Senin, 07 Desember 2015

(Buku of the Day) Siasat Politik NU Era Penjajahan Jepang



Membaca Siasat Politik NU Era Penjajahan Jepang


Judul                : Siasat Politik NU Era Penjajahan Jepang
Penulis             : Dinno Munfaizin Imamah
Penerbit            : The Koweng Press Jakarta 
Cetakan I          : Agustus 2015
Tebal                : 218
Peresensi          : Ningrum Lestary, pecinta buku

Saat fasisme Jepang yang sedang menduduki Indonesia mendekati NU, NU dengan cerdas berhasil memanfaatkan kesempatan dan ruang yang diberikan kepadanya. Konsesi yang didapatkan sebagai konsekuensi dan ketergantungan dari peralihan sikap Jepang ini, dengan cepat dimanfaatkan oleh NU untuk melakukan pergerakan politik yang secara permukaan memperlihatkan sikap mendukung kepentingan Jepang. Namun sesungguhnya secara rahasia ditujukan untuk kepentingan bangsa Indonesia yaitu melakukan konsolidasi kekuatan pribumi. Mempersiapkan ‘condition of possiblities’, memanfaatkan peluang dan momentum, saat terjadi krisis geopolitik di level internasional, kemudian menempatkannya sesuai porsinya di level nasional. Mewujudkan negara bangsaIndonesia, 17 Agustus 1945. Inilah siasat politik kancil melawan serigala, teori perjuangan yang mampu diterapkan putra terkasih Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari, yaitu KH Wahid Hasyim.

Buku ini menjelaskan secara lengkap perjuangan besar dan pengorbanan NU untuk bangsa dan negara di era kolonialisme Jepang. Serta titiknya adalah siasat politik NU menghadapi Jepang, yang sangat ganas, licik, penipu dan congkak. ‘Menindas, membelenggu fisik dan pikiran rakyat Indonesia’, sebagaimana filosofi bendera Negeri Matahari Terbit, siapapun yang terkena panasnya matahari akan meleleh jiwa dan raganya.

Karya buku ini dicetak perdana dalam Muktamar ke-33 NU di Jombang Jawa Timur, dipersembahkan secara khusus untuk jama’ah-jam’iyyah NU dan bangsa Indonesia. Sebuah buku sejarah yang strategis yang berisi siasat pemuda NU yang jauh lebih lihai, cerdas dan keren, yakni siasat pemuda Wahid Hasyim menghadapi keganasan Jepang. Buku ini wajib dibaca, untuk membantu kita dalam mengingat masa lalu yang pernah ada dan perlu kita kobarkan ditengah keterpurukan bangsa,  bagaimana menyerap energi pendahulu bangsa sebagai energi perlawanan. Sehingga menjadi pemuda NU harus pemberani dan senantiasa terus berjuang, berinovasi untuk kebangkitan NKRI. Karena NKRI adalah milik NU, saatnya NU mengatur bangsa dan negara. Berkhidmat demi kebaikan negeri para kiai & santri, kemuliaan para nabi dan para wali.  

Buku berjudul Siasat Politik NU Era Penjajahan Jepang merupakan buku pertama dari Trilogi buku perjuangan NU. Buku kedua berjudul NU Menginjak Bumi: Siasat Pasca Kemerdekaan, sedangkan buku ketiga berjudul, Ketika NU Ditindas. Hanya dengan akumulasi pengetahuan kita mampu bangkit, beredar dalam pergaulan bangsa-bangsa dunia. Ingatlah, masa lalu adalah energi perlawanan demi masa kini-masa depan. Dahulu kita memiliki patriot besar, the libertador: Soekarno, Hatta, Tan Malaka, Gus Wahid Hasyim (NU). Pemimpin bangsa yang bisa baca konstelalasi global, punya kesadaran baca psikologis bangsanya, hingga bisa memerdekakan negerinya. Warisan luhur itulah yang sangat penting dikobarkan di pikiran-hati untuk mencipta Indonesia yang revolusioner. Inilah relevansinya membaca buku ini, dalam menghadapi kapitalisme global kontemporer. 

Dalam buku ini penulis mengajak masyarakat untuk tahu bahwa Indonesia kita ada karena masa lalu, dan mestinya digerakan pemuda untuk masa kini dan masa depan. Karena kejayaan bangsa hanya bisa ditransformasi merujuk masa lalunya misalnya Kebangkitan Jepang, Turki, Cina, India, Iran, Korea, Inggris dan lainnya. Pemuda seperti kita semua tetap berurusan dengan masa lalu, mesti bisa bertarung seperti pemuda bernama Dyah Wijaya dari Nusantara melawan imperium Mongol, Kubilai Khan. Dan pemuda itu menang atasnya dalam pertarungan, menyelamatkan Asia, Afrika, dunia Islam dan Eropa-Barat dari teror dan ketakutan paling mengerikan sepanjang sejarah, keganasan imperium Mongolia. Berkat perjuangan putra Nusantara, dunia diselamatkan, terwujudlah perdamaian. NU adalah tajalli dari spirit masa lalu, untuk meneguhkan Islam Nusantara dan demi peradaban global yang damai dan berkeadilan. Inilah tantangan PBNU 2015-2020 yang dikukuhkan di Masjid Istiqlal.

Para kiai dan pejuang NU era kolonial Jepang telah mengabdikan dirinya bagi Islam dan berbakti untuk Kemerdekaan Indonesia. NU mengabdi untuk kebaikan negeri tercinta ini dari awal hingga akhir. Mereka yang tidak mencintai tidak akan memahami. Warna-warni hidupnya para pendekar-pejuang NU disingkat hanya 3 (tiga) kata: Beliau lahir, bergerak dan syahid. Para pejuang NU telah memahat jalan yang mengantarkan kita, mengorbankan nyawanya demi Kemerdekaan Indonesia, demi kita semua hingga detik ini. []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar