Ukhuwah
Basyariyah
Oleh:
Nasaruddin Umar
MENJALIN
ukhuwah basyariyah (persaudaraan kemanusian) salah satu doktrin ajaran Islam.
Alquran menegaskan Walaqad karramna bani Adam (Dan sesungguhnya telah kami
muliakan anak cucu Adam/QS Al-Isra'/17:70). Allah SWT tidak mengatakan Walaqad
karramna al-muslimun (Dan sesungguhnya telah kami muliakan orang-orang Islam).
Ini
mengisyaratkan bahwa siapa pun merasa anak cucu Adam tanpa membedakan jenis
kelamin, agama, etnik, warna kulit, dan kewarganegaraan, wajib hukumnya
dihormati, apa pun jenis kelamin, etnik, dan agamanya. Merusak ukuuwah
basyariyah sama dengan merusak sendi-sendi doktrin Islam.
Alquran
menegaskan perlunya memberikan hak-hak sosial kepada segenap warga tanpa
terkecuali seperti di dalam firman-Nya: Allah tiada melarang kamu untuk berbuat
baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama
dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu
menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan
mengusir kamu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan
barang siapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang
yang zalim. (QS Al-Mumtahinah/60: 8-9).
Allah SWT
memberikan peringatan dan ancaman kepada siapa pun yang melecehkan hak-hak
asasi dan hak sosial setiap orang. Orang-orang yang melakukannya dicap sebagai
seorang yang zalim (al-dhalimun) atau al-fasad. Banyak lagi pengalaman Nabi dan
para sahabat yang memberikan hak-hak sosial dan hak-hak politik terhadap
orang-orang nonmuslim. Dengan demikian, berbuat baik kepada sesama warga tanpa
membedakan agama dan kepercayaan merupakan sunah Rasul yang harus
dipertahankan, khususnya kita sebagai warga negara Indonesia.
Nabi juga
pernah menegaskan, "Wahai sekalian manusia, kalian semua berasal dari
Adam. Adam berasal dari tanah. Tidak ada keutamaan di antara orang Arab
terhadap orang 'Ajam (non-Arab) kecuali ketakwaan kepada Allah." (QS
Al-Hujurat/49:13). Manivestasi ukhuwah basyariyah dicontohkan Nabi Muhammad
SAW. Ia dikagumi oleh kawan dan lawan karena perinsip keadilannya. Ia selalu
menganjurkan sahabatnya agar selalu mengedepankan dan menegakkan rasa adil di
dalam masyarakat, termasuk kepada penduduk nonmuslim, sebagaimana disampaikan
dalam firman Allah SWT, Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi
orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi
dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum,
mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih
dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS Al-Maidah/5: 8).
Alquran
menegaskan perlunya berlaku adil kepada umat manusia tanpa membedakan atribut
sosial. "Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum,
mendorong kamu untuk berlaku tidak adil." (QS Al-Maidah/5:8). Rasa adil
kepada setiap orang, tanpa membedakan identitasnya, dipandang sangat
fundamental oleh Nabi. Banyak hadis yang dapat dijadikan sebagai bukti betapa
Nabi sangat concern terhadap perlakuan adil terhadap penduduk atau etnik
tertentu, termasuk perbedaan warna, agama, aliran, dan kepercayaan.
Nabi
selalu menyerukan pada setiap kali terjadi peperangan agar jangan membunuh
penduduk sipil yang tak berdosa, mengganggu anak-anak dan janda. Nabi juga
tidak pernah membeda-bedakan orang berdasarkan warna kulit. Muazin yang selalu
dipercaya Nabi ialah Bilal, seorang mualaf dari Afrika yang berkulit hitam. Banyak
lagi contoh kemanusiaan yang dirintis Nabi Muhammad SAW. []
MEDIA
INDONESIA, 14 July 2017
Nasaruddin
Umar | Imam Besar Masjid Istiqlal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar