Kamis, 28 April 2016

(Hikmah of the Day) Bagaimana Mbah Umar Mengislamkan Pak Mughizi?



Bagaimana Mbah Umar Mengislamkan Pak Mughizi?

Salah satu yang menonjol dari Mbah Umar adalah senang menghormati tamu. Jika ada tamu yang datang, siapa pun orangnya, pasti akan merasakan cara Mbah Umar dalam ikromudl dluyuf memuliakan tamu.

Seandainya beliau ditanya tentang hobi, bukan tidak mungkin beliau menjawab begini,”Hobi saya terima tamu.”

Santri-santri Al-Muayyad zaman Mbah Umar, kemungkinan besar mengenal Pak Mughizi, seorang petugas listrik di wilayah Laweyan dan sekitarnya. Pak Mughizi ini sering datang ke pesantren untuk mencatatan meteran listrik, juga menagih bayaran listrik. Selain dikenal sebagai petugas listrik, para santri juga mengenal Pak Mughizi dengan identitas seperti ini: nonmuslim, China, celana pendek dan tidak bisa berbahasa Jawa Kromo atau halus.

Tahun-tahun itu, di masyarakat yang tradisinya homogen, monokultur, sering memunculkan prasangka. Tapi ini tidak berlaku pada Mbah Umar. Mbah Umar kerap mengajak Pak Mughizi berbincang di rumahnya atau di serambi pesantren. Santri-santri yang melihatnya tak jarang yang risi melihat Pak Mughizi ngobrol akrab dengan kiainya, seperti tanpa batas. Harap maklum, identitas Pak Mushizi tidak ada di dalam pesantren.

Obrolan Mbah Umar dengan Pak Mughizi ringan-ringan saja, tak jauh dari tema keluarga, aktivitas sehari-hari. Tak pernah Mbah Umar tanya agama, berdialog tentang keyakinan seperti intelektual-intelektual di kota-kota itu. Tapi tak disangka banyak orang, Pak Mughizi masuk Islam. Ya namanya hidayah, datangnya tidak bisa diotak-atik, termasuk logika yang paling canggih sekalipun. Teori kausalitas, sebab musabab, pun tidak mutlak dalam urusan hidayah.

Jika ada hanya mengira-ngira, menduga-duga. Seperti tafsiran orang, juga saya, Pak Mughizi masuk Islam karena kepincut akhlak mulia Mbah Umar, hanyalah dugaan, memperkiraakan semata. Apakah akhlak mulia Mbah Umar adalah kesengajaan berdakwah agar Pak Mughiz masuk Islam? Tidak ada yang tahu.

Ternyata tidak masuk Islam kan? Walhasil, tidak terlalu tepat jika ada pertanyaan, “Bagaimana Mbah Umar mengislamkan Pak Mughizi?” Setelah Masuk Islam Keluarga besar Pesantren Al-Muayyad menyambut dengan suka cita si mata sipit yang suka bercelana pendek dan bicaranya ngoko. Keseriusan Pak Mughiz masuk Islam, di antaranya ditandai dengan sunatan.

Pasca sunatan, Pak Mughizi tinggal di pesantren, agar keluarganya tidak direpotkan memelihara “burung” Pak Mughizi yang sedang terluka (zaman itu belum ada sunat pakai laser yang langsung sembuh). Selama proses perawatan burung, Pak Mughizi empat hari di Al-Muayyad, persisnya di kamar 4 pondok lama.

Setelah Mbah Umar wafat di tahun 1980, Pak Mughizi bertemua Mbah Umar dalam mimpi. Di dalam mimpi Mbah Umar meminta agar dirinya berangkat haji. Tidak mikir panjang-panjang, Pak Mughizi bergegas daftar haji. Mimpi tersebut diceritakan pada Hj. Shofiyah, istri Mbah Umar.

"Aku hendak berangkat haji, Bu Nyai. Kiai Umar yang minta. Saya minta doanya.” "Alhamdulillah. Jika tahun ini berarti bareng sama anakku." []

(Muhammad Shofy Al Mubarok, Khodam di pesatren Brabo, Grobogan, Jawa Tengah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar