Menyusuri Bukit Jabal
Nur Kaliwungu, Ziarahi Makam Ulama
Sejak dahulu
Kaliwungu, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah dikenal sebagai kota santri.
Lingkungannya kental dengan nuansa religius. Selain ditumbuhi banyak pesantren
dengan ribuan santri, dari Kaliwungu pula lahir ulama-ulama kharismatik yang
memiliki pengaruh besar di masyakarat.
Salah satu ulama yang
berjasa besar dalam menyebarkan agama Islam di Kaliwungu dan Jawa Tengah pada
umumnya adalah KH Asy'ari atau Kiai Guru. Ia adalah pendiri masjid Al-Muttaqin
Kaliwungu pada tahun 1653 M.
Semasa menyebarkan
Islam di Kaliwungu, Kiai Guru berdakwah melalui pendekatan budaya. Ia juga yang
mengenalkan dan mengajarkan kepada masyarakat tentang nilai-nilai ajaran Islam,
seperti mauludan, rajaban, rebo pungkasan, nyadran, nyekar, slametan, dan
dzikir atau tahlil.
Mengenang para ulama
tidak lengkap rasanya bila hanya lewat cerita-cerita saja, namun perlu berziarah
langsung ke makamnya. Berkunjung ke Kaliwungu, Kendal Jawa Tengah pada Senin
(25/6), NU Online berhasil menapaki jejak Kiai Guru lewat makamnya yang berada
di sebuah bukit bernama Jabal Nur.
Terletak di Desa
Protomulyo Kecamatan Kaliwungu Selatan, bukit Jabal Nur menjadi tempat
peristirahatan terakhir ulama-ulama Kaliwungu yang kesohor kewaliannya itu.
Setiap hari makam ini
tidak pernah sepi dari para penziarah yang datang. Terlebih pada bulan Syawal,
makam ini selalu ramai dipadati peziarah dari berbagai daerah. Puncaknya
pada tanggal 8 Syawal. Sebab tanggal itu merupakan peringatan haul atau hari
wafatnya Kiai Guru.
Makam di bukit Jabal
Nur terbagi menjadi tiga bagian. Untuk sampai ke makam-makam itu bisa dengan
berjalan kaki atau mengendarai sepeda motor dengan panjang jalan sekitar 200
meter.
Di ujung atas, adalah
Makam Kiai Guru. Berada di dalam sebuah bangunan yang ditutupi kelambu putih.
Makamnya pun tampak bersih dan terawat. Kiai Guru wafat pada tahun 1697,
seperti keterangan yang tertulis di tembok bangunan itu.
Di dalam bangunan itu
terdapat pula makam-makam ulama yang lain. Seperti makam Syekh Bakhur Syatha
atau cucu Syekh Abu Bakar Syatha, pengarang kitab 'Ianatuttholibin yang
mashur itu. Masih di area ini, dimakamkan pula Pangeran Mandurorejo (Bupati
Pekalongan Pertama) dan Pangeran Puger.
Turun ke bawah,
terdapat makam Kanjeng Sinuwun Sunan Katong. Konon ia adalah pemegang
pemerintahan di Kaliwungu, semasa dengan Kiai Guru.
Sementara di ujung
bawah atau bagian yang ketiga, adalah makam Wali Musyaffa, KH Ahmad Rukyat, KH
Abu Khoer, dan KH Mustofa. Mereka adalah ulama-ulama Kaliwungu yang dikenal
kealiman dan kewaliannya. Namun area makam ini sudah masuk Desa Kutoharjo
Kecamatan Kaliwungu.
Dari atas bukit ini,
peziarah juga bisa melihat pemandangan kota Kaliwungu yang luas. Masyarakat
setempat memanfaatkan keramaian peziarah dengan mendirikan warung-warung yang
menjual aneka makanan, minuman dan aksesoris.
Turun dari atas
bukit, masih terdapat makam ulama Kaliwungu yang menjadi jujugan para santri.
Makam yang terletak di belakang komplek Pesantren Al Fadlu Wal Fadhilah asuhan
KH Dimyati Rois itu, adalah makam Masyayikh pesantren Salaf APIK Kaliwungu.
Disana dimakamkan KH Irfan, KH Humaidullah, KH Asror, KH Imron Humaidullah dan
kiai-kiai lainya.
Bila berkunjung ke
Kaliwungu, makam-makam itu layak menjadi tujuan destinasi wisata religi,
utamanya saat tradisi Syawalan. []
(Zaenal Faizin/Muiz)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar