Soekarno, Vivere
Pericoloso dan Shalat Jumat
Sesaat setelah Rais
Aam PBNU KH Abdul Wahab Chasbullah menyampaikan taushiyah, Presiden Soekarno
memberikan amanat pada penutupan Muktamar NU di Solo, 28 Desember 1962. Seperti
biasa, ceramah Bung Karno selalu menggebu-gebu dan sangat bersemangat. Waktu
itu ia mengajak muktamirin untuk vivere pericoloso!
“Saya selalu anjurkan
agar berani hidup nyerempet bahaya. Dalam bahasa asingnya vivere pericoloso,”
kata Soekarno. “Jangan kita hidup baik sebagai bangsa maupun sebagai pemuda itu
takut kepada bahaya,” katanya lagi.
“Apa yang benar, apa
yang salah, ini yang benar itu saya jalankan, tidak peduli dengan rintangan
apa, tidak peduli ada bahaya apa di muka saya itu.”
“Sebagaimana
ditunjukkan oleh Nabi Muhammad SAW, pernahkan Nabi selamat, selamat, selamat,
tidak! Jikalau perlu gempur! Jika perlu mari nyerempet kepada bahaya itu.
Vivere pericoloso.”
Soekarno terus
berpidato dan semakin bersemangat. Waktu itu hari Jum’at dan waktu sudah
menunjukkan pukul 11.45 WIB. Para muktamirin sudah hendak bersiap-siap shalat
Jum’at.
Tempo pidato Bung
Karno mulai turun. “Tetapi jangan kita vivere pericoloso terhadap Tuhan.
Janganlah kita nyerempet bahaya yang ditentukan oleh Tuhan,” katanya.
“Nah sekarang juga
Saudara-saudari, jikalau Saudara-saudari… terus pidato, terus pidato… jam sudah
menunjukkan jam 12 kurang seperempat, saya tidak berani vivere pericoloso terhadap
Tuhan.” Lalu Bung Karno bersiap mengakhiri amanatnya. []
(A. Khoirul Anam)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar