Kamis, 03 Desember 2015

(Hikmah of the Day) Bertemu Orang Mulia di Mana-mana



Bertemu Orang Mulia di Mana-mana

Anda dan saya, pasti sering melihat orang yang sangat dihormati karena memang manusia mulia. Derajatnya tinggi di mata Gusti Allah dan makhluknya. Dan karena rasa cinta kita, kita pun senang dan berusaha bisa dekat dengannya. Menciumi tanganya, meminta doanya, dan berharap mendapat hikmat atau berkat darinya.

Menjumpai orang saleh, alim macam itu,  yang biasanya berpenampilan sesuai harkatnya; khas pakaian ulama, bahkan banyak yang secara simbolik menjadi imam, panutan masyarakat, mengasuh pesantren, menjadi guru, dan seterusnya. Itu jelas sudah biasa dan memang begitulah yang kita nikmati selama ini.

Saya sungguh bersyukur, dalam pengembaraan saya berburu kitab-kitab kuno, khususnya kitab-kitab peninggalan Simbah Kiai Sholeh Darat, saya beberapa kali mendapati orang-orang yang luar biasa tapi tersembunyi dari "kemuliaan permukaan".

Saya bertemu dengan orang yang sangat alim, sangat kuat spiritualnya, sangat khusyuk ibadahnya, tetapi sangat tawadhu’ sehingga sangat tidak kelihatan kalau beliau orang mulia di sisi Tuhannya.

Sebab penampilannya jauh dari kesan seorang kiai, kepala tak pernah ditutupi kopiah atau peci. Busananya selalu kaos oblong, celana panjang pun selalu jeans warna anak muda. Bahkan celana seragam SMA!

Tinggal di rumah sempit di kawasan kumuh kota, berbaur dengan orang-orang pinggiran yang terhempas kerasnya kehidupan kapitalis metropolitan. Di gang sempit dan deretan kos-kosan sesak yang isinya berjejal manusia pengais rezeki karena tidak mau mati kelaparan.

Untuk bisa mencapai rumahnya, saya harus memarkir sepeda motor di mulut lorong, lalu berjalan di jalan sempit yang selokannya mampat berbau pesing. Tapi, Masya Allah, di balik tumpukan pakaian anak-anaknya, tersimpan rapi kitab-kitab mutiara hasil karya ulama nusantara. Dan rutin beliau baca secara diam-diam di malam hari, jangan sampai terlihat tetangga.

Subhanallah, beliau bisa menerangkan kepada saya, aneka ilmu dari kitab-kitab langka itu, yang tidak pernah saya dapatkan dari bangku madrasah maupun semasa mondok di pesantren. Beliau bisa "saya paksa" dengan ilmu plekathik saya, sehingga mau cerita tentang hal-hal luar biasa yang pernah dialaminya.

Takjub sekali saya, orang yang  sama sekali tidak tampak sebagai panutan umat, ini kapan pun bisa ditemui Nabi Khidlir, Syeh Abdul Qodir Jailani, dalam keadaan terjaga maupun mimpi. Beberapa kali beliau mimpi ditemui Kanjeng Nabi Muhammad. Dan tentu saja, sangat biasa berjumpa dan muhadatsah dengan Mbah Sholeh Darat.

Salah satu kisah mimpinya ditemui Rasulullah, kala itu beliau usai ditinggal wafat putrinya yang berusia 7 tahun. Sedih kehilangan anak, beliau pun berdoa dengan mendawamkan dzikir entah apa, (beiau tidak mau memberitahu saya).  Dalam tidur usai kantuknya karena lelah, di malam usai tahlilan untuk anak perempuannya itu, beliau bermimpi disapa Kanjeng Nabi.

"Assalamualaikum, Ya ....... (nama beliau).

Gelagapan, dalam mimpi itu, beliau bertanya kepada sosok yang memberi salam.

"Jenengan sinten?"

"Ana Rasulullah. Ini anakmu kuajak bersamaku".

Di mimpi itu, beliau melihat putrinya yang telah wafat, tampak tersenyum dan melambai sambil digandeng Kanjeng Nabi. Lambaian seperti mengajak ayahnya ikut serta bersama  Kanjeng Nabi.

Subanallah. Saya dan Anda bertemu orang mulia di masjid atau musholla, itu pasti sudah biasa. Melihat orang mulia yang disanjung dan dihormati di keramaian, pasti sudah sering.

Tapi bertemu orang luar biasa yang tidak kelihatan sebagai "siapa-siapa", mungkin sangat jarang. bahkan tidak pernah. dan bersyukurlah jika Anda pernah diwejang guru atau orang tua, agar bersiap jumpa orang mulia dalam wujud yang sangat beda. Bahkan Nabi Khidir sering muncul dalam rupa penampilan orang yang tidak disukai, seperti gembel berbau tengik atau pria buruk rupa yang mengemis di depan pintu rumah Anda. []

Mohammad Ichwan – Semarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar