Ajengan Haur Kuning dan Enam Wasiatnya
Pendiri Pondok Pesantren Baitul Hikmah Haur
Kuning, KH Saefuddin Zuhri selalu menitipkan NU melalui pondok pesantren. Bagi
dia, nilai-nilai Ahlussunnah wal-Jamaah NU tidak akan berdiri tegak secara
benar, kecuali bersandar pada nilai-nilai pendidikan di pondok pesantren.
Tak heran kemudian, sang ajengan itu
mewasiatkan kepada anak-cucunya untuk menjalani pendidikan di pondok pesantren
dan tidak boleh berhenti mengaji.
Ajengan Saefuddin telah memberikan contoh ketika
masa mudanya. Ia tergolong santri yang haus ilmu pengetahun dengan menjadi
santri kelana. Ia pernah nyantri di Pesantren Cibeuti, Cilendek, Ciharashas,
Bantar Gedang, Keresek, Sayuran, Sadang, Sagaranten, dan Sirnasari.
Menurut salah seorang putranya, KH Busyrol
Karim, Ajengan KH Saefuddin Zuhri mewasiatkan enam hal kepada anak cucu dan
santri-santrinya. Wasiat itu disampaikannya saat pertemuan alumni pondok
pesantren setahun sebelum ia meninggal.
Pertama, wajib mempertahankan aqidah,
syariah, akhlak Ahlussunah wal Jama'ah.
Kedua, wajib shalat berjamaah awal waktu di
masjid.
Ketiga, ulah eureun ngaji (jangan berhenti
mengaji, red).
Keempat, anak, incu (cucu) wajib
dipasantrenkeun (menjalani pendidikan pondok pesantren)
Kelima kudu jadi NU (harus menjadi NU).
Keenam, hate ulah nyantel kana dunya, sing
nyantel ka akherat (hati jangan tertaut pada urusan duniawi, tapi kepada urusan
akhirat, red).
Dalam catatan seorang santrinya, Husni
Mubarok, di akhir hayatnya, Ajengan Saefuddin Zuhri juga menyampaikan pesan
tentang pentingnya shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Ia menyampaikan hal itu
kepada para santri dan masyarakat sekitar yang turut mengaji ketika membahas
kitab Nashoihud Diniyyah, Jumat 30 Agustus 2013.
Ajengan Saefuddin memberikan berpesan tentang
pentingnya shalawat melalui syair dalam kitab Marqotul Mahabbah dan langsung
diikuti oleh seluruh jamaah pengajian.
Inilah syairnya:
الاايهاالاخوان
صلوا وسلم # على المصطفى فى كل وقت وساعة
He sakabeh dulur-dulur urang sing getol
tadakur (wahai seluruh saudara, kalian harus rajin tadzakur)
Maca shalawat jeung salam ka Nabi nu langkung
masyhur (membaca shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad yang sangat masyhur)
فان
صلاة الهاشمي محمد # تنجي من الاهوال يوم القيامة
Saenyana sholawat teh eta nu jadi wasilah
(sesungguhnya membaca shalawat kepada Nabi Muhammad adalah jalan)
Salamet tina pakewuh riweuhna poe kiamah
(selamat dari bencana pada hari kiamat)
Seusai pengajian, ajengan kemudian berjamaah
Isya seperti biasanya. Kemudian ia shalat shunat ba’diyah. Namun, ketika bangun
dari ruku’ menuju i’tidal, ia jatuh ke belakang tepat di pangkuan seorang
santri. Ia sempat akan dibawa salah seorang dewan santri, tapi ketika keluar
masjid menuju rumah, kiai ahli ilmu alat itu mengembuskan napas terakhirnya.
Kiai yang kala itu menjadi musytasyar PCNU
Kabupaten Tasikmalaya pada subuh hari itu sempat mengumpulkan seluruh santri
dan memberikan 3 amanat, yaitu sing pinter ngaji dua (harus pintar ngaji dan
berdoa), sing alus akhlaq (harus berakhlak baik, dan ketiga, getol ibadahm
(rajin beribadah).
Ajengan Saefuddin meninggalkan 4 putra dan 3
putri serta ribuan santri pada usia 75 tahun. Kini tampuk kepemimpinan pesantren
dilanjutkan putra tertuanya, KH Busyrol Karim. []
(Abdullah Alawi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar