Misi Haji Pertama
Ketika Indonesia Merdeka dengan Uang Rp 3.500
Dalam pelaksanaan
ibadah haji yang diselenggarakan setiap tahun, selalu terselip sebuah kenangan
peristiwa suka maupun duka. Terdapat juga beberapa fragmen sejarah bagi bangsa
Indonesia. Salah satunya patut kita kenang, pemberangkatan haji setelah
Indonesia merdeka. Peristiwa yang dikenal dengan Misi Haji I Republik Indonesia
tersebut terjadi pada tahun 1948, tiga tahun setelah bangsa Indonesia
memproklamirkan kemerdekaannya.
Berdasar catatan tangan
yang ditulis salah satu pelaku peristiwa bersejarah tersebut, KH R. Mohammad
Adnan, rombongan yang berisi KHR. Mohammad Adnan sebagai ketua misi, Saleh
Su’ady (sekretaris), H. Syamsir Sutan Rajo Ameh (bendahara) dan Ismail Banda
(anggota).
Ketua misi, Den Kaji
Adnan, begitu panggilan akrabnya, merupakan orang asli Solo. Ia adalah anak
Tumenggung Tafsir Anom V, seorang penghulu Keraton Surakarta juga penasihat
raja di bidang keagamaan Islam. Di Tahun 1950, Kiai Adnan juga pernah mengemban
amanah sebagai penasehat Syuriah PBNU serta Dewan Pimpinan Umum PBNU.
Bagi Adnan, pergi ke
Mekkah ini bukanlah yang pertama kalinya, sebab sebelumnya pada tahun 1908 dan
1927, ia pernah berangkat ke Tanah Suci. Pada kesempatan pertama, ia dikirim
ayahnya ke Mekkah untuk memperdalam ilmu agama Islam di Madrasah Darul Ulum dan
berguru kepada Kiai Mahfud Tremas, Kiai Idris, Syaikh Ahmad Al Minangkabawi dan
Syekh Syatho.
Ketika ia mendapat
tugas untuk berangkat ke Makkah tersebut, Den Kaji yang juga arsitek Masjid
Tegalsari dan Al-Muayyad Mangkuyudan, tengah menjabat sebagai Ketua Mahkamah
Islam Tinggi.
Tawaran untuk
memimpin misi ke Arab Saudi ini, berawal dari kedatangan Menteri Agama saat
itu, K.H Masjkur bersama Syamsir ke rumah Adnan di daerah Kauman Solo. Kemudian
di lain kesempatan, Adnan juga bertemu dengan Presiden dan Wakil Presiden RI,
Soekarno-Hatta.
Akhirnya berbekal
uang Rp. 3.500 per orang, perjalanan tim misi haji tersebut dimulai pada
tanggal 26 September 1948 pukul 02.00 WIB, berangkat dari Pelabuhan Udara
Maguwo Yogyakarta menuju ke Bangkok dengan menggunakan pesawat carteran milik
“Pacific Overseas Airlines Service” (POAS). Dari Bangkok, mereka berganti
pesawat KLM menuju ke barat, ke Kalkuta (India) dan Karachi (Pakistan) sebelum
turun di Kairo (Mesir). []
(Ajie Najmuddin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar