Siapa
yang tak kenal dengan Kerajaan Mojopahit atau Majapahit? Menurut beberapa
literatur, kerajaan kebanggan rakyat Indonesia yang mengusai lebih dari luas
NKRI sekarang ini berdiri antara tahun 1293 hingga 1527. Puncak keemasan
Mojopahit, dirasakan pada saat kepemimpinan Raja Prabu Hayam Wuruk dengan
didampingi Mahapati Gajah Mada di antara tahun 1350 hingga 1359.
Berdasarkan
literatur yang sudah diketahu secara umum pula, ibu kota atau pusat Kerajaan
Mojopahit terletak di Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Wilayah
trowulan yang terletak dekat perbatasan Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten
Jombang ini, "berserakan" puluhan atau bahkan ratusan
situs-situs yang merupakan jejak kebesaran Mojopahit. Ratusan situs-situs
tersebut tersebar hampir di seluruh wilayah seluas kurang lebih 11 x 9
kilometer. Bahkan di beberapa halaman rumah penduduk, pada saat mencangkul
tanah beberapa jengkal saja, maka berbagai macam pecahan gerabah dari abad
ke-14 dengan mudah didapatkan.
Candi
Brahu yang berdiri dengan gagah, Candi Tikus, Candi Bajang Ratu, dan
situs-situs lainnya ini hanya berjarak beberapa ratus meter atau beberapa
kilometer saja antara yang satu dengan yang lainnya. Petualangan mengunjungi
lokasi-lokasi tersebut, serasa membangkitkan kembali kebesaran Kerajaan
Mojopahit di masanya.
Salah
satu situs yang biasanya dikunjungi di akhir petualangan adalah situs Pendopo
Agung. Situs yang terletak di Desa Nglinguk, Kecamatan Trowulan, Kabupaten
Mojokerto, Jawa Timur ini memberikan cerita banyak versi.
Satu
versi dari banyak versi yang ada, menceritakan bahwa sesungguhnya di Pendopo
Agung inilah dulu istana Kerajaan Mojopahit berdiri. Banyak cerita dari mulut
ke mulut yang menasbihkan bahwa memang di lokasi inilah dahulu Prabu Hayam
Wuruk beserta seluruh keluarganya bermukim. Sekitar beberapa puluh meter dari
Pendopo Agung, terdapat kolam berukuran raksasa bernama Kolam Segaran yang
dulunya dipercaya sebagai tempat pesta keluarga kerajaan atau pada saat menjamu
tetamu pentingnya.
Lokasi
Pendopo Agung yang tepat berada di titik -7.566281, 112.379927 atau koordinat
7°33'58.6"S 112°22'47.7"E ini hanya berjarak sekitar 14.5 kilometer
dari pusat Kota Mojokerto ke arah Kabupaten Jombang. Melintasi jalan
nasional Surabaya - Mojokerto - Jombang, tepat di perempatan Trowulan yang
sangat ramai, diperlukan waktu 3 menit dengan menggunakan kendaraan bermotor
atau sekitar 20 menit berjalan kaki ke arah selatan menuju Pendopo Agung.
Menyusuri
jalanan desa selebar ± 15 meter menuju lokasi, suasana perkampungan khas
Mojokerto sudah bisa langsung dirasakan. Denyut industri kecil, infustri
kreatif, dan perdagangan, maupun beberapa hasil pertanian banyak dijajakan di
kanan kiri jalan. Hingga akhirnya di sisi kanan jalan, Pendopo Agung yang
memiliki hamparan halaman parkir kendaraan yang sangat luas menyapa kita.
Pohon-pohon dengan diameter batangnya lebih dari satu meter tampak rimbun
menanungi para pengunjungnya.
Setelah
beristirahat sejenak melepas penat, kita sempatkan berkeliling di sekitar
Pendopo Agung. Foto-foto hitam putih para Panglima Daerah Militer (Pangdam) V/
Brawijaya yang membawahi wilayah Jawa Timur sejak Pangdam pertama hingga
Pangdam sekarang, tampak terpasang di tiang-tiang pendopo.
Agak
ke belakang pendopo, kita bisa jumpai seni relief yang terhampar di dinding
yang menceritakan prosesi penobatan Raja Mojopahit pertama, Raden Wijaya. Di
samping kanan dan kiri relief terdapat pahatan yang tertulis nama-nama
Raja Mojopahit sejak raja pertama hingga terakhir.
Setelah
puas menikmati seni relief dan membaca nama-nama para raja yang menduduki tahta
kerajaan terbesar di Nusantara ini. kita isa langkahkan kaki kita ke beranda
belakang Pendopo Agung. Di balik tembok pembatas pendopo, kita bisa saksikan bangunan
dengan cungkup di atasnya. Bangunan persegi empat dengan atap berbentuk
limas segi empat ini hanya tertutup tembok separuh dengan sambungan kawat mesh
di atasnya.
Di
dalam bangunan ini tertancap sebongkah batu kali berbentuk batangan dengan
diameter sekitar 20 sampai 30 sentimeter. Menyisahkan sekitar 1.5 meter di atas
tanah, konon benda ini punya cerita sendiri yang apabila disambungkan dengan
cerita Pendopo Agung akan terasa cocok dan pas. Sebagaimana tertulis di papan
kecil dengan dasar warna merah yang berbunyi "PAKU BUMI PENGIKAT
GAJAH", konon benda ini adalah semacam "tempat parkir"
tunggangan para raja, yakni binatang berbadan besar gajah. Maka, apabila benar
adanya bahwa benda ini adalah pengikat gajah, akan benar-benar sesuai dengan
lokasi di depannya, yakni Pendopo Agung yang dipercaya sebagai Istana Kerajaan
Mojopahit.
Cintailah
negerimu, cintailah sejarahmu. Al Faatihah...
ANANTO
PRATIKNO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar