Kamis, 28 September 2017

(Hikmah of the Day) Rahasia Kealiman Kiai Misbah Bangilan Tuban



Rahasia Kealiman Kiai Misbah Bangilan Tuban

Mbah Misbah, begitu beliau akrab disapa adalah ulama kenamaan yang masyhur pada masanya.  Berbagai kitab-kitab kuning klasik, telah berhasil ia terjemahkan. Bahkan, sekelas Kitab Ihya' Ulumuddin karya Imam Ghozali pun sanggup ia alih bahasakan ke dalam literatur Bahasa Jawa.

Saking alimnya, banyak orang yang penasaran atas resep kehebatannya. Bagaimana ia sebegitu alimnya? Hingga banyak kitab klasik yang telah ia terjemahkan dengan baik, sehingga banyak digemari orang, untuk dijdikan rujukan.

Hingga akhirnya ada salah seorang kiai yang memberanikan diri untuk bertanya,

"Amit nuwun sewu nggih mbah. Ngaputene, kulo ajeng tangklet," (Permisi mbah, maaf sebelumnya, saya mau bertanya,) kiai itu mengawali maksudnya.

"Oh, Iya. Arep takon apa?” (Oh, iya. Mau tanya apa kamu?)

"Jenengan kok saget ngalim ngoten niku, resepipun nopo nggih? Kulo estu kepingin?" (Anda kok bisaalim (Pandai) seperti itu, resepnya apa ya? Sungguh, saya juga ingin (pandai seperti anda)

Sejenak, Mbah Misbah Terdiam. Sepertinya ia sedang menerawang, 

"La kepriye olehmu pinter, nak koe wae ngingu whaung?" (Bagaiman engkau bisa pandai, jika dirimu saj memelihara anjing?), ujar Mbah Misbah bernada tinggi.

Kiai tersebut, kaget bukan kepalang. Bagaimana bisa Mbah Misbah menuding ia memelihara anjing di rumah? Sungguh, untuk mendekatpun ia enggan, apalagi sampai memelihara. 

Setelah termenung beberapa saat, dangan mantap ia berkata,

"Estu mbah, kulo mboten ngingu whaung." (Sungguh mbah, Saya tidak memelihara anjing)

"Kae lho, TV mu. Kae lak yo iso ngetoake gambar macem-macem tho? Termasuk whaung." (Itu lho, Televisi mu. Bukankah hal itu bisa menampilkan berbagai macam gambar? Pun dengan (gambar) anjing)

Akhirnya, Kiai tersebut pun tertunduk malu. Malu karena ia tidak begitu jeli, dalam memaknai pernyataan Mbah Misbah. 

Ia pun tersadar, betapa tidak diragukan lagi kealiman Mbah Misbah. Selain itu, kehati-hatian beliau dalam menjauhi perkara haram pun juga teruji. Teringat ia akan hadits rasul:

ففي الصحيحين وغيرهما عن أبي طلحة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : " لا تدخل الملائكة بيتاً فيه كلب ولا صورة

(termaktub) dalam kitab Shahih Bukhari Muslim dan lainnya  diriwayatkan dari abi tholhah Radiyallahu 'Anhu dari Nabi Muhammad Salallahu 'alahi Wasalam: "Malaikat tidak akan masuk kepada rumah yang didalamnya terdapat anjing  dan juga gambar."

Ya, bagaiman ia bisa sealim K Misbah Bangilan? Jika Malaikat pembawa segala rizki dan rahmat saja enggan singgah dirumahnya. 

Sedang, Mbah Misbah, jangankan televisi. Hanya sekedar gambar pun tak didapati dikediaman beliau. Demi menjaga dari perkara yang tidak disukai oleh Allah, sekalipun itu diperbolehkan.

***

Hikmahnya yaitu, betapa ke-Wira'i-an (kehati-hatian menjauhi perkara yang  syubhat, apalagi perkara haram) sangat berpengaruh terhadap tingkat kealiman dan kesalehan seseorang. Untuk itu, penting kiranya dalam menjaga putra-putri yang masih dalam proses belajar , terhadap perkara yang haram, bahkan syubhat  sekalipun. ***

Dikisahkan oleh Pengasuh Pesantren Sirojuth Tholibin Brabo, KH Muhammad Shofi Al Mubarok di sela-sela  pengajian kilatan Bulan Rajab bersumber dari KH Abdullah Diana, Pengasuh Pesantren Al Iklil Mundri, Bangilan, Tuban, Jawa Timur.

[]

(Ulin Nuha Karim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar