Menjadi
Mukmin Haqqon
Oleh: A.
Hasyim Muzadi
"Ulaaikahumul
mukminuuna haqqon. Lahum darojaatun `inda Robbihim wamaghfirotun warizqun
kariim-Itulah mereka orang-orang mukmin yang hak.
Bagi
mereka, derajat di sisi Tuhan mereka dan ampunan serta rezeki yang mulia."
(QS al-Anfal: 4).
Derajat
disisi Tuhan, ampunan, serta rezeki yang mulia. Tiga anugerah yang telah
dipersiapkan oleh Allah SWT. Bagi siapa? Bagi orang-orang yang telah
memperoleh status mukmin haqqon-mukmin yang sebenarnya.
Status
itu disematkan oleh Allah melalui firman- Nya. Adakah tujuan dan target hidup
yang lebih mulia dari ini semua? Iman yang hanya bermuara pada tercapainya
derajat disisi Tuhan, ampunan, serta rezeki yang mulia.
Tiga hal
di atas bukan sembarang karunia.
Ketiganya
diperuntukkan oleh Allah kepada para hamba-Nya yang telah mencapai kelas
tertinggi sehingga memang pantas mereka mendapatkan itu. Derajat, contohnya.
Bukankah semua orang menginginkan ini? Beragam cara dilakukan agar seseorang
bisa memperoleh derajat. Di ujung senja kehidupan kita kini, sungguh sulit
menemukan orang yang tak ingin status sosialnya berada di derajat tinggi.
Untuk
menggapai status ini, bahkan sering kita temukan tak sedikit orang menempuh
berbagai macam cara, beragam jalan, serta banyak dalih. Karena, tuntutan hidup
yang jauh dari Tuhan, banyak di antara kita menggunakan cara curang, culas,
bahkan kadang menjual harga diri agar mendapat status sosial. Dengan status
ini, seseorang bisa memperoleh apa yang diinginkan hingga hal-hal yang secara
akal sehat susah didapat.
Status
bisa mengantarkan seseorang memenuhi tuntutan dan kebutuhan sensualnya. Agar
tetap menarik, cantik, dan muda, tak jarang kita melakukan dengan cara-cara di
luar kelaziman.
Agar
tetap duduk di kursi jabatan tertentu, seseorang sukarela mengorbankan apa
saja. Dengan cantik, tampan, muda, dan berkedudukan, mereka merasa berada di
derajat yang mulia. Terlalu banyak kisah tragis manusia untuk disebutkan
terkait pengorbanan demi suatu derajat.
Ini baru
contoh betapa pentingnya derajat bagi manusia.
Dan, itu
baru derajat di sisi manusia. Apatah lagi jika derajat itu disematkan oleh
Allah untuk kita. Tentu tak ada lagi pemberian yang lebih mulia dibanding
pemberian dari Allah. Belum lagi, kalau kita bicara soal ampunan dan rezeki
yang mulia. Tak ter peri rasanya jika kelak di akhirat kita bisa menggabungkan
ketiganya.
Derajat
bukan di sembarang tempat, melainkan di sisi Tuhan. Adakah tempat terbaik
selain berada di sisi-Nya?
Bagaimana
status mukmin haqqonbisa diperoleh? Menurut keterangan Allah kepada kita
melalui firman-firman-Nya, terdapat beberapa ciri seseorang yang telah mencapai
status mukmin sejati. Seseorang yang sudah berada di kelas ini akan selalu
bergetar hatinya jika disebut Allah kepada mereka.
Menurut
keterangan yang kita dapat pahami dari Alquran, tak ada detik berlalu tanpa
disebutkan Allah di dalamnya. Allah terlibat dalam semua denyut hidup ini.
Allah
mengambil semua peran dalam mengelola hidup dan kehidupan makhluk hidup tanpa
kecuali. Begitu Allah "meninggalkan" kita satu detik saja, kehidupan
ini akan langsung menemui kematiannya. Di mana dan ke manapun wajah kita
hadapkan, kita akan menghadap kepada-Nya.
Demikian
dahsyatnya tata kelola kehidupan di alam semesta sehingga sangat mustahil hati
kita tidak bergetar setiap nama, sifat, dan zat-Nya disebutkan.
Isyarat
lain seseorang dapat status mukmin haqqonadalah apabila dibacakan kepada mereka
ayat-ayat-Nya, itu menambah iman mereka dan kepada Tuhan mereka. Demikian
sayang Allah kepada manusia hingga semua diciptakan agar iman kita bertambah.
Tentu saja tidak mudah bagi manusia untuk dapat mengenal Allah tanpa mengenal
tanda-tanda-Nya. Manusia hanya mungkin mengenal Allah melalui ayat-ayat-Nya.
Alquran
sudah memastikan bahwa makhluk hidup tak akan pernah bisa mengenai Allah secara
zat, asma, dan sifat, kecuali melalui tanda-tanda-Nya saja. Dengan demikian,
yang sampai ke ruang kesadaran kita hanyalah isyarat akan keberadaan-Nya.
Hatta, ketika Kalimullah Musa AS bermunajat agar dapat bertemu dengan-Nya,
Allah "hanya" menunjukkan diri di mana situasi kemanusiaan Musa tak
mampu lagi menampung. Beliau pun pingsan.
Agama
Islam lantas menyebut dua macam ayat Tuhan agar manusia dapat belajar
mengenal-Nya. Yaitu, ayat quraniyahdan ayat kauniyah. Yang pernah cara mengenal
Allah melalui pembacaan terhadap firman-firman-Nya di dalam kitab suci Alquran.
Yang kedua adalah cara mengenal Allah dengan melakukan pembacaan terhadap alam
semesta. Alam dan seluruh isinya adalah tanda-tanda keberadaan Allah SWT.
Dengan
dua bentuk ayat ini, dapatkah hati bergetar dan gentar saat Allah disebut?
Seringkah getaran terjadi ketika disebutkan kepada kita tentang larangan dan
perintah Allah kepada kita?
Sejatinya,
shalat, haji, zakat, dan puasa dapat membuat kita bergetar dan gentar di
hadapan- Nya. Kalau ini juga tak membuat hati kita bergetar dan gentar,
rasa-rasanya status mukmin haqqonbelum Allah sematkan kepada kita.
Hanya
itukah ciri mukmin haqqon? Tidak. Seorang dengan status ini mesti berlatih,
menanam, serta menancapkan sifat dan sikap tawakal. Tawakal dalam artian
menyerahkan seluruh urusan, dari awalnya hingga akhirnya, hanya kepada Allah
SWT. Apa pun usaha yang kita lakukan, apa pun proses yang kita lalui, serta
bagaimanapun hasil dari semuanya akan bermuara kepada Allah SWT. Dialah yang
menentukan segalanya. Kita hanya berikhtiar. Titik.
Wallahu
a'lam bish shawaab. []
REPUBLIKA,
03 April 2016
KH. A. Hasyim Muzadi | Mantan Ketua Umum PBNU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar