Kamis, 20 Juli 2017

Nasaruddin Umar: Ukhuwah Basyariyah



Ukhuwah Basyariyah
Oleh: Nasaruddin Umar

MENJALIN ukhuwah basyariyah (persaudaraan kemanusian) salah satu doktrin ajaran Islam. Alquran menegaskan Walaqad karramna bani Adam (Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak cucu Adam/QS Al-Isra'/17:70). Allah SWT tidak mengatakan Walaqad karramna al-muslimun (Dan sesungguhnya telah kami muliakan orang-orang Islam).

Ini mengisyaratkan bahwa siapa pun merasa anak cucu Adam tanpa membedakan jenis kelamin, agama, etnik, warna kulit, dan kewarganegaraan, wajib hukumnya dihormati, apa pun jenis kelamin, etnik, dan agamanya. Merusak ukuuwah basyariyah sama dengan merusak sendi-sendi doktrin Islam.

Alquran menegaskan perlunya memberikan hak-hak sosial kepada segenap warga tanpa terkecuali seperti di dalam firman-Nya: Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barang siapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (QS Al-Mumtahinah/60: 8-9).

Allah SWT memberikan peringatan dan ancaman kepada siapa pun yang melecehkan hak-hak asasi dan hak sosial setiap orang. Orang-orang yang melakukannya dicap sebagai seorang yang zalim (al-dhalimun) atau al-fasad. Banyak lagi pengalaman Nabi dan para sahabat yang memberikan hak-hak sosial dan hak-hak politik terhadap orang-orang nonmuslim. Dengan demikian, berbuat baik kepada sesama warga tanpa membedakan agama dan kepercayaan merupakan sunah Rasul yang harus dipertahankan, khususnya kita sebagai warga negara Indonesia.

Nabi juga pernah menegaskan, "Wahai sekalian manusia, kalian semua berasal dari Adam. Adam berasal dari tanah. Tidak ada keutamaan di antara orang Arab terhadap orang 'Ajam (non-Arab) kecuali ketakwaan kepada Allah." (QS Al-Hujurat/49:13). Manivestasi ukhuwah basyariyah dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Ia dikagumi oleh kawan dan lawan karena perinsip keadilannya. Ia selalu menganjurkan sahabatnya agar selalu mengedepankan dan menegakkan rasa adil di dalam masyarakat, termasuk kepada penduduk nonmuslim, sebagaimana disampaikan dalam firman Allah SWT, Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS Al-Maidah/5: 8).

Alquran menegaskan perlunya berlaku adil kepada umat manusia tanpa membedakan atribut sosial. "Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil." (QS Al-Maidah/5:8). Rasa adil kepada setiap orang, tanpa membedakan identitasnya, dipandang sangat fundamental oleh Nabi. Banyak hadis yang dapat dijadikan sebagai bukti betapa Nabi sangat concern terhadap perlakuan adil terhadap penduduk atau etnik tertentu, termasuk perbedaan warna, agama, aliran, dan kepercayaan.

Nabi selalu menyerukan pada setiap kali terjadi peperangan agar jangan membunuh penduduk sipil yang tak berdosa, mengganggu anak-anak dan janda. Nabi juga tidak pernah membeda-bedakan orang berdasarkan warna kulit. Muazin yang selalu dipercaya Nabi ialah Bilal, seorang mualaf dari Afrika yang berkulit hitam. Banyak lagi contoh kemanusiaan yang dirintis Nabi Muhammad SAW. []

MEDIA INDONESIA, 14 July 2017
Nasaruddin Umar | Imam Besar Masjid Istiqlal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar