Selasa, 05 April 2016

Hasyim Muzadi: Menjadi Mukmin Haqqon



Menjadi Mukmin Haqqon
Oleh: A. Hasyim Muzadi

"Ulaaikahumul mukminuuna haqqon. Lahum darojaatun `inda Robbihim wamaghfirotun warizqun kariim-Itulah mereka orang-orang mukmin yang hak.

Bagi mereka, derajat di sisi Tuhan mereka dan ampunan serta rezeki yang mulia." (QS al-Anfal: 4).

Derajat disisi Tuhan, ampunan, serta rezeki yang mulia. Tiga anugerah yang telah dipersiapkan oleh Allah SWT. Bagi siapa? Bagi orang-orang yang telah memperoleh status mukmin haqqon-mukmin yang sebenarnya.

Status itu disematkan oleh Allah melalui firman- Nya. Adakah tujuan dan target hidup yang lebih mulia dari ini semua? Iman yang hanya bermuara pada tercapainya derajat disisi Tuhan, ampunan, serta rezeki yang mulia.

Tiga hal di atas bukan sembarang karunia.

Ketiganya diperuntukkan oleh Allah kepada para hamba-Nya yang telah mencapai kelas tertinggi sehingga memang pantas mereka mendapatkan itu. Derajat, contohnya. Bukankah semua orang menginginkan ini? Beragam cara dilakukan agar seseorang bisa memperoleh derajat. Di ujung senja kehidupan kita kini, sungguh sulit menemukan orang yang tak ingin status sosialnya berada di derajat tinggi.

Untuk menggapai status ini, bahkan sering kita temukan tak sedikit orang menempuh berbagai macam cara, beragam jalan, serta banyak dalih. Karena, tuntutan hidup yang jauh dari Tuhan, banyak di antara kita menggunakan cara curang, culas, bahkan kadang menjual harga diri agar mendapat status sosial. Dengan status ini, seseorang bisa memperoleh apa yang diinginkan hingga hal-hal yang secara akal sehat susah didapat.

Status bisa mengantarkan seseorang memenuhi tuntutan dan kebutuhan sensualnya. Agar tetap menarik, cantik, dan muda, tak jarang kita melakukan dengan cara-cara di luar kelaziman.

Agar tetap duduk di kursi jabatan tertentu, seseorang sukarela mengorbankan apa saja. Dengan cantik, tampan, muda, dan berkedudukan, mereka merasa berada di derajat yang mulia. Terlalu banyak kisah tragis manusia untuk disebutkan terkait pengorbanan demi suatu derajat.

Ini baru contoh betapa pentingnya derajat bagi manusia.

Dan, itu baru derajat di sisi manusia. Apatah lagi jika derajat itu disematkan oleh Allah untuk kita. Tentu tak ada lagi pemberian yang lebih mulia dibanding pemberian dari Allah. Belum lagi, kalau kita bicara soal ampunan dan rezeki yang mulia. Tak ter peri rasanya jika kelak di akhirat kita bisa menggabungkan ketiganya.

Derajat bukan di sembarang tempat, melainkan di sisi Tuhan. Adakah tempat terbaik selain berada di sisi-Nya?

Bagaimana status mukmin haqqonbisa diperoleh? Menurut keterangan Allah kepada kita melalui firman-firman-Nya, terdapat beberapa ciri seseorang yang telah mencapai status mukmin sejati. Seseorang yang sudah berada di kelas ini akan selalu bergetar hatinya jika disebut Allah kepada mereka.

Menurut keterangan yang kita dapat pahami dari Alquran, tak ada detik berlalu tanpa disebutkan Allah di dalamnya. Allah terlibat dalam semua denyut hidup ini.

Allah mengambil semua peran dalam mengelola hidup dan kehidupan makhluk hidup tanpa kecuali. Begitu Allah "meninggalkan" kita satu detik saja, kehidupan ini akan langsung menemui kematiannya. Di mana dan ke manapun wajah kita hadapkan, kita akan menghadap kepada-Nya.

Demikian dahsyatnya tata kelola kehidupan di alam semesta sehingga sangat mustahil hati kita tidak bergetar setiap nama, sifat, dan zat-Nya disebutkan.

Isyarat lain seseorang dapat status mukmin haqqonadalah apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, itu menambah iman mereka dan kepada Tuhan mereka. Demikian sayang Allah kepada manusia hingga semua diciptakan agar iman kita bertambah. Tentu saja tidak mudah bagi manusia untuk dapat mengenal Allah tanpa mengenal tanda-tanda-Nya. Manusia hanya mungkin mengenal Allah melalui ayat-ayat-Nya.

Alquran sudah memastikan bahwa makhluk hidup tak akan pernah bisa mengenai Allah secara zat, asma, dan sifat, kecuali melalui tanda-tanda-Nya saja. Dengan demikian, yang sampai ke ruang kesadaran kita hanyalah isyarat akan keberadaan-Nya. Hatta, ketika Kalimullah Musa AS bermunajat agar dapat bertemu dengan-Nya, Allah "hanya" menunjukkan diri di mana situasi kemanusiaan Musa tak mampu lagi menampung. Beliau pun pingsan.

Agama Islam lantas menyebut dua macam ayat Tuhan agar manusia dapat belajar mengenal-Nya. Yaitu, ayat quraniyahdan ayat kauniyah. Yang pernah cara mengenal Allah melalui pembacaan terhadap firman-firman-Nya di dalam kitab suci Alquran. Yang kedua adalah cara mengenal Allah dengan melakukan pembacaan terhadap alam semesta. Alam dan seluruh isinya adalah tanda-tanda keberadaan Allah SWT.

Dengan dua bentuk ayat ini, dapatkah hati bergetar dan gentar saat Allah disebut? Seringkah getaran terjadi ketika disebutkan kepada kita tentang larangan dan perintah Allah kepada kita?

Sejatinya, shalat, haji, zakat, dan puasa dapat membuat kita bergetar dan gentar di hadapan- Nya. Kalau ini juga tak membuat hati kita bergetar dan gentar, rasa-rasanya status mukmin haqqonbelum Allah sematkan kepada kita.

Hanya itukah ciri mukmin haqqon? Tidak. Seorang dengan status ini mesti berlatih, menanam, serta menancapkan sifat dan sikap tawakal. Tawakal dalam artian menyerahkan seluruh urusan, dari awalnya hingga akhirnya, hanya kepada Allah SWT. Apa pun usaha yang kita lakukan, apa pun proses yang kita lalui, serta bagaimanapun hasil dari semuanya akan bermuara kepada Allah SWT. Dialah yang menentukan segalanya. Kita hanya berikhtiar. Titik.

Wallahu a'lam bish shawaab.  []

REPUBLIKA, 03 April 2016
KH. A. Hasyim Muzadi | Mantan Ketua Umum PBNU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar