Rabu, 27 September 2017

(Ngaji of the Day) Hukum Pakai Tisu Saat Bersin



Hukum Pakai Tisu Saat Bersin

Pertanyaan:

Assalamu ’alaikum wr. wb.
Redaksi Bahtsul Masail NU Online yang kami hormati, semoga selalu dalam keadaan sehat dan lindungan Allah SWT. Perkenalkan nama saya Ahmad Kadir, saat ini tinggal di daerah Banten. Saya ingin menanyakan hikmah kenapa ketika bersin dianjurkan mengucapkan “alhamdulillah”. Sedangkan, pertanyaan kedua adalah tentang hukum memakai tisu pada saat bersin. Demikian pertanyaan yang saya ajukan dan mohon jawaban secepatnya. Atas responnya saya ucapkan terima kasih. Wassalamu ’alaikum wr. wb.

Ahmad Kadir – Banten

Jawaban:

Assalamu ’alaikum wr. wb.
Penanya yang budiman, semoga selalu dirahmati Allah SWT. Pada kesempatan lalu, kami sudah berusaha memberikan jawaban pertanyaan saudara Ahmad Kadir dari Banten mengenai hikmah membaca “alhamdulillah” setelah bersin. Dalam kesempatan ini kami akan melanjutkan untuk menjawab pertanyaan kedua yang diajukan kepada kami, yaitu mengenai hukum memakai tisu saat bersin.

Dalam literatur fikih klasik–yang salah satunya adalah apa yang kami pahami dari kitab Al-Majemuk Syarhul Muhadzdzab–terdapat keterangan hal yang terkait dengan etika orang yang bersin. Di antaranya hendaknya orang yang bersin meletakkan tangan atau kain atau yang sejenisnya di atas mulutnya dan menurunkan suaranya.

Etika ini didasarkan pada hadits riwayat Abu Hurairah RA yang menyatakan bahwa ketika Rasulullah SAW bersin meletakkan tangan atau kain di atas mulutnya, serta merendahkan suaranya. At-Tirmidzi menganggap bahwa riwayat ini sebagai hadits hasan-shahih.

وَالسُّنَّةُ أَنْ يَضَعَ الْعَاطِسُ يَدَهُ أَوْ ثَوْبَهُ أَوْ نَحْوَهُ عَلَي فَمِهِ وَأَنْ يَخْفَضَ صَوْتَهُ لِحَدِيثِ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ " كَانَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا عَطَسَ وَضَعَ يَدَهُ أَوْ ثَوْبَهُ عَلَي فَيْهِ وَخَفَضَ أَوْ غَضَّ بَهَا صَوْتَهُ " رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ وَالتِّرْمِذِيُّ وَقَالَ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ

Artinya, “Orang yang bersin dianjurkan untuk meletakkan tangan, atau kain atau sejenisnya di atas mulutnya, begitu juga sunah baginya untuk merendahkan suaranya karena didasarkan pada hadits riwayat Abi Hurairah RA, ia berkata, ‘Bahwa Rasulullah SAW ketika bersin meletakkan tangan atau kainnya di atas mulut dan merendahkan suaranya’, dan hadits ini telah diriwayatkan oleh Abu Dawud dan At-Tirmidzi. At-Tirmidzi memberikan komentar bahwa hadits ini masuk kategori hadits hasan-sahih,” (Lihat Muhyiddin Syaraf An-Nawawi, Al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab, Jeddah, Maktabah Al-Irsyad, juz IV, halaman 475).

Jika penjelasan singkat ini ditarik dalam konteks pertanyaan di atas, maka hukum memakai tisu saat bersin adalah sunah. Hal ini mengacu pada pandangan di atas yang menyatakan kesunahan bagi orang yang bersin untuk meletakkan tangan, kain, atau yang sejenisnya di atas mulut. Termasuk di dalamnya adalah menggunakan tisu ketika bersin.

Kitab Al-Mawsu’atut Thibbiyyah Al-Fiqhiyyah disebutkan bahwa etika yang sangat dianjurkan bagi orang di antaranya adalah menutupi mulut ketika bersin agar tidak menganggu orang di sekelilingnya dan tidak menularkan penyakit yang disebabkan karena menyebar berhamburan uap bersinnya.

وَمِنَ الْأَدَابِ اَلْمَرْغُوبَةِ مِنَ الْعَاطِسِ اَنْ يَحْفَضَ صَوْتَهُ بِالْعَطَاسِ وَيَرْفَعُهُ بِالْحَمْدِ وَاَنْ يُغَطِّيَ فَمَهُ كَيْلَا يَبْدُوَ مَا يُؤَذِّي مِنْهُ جُلَسَاءَهُ أَوْ يَنْقُلَ إِلَيْهِمْ بِعَطَاسِهِ بَعْضُ الْأَمْرَاضِ اَلَّتِي تَنْتَقِلُ بِرَذَاذِ الْعَطَاسِ

Artinya, “Di antara etika yang dianjurkan dari orang yang bersin adalah hendaknya ia merendahkan suaranya ketika bersin, meninggikan suaranya ketika mengucapkan ‘alhamdulillah,’ dan menutup mulut agar orang-orang tidak merasa terganggu, atau agar tidak menularkan beberapa penyakit yang bisa menular yang disebabkan oleh semburan ingus bersin,” (Lihat Ahmad Muhammad Kan’an, Al-Mausu`atut Thibbiyyah Al-Fiqhiyyah, Beirut, Darun Nafa’is, cet pertama, 1420 H/2000 M, halaman 722).

Demikian jawaban singkat yang dapat kami kemukakan. Semoga bisa dipahami dengan baik. Kami selalu terbuka untuk menerima saran dan kritik dari para pembaca.

Wallahul muwaffiq ila aqwamith thariq,
Wassalamu ’alaikum wr. wb.

Mahbub Maafi Ramdlan
Tim Bahtsul Masail NU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar