Jumat, 08 Juni 2018

Kang Komar: Tiga Pilar Kebahagiaan


Tiga Pilar Kebahagiaan
Oleh: Komaruddin Hidayat

SEBUAH penelitian psikologi sosial menyebutkan, terdapat tiga pilar utama kebahagiaan hidup seseorang, yaitu having a good family life, having a good job, dan having good friends and community. Ketika diteliti, sebagian besar umur seseorang akan dihabiskan di dalam tiga zona pergaulan dan aktivitas di atas. Masing-masing juga akan saling melengkapi dan menutupi kejenuhan serta kekurangan yang lain.

Pertama dan paling dasar adalah keluarga yang baik (a good family life). Secara emosional, keluarga memiliki daya gravitasi paling besar bagi kehidupan seseorang. Apa pun yang dilakukan seseorang di luar rumah pada akhirnya akan kembali pada keluarga sehingga rumah tangga sering diibaratkan tempat berlabuh bagi sebuah kapal setelah mengembara ke lautan lepas.

Oleh karenanya karier seseorang yang autentik dan kokoh hanya akan mungkin diraih kalau basis keluarganya solid. Soliditas keluarga dibangun terutama oleh hubungan cinta dan iman. Cinta bagaikan pupuk atau air yang akan membuat pohon rumah tangga selalu tumbuh segar.

Adapun iman memberikan ikatan moral dan makna hidup yang kuat bahwa rumah tangga adalah amanat suci dan sebuah bahtera yang jangkauannya sampai di akhirat kelak. Rumah tangga bukan sekadar transaksi administrasi layaknya jual-beli, melainkan juga sebuah perjalanan dan pertumbuhan moral-spiritual.

Kedua, having a good job. Seseorang bekerja tidak semata untuk mengejar uang, tetapi menyangkut harga diri, aktualisasi diri, dan bersosialisasi di luar zona keluarga. Bisa dipastikan, orang yang menganggur, meski banyak uangnya, tidak akan bahagia.

Orang yang hidup semata mengandalkan harta warisan tidak akan bangga dengan dirinya. Begitu pun mereka yang bekerja, tetapi tidak merasa cocok dan bangga dengan pekerjaannya, akan tersiksa hatinya.

Ruang kerja bagaikan ruang tahanan. Kerja akan terasa nyaman jika sesuai dengan bakat dan minatnya serta kulturnya bagus, tidak koruptif, dengan imbalan gaji yang cukup, syukur berlebih  untuk mendukung kehidupan keluarga.

Sebuah lingkungan kerja juga akan dianggap sehat kalau para karyawannya memiliki peluang dan dorongan untuk tumbuh, baik skill, pengetahuan maupun kepribadiannya. Apalah artinya gaji tinggi jika ternyata tidak halal dan lingkungan kerjanya koruptif. Semua itu akan merongrong kualitas kebahagiaan yang dibangun dalam rumah tangga.

Ketiga adalah lingkungan pertemanan dan komunitas. Kita semua mengalami bahwa umur kita tidak hanya dihabiskan dalam urusan rumah tangga dan kerja, tetapi juga bermasyarakat. Itu suatu kebutuhan sosial dan psikologikal. Makanya muncul komunitas ”alumni” di luar jaringan keluarga dan kerja.

Penting dicatat bahwa lingkungan pergaulan yang tidak sehat akan menggerogoti aset kebahagiaan yang kita bangun lewat zona keluarga dan kerja. Sering terjadi seseorang terjerat masalah gara-gara memilih jaringan pertemanan yang tidak sehat. Ini paling mudah diamati pada anak-anak remaja, tetapi bisa juga terjadi pada orang dewasa.

Keburukan itu mudah menular, bahkan kadang lebih cepat daripada kebaikan. Oleh karenanya having good friends and community merupakan satu pilar penting untuk meraih kebahagiaan hidup seseorang.

Demikianlah, tentu saja banyak pilar lain yang memengaruhi kebahagiaan seseorang. Namun ketiga aspek tadi begitu dominan. Di atas ketiganya, menurut hasil penelitian dimaksud, adalah personal values.

Nilai-nilai hidup seseorang akan sangat berpengaruh dalam memaknai hidup ini. Orang yang taat beragama dan yang tidak tentu akan berbeda dalam memandang keluarga, harta, dan pergaulan.

Ada orang yang yakin bahwa dengan banyak bederma, bersedekah, jalan rezeki akan semakin terbuka. Tapi ada yang berpandangan sebaliknya. Inilah yang dimaksud dengan personal values. Sebuah kerangka berpikir dan keyakinan hidup yang sangat berpengaruh dalam perilaku seseorang, termasuk dalam berumah tangga, bekerja, dan bermasyarakat.

Sebagai pribadi saya yakin, kerja dan harta yang tidak halal tidak akan mendatangkan berkah dan kebahagiaan. Jika harta haram masuk ke mulut dan kemudian mengalir bersama darah dalam tubuh, harta haram tadi akan masuk beserta dengan energi negatif (setan) sehingga perilaku seseorang juga akan seperti setan. Pikirannya, tangannya, kakinya, mulutnya akan dikendalikan oleh setan.

Makanya orang tua mesti hati-hati memberikan rezeki atau nafkah kepada keluarga. Hindari membawa barang haram ke rumah jika kita benar-benar sayang pada keluarga. Jangan membawa racun kehidupan. []

KORAN SINDO, 8 Juni 2018
Komaruddin Hidayat | Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar