi yang melekat dari ibadah Qurban. Nilai-nilai ini
telah diimplementasikan dengan baik oleh Nabi Ibrahim dan Ismail AS dalam
peristiwa yang mengharukan itu. Kesanggupan Nabi Ibrahim AS menyembelih anak
kandungnya sendiri Nabi Ismail AS bukan semata-mata didorong oleh perasaan taat
setia yang membabi buta (taqlid), tetapi meyakini bahwa perintah Allah
SWT itu harus dipatuhi. Bahkan, Allah SWT memberi perintah seperti itu sebagai
peringatan kepada umat yang akan datang bahwa adakah mereka sanggup
mengorbankan diri, keluarga dan harta benda yang disayangi demi menegakkan
perintah Allah SWT. Dan adakah mereka juga sanggup memikul amanah sebagai
khalifah Allah di muka bumi.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu
Akbar walillahil hamd
Kaum muslimin yang berbahagia
Dalam studi fiqh, Kurban sering disebut
dengan istilah udhhiyah, karena penyembelihan binatang ternak
dilakukan pada saat matahari pagi sedang menaik (dhuha). Oleh karenanya, Ibn
Qayyim al-Jauziyah memahami makna kurban dengan tindakan seseorang menyembelih
hewan ternak pada saat dhuha, guna menghasilkan kedekatan dan ridha Allah SWT.
Binatang kurban yang disebut udlhiyah atau nahar adalah
simbolisasi tadlhiyah yakni pengorbanan. Baik udlhiyah maupun tadlhiyah
posisinya sama sebagai ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. (taqarruban
wa qurbanan). Jika menyembelih udlhiyah merupakan ibadah material yang
ritual, maka taldhiyah/pengorbanan di jalan Allah SWT merupakan ibadah keadaban
yang memajukan sektor-sektor kehidupan yang lebih luas
Dalam ibadah kurban, nilai yang paling
esensial adalah sikap batin berupa keikhlasan, ketaatan dan kejujuran. Tindakan
lahiriyah tetap penting, kalau memang muncul dari niat yang tulus. Sering kita
digoda syetan agar tidak melaksanakan ibadah kurban karena khawatir tidak
ikhlas. Imam al Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumiddin-nya berkata,
bahwa syaitan selalu membisiki kita: “Buat apa engkau beribadah kalau tidak
ikhlas, lebih baik sekalian tidak beribadah”.
Ibadah kurban bukan hanya mementingkan
tindakan lahiriyah, berupa menyedekahkan hewan ternak kepada orang lain
terutama fakir miskin, tetapi yang lebih penting adalah nilai ketulusan guna
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dalam beberapa ayat Al-Qur'an, Allah SWT
memperingatkan bahwa yang betul-betul membuahkan kedekatan dengan-Nya (kurban),
bukanlah fisik hewan qurban, melainkan nilai takwa dan keikhlasan yang ada
dalam jiwa kita. Dalam surah al-Hajj ayat 37, Allah SWT menyebutkan:
لَنْ
يَنَالَ اللهَ لُحُوْمُهَا وَلأَ دِمَاءُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَقْوَى مِنْكٌم
"Tidak akan sampai kepada Allah daging
(hewan) itu, dan tidak pula darahnya, tetapi yang akan sampai kepada-Nya adalah
takwa dari kamu".
Penegasan Allah SWT ini mengindikasikan dua
hal. Pertama, penyembelihan hewan ternak sebagai kurban, merupakan bentuk
simbolik dari tradisi Nabi Ibrahim AS, dan merupakan syi’ar dari ajaran Islam.
Kedua, Allah SWT hanya menginginkan nilai ketakwaan, dari orang yang
menyembelih hewan ternak sebagai ibadah kurban. Indikasi ini sejalan dengan
peringatan Rasulullah SAW: “Sesungguhnya Allah SWT tidak melihat bentuk luarmu
dan harta bendamu, tetapi Dia melihat hatimu dan perbuatanmu”. (HR. Bukhari dan
Muslim).
Usaha mendekatkan diri kepada Tuhan terutama
melalui kurban, kita lakukan secara terus menerus. Karena itulah agama Islam
disebut sebagai jalan (syari'ah, thariqah, dan shirat) menuju dan mendekatkan
diri kepada Allah SWT. Melakukan kurban bersifat dinamis dan tiada pernah
berhenti, menempuh jalan yang hanya berujung kepada ridha Allah SWT. Dengan
demikian, wujud yang paling penting dari kurban adalah seluruh perbuatan
baik.
Sehubungan dengan perintah untuk berkurban di
atas, maka Rasulullah saw setiap tahun selalu menyembelih hewan kurban dan
tidak pernah meninggalkannya. Meskipun dari sisi ekonomi beliau termasuk orang
yang menjalani hidup sederhana, tidak mempunyai rumah yang indah nan megah,
apalagi mobil yang mewah. Bahkan tempat tidurnya hanya terbuat dari tikar
anyaman daun kurma. Oleh karena itu, orang muslim yang telah mempunyai
kemampuan untuk berkurban tetapi tidak mau melaksanakannya boleh dikenakan
sanksi sosial, ialah diisolasi dari pergaulan masyarakat muslim. Sebagaimana
disabdakan oleh Rasulullah saw. dalam hadits yang diriwayatkan dari sahabat Abu
Hurairah RA:
مَنْ
كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلاَ يَقْرِبَنَّ مُصَلاَّناَ
“Barangsiapa yang mempunyai kemampuan
menyembelih hewan qurban tetapi tidak melaksanakannya, maka janganlah
sekali-kali ia mendekati tempat shalat kita” (HR. Imam Ahmad dan Ibnu Majah)
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu
Akbar wa lillahil hamd
Kaum muslimin yang berbahagia,
Kalau ibadah kurban dilaksanakan dengan ikhlas demi mengharap ridla Allah SWT. akan memberi hikmah dan manfaat bagi pelakukanya, baik di dunia maupun di akhirat. Di antaranya:
1. Meningkat keimanan kepada Allah SWT. Ibadah kurban yang dilaksanakan oleh orang muslim dapat melatih kepatuhan dan kepasrahan total kepada Allah SWT. Orang-orang yang dekat dengan Allah akan memperoleh predikat muqarrabin, muttaqin serta mendapat kemuliaan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
2. Membersihkan diri dari sifat-sifat
bahimiyyah. Pada saat hewan kurban jatuh kebumi maka saat itulah sifat
kebinatangan harus sirna, seperti rakus, serakah, kejam dan penindas.
3. Menanamkan rasa kasih sayang dan empati
kepada sesama. Ibadah kurban dalam Islam tidak sama dengan persembahan (offering)
dalam agama-agama selain Islam. Islam tidak memerintahkan pemujaan dalam
penyembelihan hewan, tetapi Islam memerintahkan agar dagingnya diberikan kepada
orang miskin agar ikut menikmati lezatnya daging hewan. Sehingga timbul rasa
empati, berbagi, memberi, dan ukhuwah islamiyah antar sesama.
4. Melatih kedermawanan. Ibadah kurban
dilakukan setiap tahun secara berulang-ulang sehingga orang yang memberi kurban
terbiasa untuk berderma kepada yang lain. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat
jumlah penduduk miskin di Indonesia pada September 2016 sebanyak 27,76 juta
jiwa atau 10,70% secara persentase. (susenas Maret 2016). jumlah penduduk
miskin di daerah perkotaan naik sebanyak 0,15 juta orang (dari 10,34 juta orang
pada Maret 2016 menjadi 10,49 juta orang pada September 2016), sementara di
daerah perdesaan turun sebanyak 0,39 juta orang
Di akhir khutbah ini, dengan penuh khusyu’
dan tadharru’, kita berdoa kepada Allah SWT semoga perjalanan hidup kita
senantiasa terhindar dari segala keburukan yang menjerumuskan umat Islam.
Semoga dengan doa ini pula, kiranya Allah SWT berkenan menyatukan kita dalam
kebenaran agama-Nya dan memberi kekuatan untuk memtaati perintahnya dan
menjauhi larangan-Nya. Amin Ya Rabbal 'Alamain
جَعَلَنَا
اللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنَ السُّعَدَآءِ المَقْبُوْلِيْنَ وَأَدْخَلَنَا
وَإِيَّاكُمْ فِيْ زُمْرَةِ عِباَدِهِ المُتَّقِيْنَ. قَالَ تَعَالى فِي القُرآنِ
العَظِيْمِ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ . قُلْ إِنَّمَا أَنَاْ بَشَرٌ مِثْلُكُمْ
يُوْحَى
إِلَيَّ أَنَّمَآ إِلهُكُمْ إِلهٌ وَاحِدٌ فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْلِقَآءَ رَبَّهِ
فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحًا وَلاَيُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ
بِمَافِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ
تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمِ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ
وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.
Khutbah II
الله
أكبر – الله أكبر – الله أكبر – الله أكبر كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْرًا
وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً لاَ إِلَهَ إِلاّاَلله ُوَحْدَهُ صَدَقَ
وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لاَ
إِلَهَ إِلاّاَلله ُوَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ
وَلَوْكَرِهَ المُشْرِكُوْنَ وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ وَلَوْكَرِهَ
المُناَفِقُوْنَ. الحَمْدُ لِلّهِ حَمْداً كَثِيْرًا كَماَ أَمَرَ. وَأَشْهَدُ
أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّ الله ُوَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ إِرْغاَماً لِمَنْ جَحَدَ
بِهِ وَكَفَرَ. وَأَشْهَدُ
أَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الخَلَآئِقِ
وَالبَشَرِ. صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ مَصَابِيْحَ
الغُرَرِ. أَمَّا بَعْدُ:
فَيآأَيُّهاَالحاَضِرُوْنَ.
أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ.
وَافْعَلُوْاالخَيْرَ وَاجْتَنِبُوْآ عَنِ السَّيِّآتِ. وَاعْلَمُوْآ أَنَّ الله
َأَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّابِمَلَآئِكَةِ
المُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. فَقاَلَ تعالى فِيْ كِتاَبِهِ الكَرِيْمِ
أَعُوْذُ باِلله ِمِنَ الشَّيْطاَنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ
الرَحِيْمِ. إِنَّ اللهَ وَمَلَآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيْ
يَآأَيُّهاَالَّذِيْنَ آمَنُوْآ صَلُّوْآ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
فَأَجِيْبُوْآالله َاِلَى مَادَعَاكُمْ وَصَلُّوْآ وَسَلِّمُوْأ عَلَى مَنْ بِهِ
هَدَاكُمْ. اللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصِحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. وَعَلَى
التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى
يَوْمِ الدِّيْنِ. وَارْضَ الله ُعَنَّا وَعَنْهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ
الراَحِمِيْنَ. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِناَتِ
وَالمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ الأَحْيآءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ
سَمِيْعُ قَرِيْبٌ مُجِيْبٌ الدَّعَوَاتِ. اللَّهُمَّ انْصُرْأُمَّةَ سَيّدِناَ
مُحَمَّدٍ. اللَّهُمَّ اصْلِحْ أُمَّةَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ. اللّهُمَّ انْصُرْ
أُمَّةَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ. اللّهمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ. وَاخْذُلْ
مَنْ خَذَلَ الدِّيْنَ. وَاجْعَلْ بَلْدَتَناَ إِنْدُوْنِيْسِيَّا هَذِهِ بَلْدَةً
تَجْرِيْ فِيْهَا أَحْكاَمُكَ وَسُنَّةُ رَسُوْلِكَ ياَ حَيُّ ياَ قَيُّوْمُ.
يآاِلهَناَ وَإِلهَ كُلِّ شَيْئٍ. هَذَا حَالُناَ ياَالله ُلاَيَخْفَى عَلَيْكَ.
اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنّاَ الغَلآءَ وَالبَلآءَ وَالوَبآءَ وَالفَحْشآءَ
وَالمُنْكَرَ وَالبَغْيَ وَالسُّيُوفَ المُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَآئِدَ وَالِمحَنَ
ماَ ظَهَرَ مِنْهَا وَماَ بَطَنَ مِنْ بَلَدِناَ هَذاَ خاَصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ
المُسْلِمِيْنَ عاَمَّةً ياَ رَبَّ العَالمَيْنَ. اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ
وَالمُسْلِمِيْنَ وَأَهْلِكِ الكَفَرَةَ وَالمُبْتَدِعَةِ وَالرَّافِضَةَ
وَالمُشْرِكِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ. وَاجْعَلِ اللَّهُمَّ
وِلاَيَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ. رَبَّناَ اغْفِرْ لَناَ
وَلِإِخْوَانِناَ الَّذِيْنَ سَبَقُوْناَ بِالإِيمْاَنِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ
قُلُوْبِناَ غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّناَ اِنَّكَ رَؤُوفٌ رَحِيْمٌ.
رَبَّناَ آتِناَ فِيْ الدُّنْياَ حَسَنَةً وَفِيْ الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِناَ
عَذَابَ النَّارِ وَالحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ العاَلمَيْنَ
KH Cholil Nafis, Ketua Komisi Dakwah
Majelis Ulama Indonesia Pusat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar