Mengawal Masa Depan
dengan 'Teknologi Ruh'
Judul
: Teknologi Ruh; Pendamping Teknis Untuk Mengawal Masa Depan
Penulis
: Ali
Sobirin El-Muannatsy
Tebal
: 312
Cetakan
: Pertama, Maret
2017
Penerbit
: ISTIQLAL
INDONESIA
ISBN
: 978-979-17416-2-0
Peresensi
: Muchlishon Rochmat
Saat kita masih kecil
dulu, kita akan langsung menjawab dengan tegas dan tanpa ragu-ragu ketika ada
orang yang menanyakan tentang cita-cita atau mau jadi apa nanti. Tetapi, ketika
kita sudah menginjak masa remaja –dan bahkan dewasa, kita menjadi bingung dan
ragu ketika ada orang yang bertanya tentang mau jadi apa kita dalam rentang
waktu sepuluh tahun ke depan. Atau apa yang akan kita hasilkan dalam waktu
sepuluh tahun ke depan. Banyak orang yang menjawabnya dengan jawaban yang tidak
yakin dan tidak begitu jelas.
Kenapa bisa demikian?
Karena kita masyarakat Indonesia kurang terlatih untuk merencanakan masa depan
dengan perkiraan-perkiraan yang dibuat. Tradisi berfikir jauh ke depan kita
belum terlatih secara baik dan benar. Biasanya, kita hanya memikirkan hal-hal
yang berbau masa depan maksimal dalam rentang waktu lima, belum sampai dua
puluh hingga lima puluh tahun ke depan.
Selain itu, ada
hal-hal lain yang menyebabkan kita tidak terbiasa merencanakan masa depan,
diantaranya adalah faktor ketidaktahuan, faktor tidak mau mendahului takdir
Tuhan, faktor tidak mau kecewa, faktor ingin mengalir saja seperti air, faktor
tidak tahu potensi diri atau tidak mengenal diri sendiri sehingga bingung mau
melakukan apa ke depannya, dan lain sebagainya. Meski masa depan menjadi hak
prerogatif Tuhan, tetapi apabila kita mampu merencanakan dan mengawal segala
sesuatu yang menjadi syarat atas terjadinya masa depan yang tidak kita
inginkan, maka kita setidaknya hal-hal yang tidak sesuai harapan kita tersebut
bisa dihindari seminimal mungkin.
Melalui buku
Teknologi Ruh Pendamping Teknis Untuk Mengawal Masa Depan, Ali Sobirin
El-Muannatsy, sang penulis buku, berusaha untuk memberikan buku panduan
(guidance book) kepada kita untuk merencanakan dan mengawal masa depan dengan
apik dan benar sehingga kita bisa meraih masa depan yang kita harapkan. Ali
Sobirin El-Muannatsy –biasa disapa Also- memandang masa depan itu seperti bola
bekel. Secara umum, bola bekel itu liar dan tidak jelas arahnya. Begitupun
dengan masa depan kita.
Namun demikian, kalau
seandainya kita mengetahui karakteristik bola bekel tersebut seperti sudut,
model, bentuk titik pantul, arah angin, dan keadaan lingkungan, maka kita akan
bisa menebak dan mengetahui arah pantulanya itu meski kadang tidak setepat
(se-presisi) yang kita rencanakan. Masa depan juga begitu. Harus kita kawal
agar sesuai dengan treknya sehingga sampai kepada apa yang kita
cita-citakan.
Mengetahui diri
adalah kunci dari segalanya. Di dalam salah satu bab, Also menyajikan tendensi
dan pertanyaan-pertanyaan yang mengusik ‘ketenangan’ diri seseorang. Ia
merangsang seseorang untuk mengenali dirinya sendiri, dari mana ia berasal dan
mau kemana.
Ada sebuah adagium
yang menyatakan bahwa aku berpikir maka aku ada. Also menjadikan adagium
tersebut sebagai tendensi untuk menjadi salah satu upaya untuk mengawal masa
depan. Contohnya, saat kita memiliki pikiran, citra atau mencitrakan diri
sebagai seorang politisi. Maka lingkungan di luar kita akan memperlakukan kita
sebagai seorang politisi. Maka dari itu, penulis menyarankan kepada kita untuk
memperkuat citra diri agar respon lingkungan kita juga kuat.
Masih banyak yang dibahas
di dalam buku ini, mulai dari bagaimana mengetahui kelemahan dan kekuatan diri,
bagaimana kita harus bangga kepada khazanah diri, kekuatan doa, keyakinan
sebagai sumber energi, mukjizat jiwa, dan lain-lainnya.
Pada dasarnya, buku
ini ditulis dengan berlandaskan kepada ajaran-ajaran Islam. Namun demikian,
buku ini tidak hanya ditujukan untuk mereka yang beragama Islam saja tetapi
juga siapa saja karena prinsip yang disajikan di dalam buku ini tidak akan
bertentangan dengan agama-agama lainnya.
Judul yang dipakai
pun menarik, Teknologi Ruh. Teknologi merupakan teknik yang diciptakan untuk
mempermudah untuk melakukan atau mengendalikan sesuatu. Sementara ruh yang
dimaksud di sini bukankan ruh dengan makna ontologisnya, tetapi lebih kepada
sistem kerja perasaan dan pikiran. Buku ini diharapkan menjadi teknologi yang
mempermudah dan mengendalikan ‘ruh’ kita.
Singkatnya, buku
setebal 312 halaman ini merupakan buku yang mengupas tentang inti dan rahasia
kehidupan. Sangat menarik dan mudah dicerna karena penulis memberikan
perumpamaan (tamsil) atau cerita di sela-sela menjelaskan tema utama yang
diangkat. Oleh karena itu, buku ini sangat cocok bagi siapa saja yang ingin
mengawal masa depannya. Bahasa yang digunakan pun begitu ringan, renyah, dan
tidak garing. Selamat membaca. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar