Rabu, 19 Juli 2017

(Ngaji of the Day) Keharusan Berpakaian Baru dan Dresscode Lebaran di Hari Raya?



Keharusan Berpakaian Baru dan Dresscode Lebaran di Hari Raya?

Pertanyaan:

Assalamu ‘alaikum wr. wb.
Redaksi Bahtsul Masail NU Online, entah kapan awalnya hari raya Idul Fitri dianggap masyarakat sebagai keharusan untuk membeli baju baru lebih-lebih untuk anak-anak, kadang untuk keseragaman sekeluarga (dresscode). Pasar dan toko pakaian kerap dipadati masyarakat menjelang lebaran. “Keharusan” seperti ini kerap kali membuat pening masyarakat kecil setiap menjelang hari raya, apalagi masyarakat yang memiliki banyak anak yang masih kecil. Yang mau saya tanyakan, sebenarnya bagaimana hukum pakaian baru dan dresscode di hari lebaran agar masalah ini menjadi jelas? Terima kasih atas penjelasannya. Wassalamu ‘alaikum wr. wb.

Marhamah – Jakarta Selatan

Jawaban:

Assalamu ‘alaikum wr. wb.
Penanya yang budiman, semoga Allah SWT menurunkan rahmat-Nya untuk kita semua. Hari raya Idul Fitri merupakan hari besar di mana Allah SWT membukakan ampunan dan rahmat-Nya untuk para hamba-Nya. Karenanya kebahagiaan ini patut disambut dengan lahir dan batin yang baik.

Dari sini kita lalu–selain menyucikan batin di hari raya–dianjurkan untuk membersihkan tubuh dari kotoran dan aroma tidak sedap, mengenakan pakaian yang bagus, dan mengenakan wewangian.

Lalu bagaimana dengan “keharusan” mengenakan pakaian baru di hari raya Idul Fitri? Kemungkinannya banyak. Lazimnya memang wajar membeli pakaian baru setahun sekali mengingat pakaian yang sudah ada sudah tidak lagi muat karena tubuh anak-anak kecil terus tumbuh besar. Kemungkinan lainnya, kebetulan pakaian yang sudah ada sudah terlalu pudar warnanya atau rusak kerahnya lalu mengambil kesempatan Idul Fitri untuk menggantinya dengan yang baru. Tetapi adakah keharusan dalam agama untuk mengenakan pakaian baru dan dresscode lebaran?

والتطيب والتزين بما مر في الجمعة إلا أن هنا يسن له أن يلبس أحسن ثيابه ولو غير بياض وعند التساوي البياض أولى، وفارق الجمعة بأن المراد هنا إظهار النعم وهو بالأعلى أولى وفي الجمعة إظهار الكمال وهو البياض أعلى وإلا أنه يسن الغسل والتزين والتطيب للقاعد أي لمن لم يرد الخروج لصلاة العيد والخارج لها

Artinya, “Seseorang dianjurkan mengenakan wewangian dan berhias sebagaimana keterangan telah lalu pada bab Jumat. Tetapi di sini seseorang dianjurkan mengenakan pakaian terbaiknya meskipun bukan warna putih. Tetapi ketika pakaian putih dan bukan berwarna putih sama baiknya, maka mengenakan pakaian putih lebih utama di hari Id. Hari Id berbeda dengan hari Jumat. Maksud hari Id adalah menampakkan nikmat Allah. Karenanya mengenakan pakaian terbaik itu lebih utama. Sedangkan tujuan hari Jumat adalah menampakkan kesempurnaan karena itu mengenakan pakaian putih itu yang terbaik. Tetapi orang yang duduk (tidak keluar rumah untuk sembahyang Id) dan orang yang keluar menuju sembahyang Id juga dianjurkan untuk mandi, berhias, dan mengenakan wewangian,” (Lihat Syekh Sa‘id bin Muhammad Ba‘asyin, Busyral Karim, Beirut, Darul Fikr, 1433-1434 H/2012 M, juz II, halaman 353).

Dari penjelasan ini, kita menyimpulkan bahwa agama sendiri hanya menganjurkan umatnya untuk mengenakan pakaian terbaiknya di hari raya Idul Fitri, bukan pakaian baru, apalagi seragam sekeluarga (dresscode). Pakaian terbaik juga tidak selalu mesti berwarna putih. Anjuran mengenakan pakaian putih berlaku di hari Jumat. Lain soal kalau pakaian putih adalah pakaian terbaiknya dari semua pakaian yang dimilikinya ketika hari raya.

Perihal keinginan masyarakat untuk mengenakan pakaian baru atau dresscode di hari raya, hal itu boleh-boleh saja sejauh tidak memberatkan yang bersangkutan. Kalau pun tidak membeli pakaian baru, kita tidak perlu berkecil hati. Kita dapat memakai pakaian terbaik kita yang ada di almari karena agama Islam sendiri tidak mengharuskan umatnya untuk mengenakan pakaian baru apalagi dresscode di hari raya.

Saran kami, kita sebaiknya memanfaatkan hari raya Idul Fitri untuk memperbaiki batin kita semaksimal mungkin, membuka pintu maaf bagi banyak orang, dan memohon maaf kepada mereka yang pernah kita aniaya, dan memperbanyak istighfar untuk memohon ampunan dan rahmat Allah.

Demikian jawaban singkat kami. Semoga bisa dipahami dengan baik. Kami selalu terbuka dalam menerima kritik dan saran dari para pembaca.

Wallahul muwaffiq ila aqwathih thariq,
Wassalamu ’alaikum wr. wb.

Alhafiz Kurniawan
Tim Bahtsul Masail NU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar