Makna
Esoterik Silaturahim
Oleh:
Nasaruddin Umar
SILATURAHIM
berasal dari bahasa Arab dari dua akar kata, yaitu shilah dan rahim. Kata
shilah dalam bahasa Arab berasal dari kata washala-yashilu-washlan, wushulan,
shilah, yang secara harfiah berarti sampai ke..., menyambung, menggabungkan,
dan berkelanjutan. Dari akar kata itu terbentuk sejumlah derivasi dan makna
masing-masing. Apalagi jika dihubungkan dengan derivasi maknanya yang lebih
besar (isytiqaq al-kabir), huruf wa-sha-la yang kemudian membentuk sejumlah
kata seperti: washala (sampai, menyambung), washshala (menyampaikan), washil
(tetap berfungsi), ittashala (berkelanjutan), shilah (perhubungan), washlun
(tanda terima, resi), wushl (pertalian, perhubungan), washilah (keakraban,
perkumpulan), wushul (suka atau banyak memberi), washil (menyambung), aushal
(persediaan), maushil (tempat pengembangan), muwashil (perhubungan), dan shalat
(salat).
Kata
rahim berasal dari akar kata rahima-yarham-marhamah, yang secara harfiah
berarti menaruh kasih, mencintai, menyayangi dengan sangat dalam. Dari akar
kata ini muncul derivasi kata lain, misalnya rahmah (rahmat), al-Rahim (Maha
Penyayang), dan al-Rahman (Maha Pengasih). Dari akar kata yang sama juga lahir
kata rahim, yaitu organ reproduksi, baik yang berada di dalam perut perempuan
(rahim mikrokosmos) maupun organ reproduksi alam raya (rahim makrokosmos),
seperti perut bumi yang juga lazim disebut ibu pertiwi.
Cakupan
dari berbagai makna derivasi silaturahim menjadi spirit atau roh silaturahim
yang menggambarkan adanya kombinasi antara kekuatan (jalaliyyah) dan keindahan
(jamaliyah). Kedua kombinasi itu sesungguhnya lambang kesempurnaan Tuhan
(al-jam’iyyah al-Ilahiyyah). Dengan demikian, pengamalan silaturahim merupakan
wujud implementasi sifat-sifat dan nama-nama indah Tuhan (al-asma’ al-husna’)
di dalam diri.
Dalam bahasa populer silaturahim sering diartikan menyambung tali cinta kasih. Silaturahim sering diidentikkan dengan kata halalbihalal, mempunyai makna lebih dari sekadar bersalam-salaman antara satu dan yang lain. Konsep silaturahim di dalam Quran dan sebagaimana dipraktikkan Rasulullah SAW, bukan hanya dengan sesama umat Islam, atau sesama umat manusia. Namun, lebih luas dari itu, meliputi seluruh makhluk makrokosmos, mikrokosmos, dan makhluk spiritual.
Silaturahim
tidak dipilah dan dibedakan oleh atribut-atribut primordial manusia, seperti
agama, ras, etnik, suku-bangsa, negara, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, dan
lain sebagainya. Silaturahim juga bisa diwujudkan dengan para makhluk
spiritual, seperti dengan para arwah yang telah wafat, para malaikat, dan para
jin. Bagi para sufi, juga mempunyai konsep silaturahim dengan Tuhan yang diistilahkan
dengan taqarrub ilallah (pendekatan diri kepada Allah SWT). Semakin harmonis
silaturahim kepada para pihak maka semakin tinggi kualitas dan martabat manusia
itu. Semakin buruk silaturahim itu maka semakin buruk pula kualitas dan
martabat hidup manusia itu.
Sedemikian
dalam makna silaturahim ini maka Nabi pernah bersabda: "Kasih sayang itu
tergantung di langit Arasy lalu ia berkata barang siapa yang menjalin hubungan
denganku maka akan dihubungkan dirinya dengan Tuhan, sebaliknya barang siapa
yang memutus silaturahim terhadapku maka Allah pun akan memutus hubungan
dengannya." Dalam hadis lain dikatakan: "Barang siapa yang tidak
menyayangi manusia maka Allah SWT tidak akan menjalin hubungan dengannya."
Di antara
makna dan hakikat silaturahim ialah untuk memperpanjang umur, sebagaimana
disabdakan Nabi bahwa silaturahim bisa memperpanjang umur. Apa yang dikatakan
Nabi ini secara rasional bisa dipahami bahwa orang yang memiliki banyak kolega
baik sudah barang tentu lebih banyak jembatan rahmat dan rezeki yang bisa
dibangun. Terbukti di dalam kehidupan masyarakat bahwa orang yang memiliki
relasi sosial yang luas dan baik masih tetap eksis hingga akhir hayatnya. []
MEDIA
INDONESIA, 7 July 2017
Nasaruddin
Umar | Imam Besar Masjid Istiqlal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar