Jumat, 29 Juni 2018

(Hikmah of the Day) Belajar Hakikat Harta dari Tukang Parkir


Belajar Hakikat Harta dari Tukang Parkir

Seharusnya kita sudah menyadari, bahwa segala sesuatu yang kita miliki hanyalah titipan belaka. Pada hakikatnya kita tak punya apa-apa. Karena, segalanya milik Allah SWT. Jika anda yang saat ini baru menyadari, maka turunkan tensi kesombongan anda perlahan. Karena kesombongan itu penyakit yang berbahaya yang bisa menyebabkan orang “sulit” masuk surga.

Saya tidak akan terlalu dalam membahas masuk surga atau neraka, karena masuk surga atau neraka pada hakikatnya tidak ada yang tahu kecuali Allah SWT. Dan itu merupakan hak prerogatif Allah SWT. Meskipun kita ketahui, garis-garis, jalan agar bisa sampai kepada Tuhan.

Hal mendasar yang ingin saya ungkapkan sebenarnya adalah bahwa segala sesuatu yang kita miliki tak lain hanyalah titipan dari Allah. Mobil, motor, jam tangan, HP android itu sebenarnya ujian dan titipan dari Allah SWT. Allah mempercayai kita. Artinya kita sebagai user harus bisa memaksimalkan apa yang telah diberikan oleh Allah.

Coba cermati. Pernahkan anda terkena jerawat? Okey, sekarang jika kulit itu milik anda, aturlah agar wajah anda tidak timbul jerawat. Tentu, kita tidak bisa mengatur. Dari contoh sederhana tersebut tentu kita bisa menyadari bahwa kita tidak bisa menguasai diri kita (dalam segi fisik).

Sebagai analogi yang paling pas untuk menganggap bahwa apa yang telah diberikan oleh Allah SWT adalah titipan, sebagaimana di lakukan oleh tukang parkir. Dalam parkirannya, tukang parkir menerima ratusan motor dan puluhan mobil tergantung luas parkiran. Namun, tukang parkir tidak merasa bangga dan tidak merasa sombong meski di dalam parkirannya terdapat ratusan motor dan mobil. Kenapa? Karena tukang parkir tahu bahwa motor dan mobil yang ada di tempat parkirannya adalah titipan dari orang lain.

Begitulah kiranya kita memandang harta atau segala hal yang kita miliki. Memandang bahwa apa yang di berikan oleh Allah SWT merupakan hanya sebuah titipan. Sehingga kita selalu bersyukur terhadap nikmat yang Allah SWT berikan dan bersabar jika apa yang kita miliki diambil oleh Allah SWT. []

Kamas Wahyu Amboro, Mahasiswa Jurusan Tasawuf Psikoterapi UIN SGD Bandung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar