Senin, 19 Desember 2016

Kang Komar: Siapa Pembela Alquran



Siapa Pembela Alquran
Oleh: Komaruddin Hidayat

SIAPA pun orangnya kalau hak milik yang sangat dicintai dan dihargainya dihina pasti akan tersinggung. Misalnya ada orang menghina famili, suku, agama atau kitab suci yang dimuliakannya, pasti dia akan tersinggung dan marah.

Hanya cara dan ekspresi kemarahannya berbeda-beda. Ada yang sangat emosional, ada yang sedang-sedang saja, atau mungkin malah ada yang balik menasihatinya dengan cerdas dan lemah lembut.

Bagi mereka yang biasa membaca karya tulis orientalis, sangat banyak dijumpai tulisan mereka yang mencerca, memfitnah serta merendahkan Nabi Muhammad SAW dan Alquran. Untung saja buku-buku itu tidak diakses dan dibaca oleh kebanyakan umat Islam sehingga tidak memancing kemarahan.

Di antara buku-buku itu terkesan ingin merendahkan citra Nabi  Muhammad dengan menyajikan cerita-cerita palsu yang dikemas secara rasional untuk meyakinkan pembaca. Jika mereka berhasil merendahkan Nabi Muhammad, implikasi lanjutan yang dikehendaki adalah untuk merendahkan dan tidak memercayai warisannya, terutama Alquran.

Jadi, kalau sosok pembawanya berhasil didegradasi, maka konsekuensinya Alquran yang disampaikan kehilangan kesahihannya. Menurun wibawanya.

Namun, uniknya, yang membela dan mengkritik balik karya orientalis yang menyudutkan Islam itu sebagian adalah juga orientalis Barat yang karena integritas keilmuannya mengoreksi kesalahan mereka. Dengan demikian, secara ilmiah historis yang ikut membela kerasulan Muhammad dan Alquran tidak dimonopoli oleh umat islam saja.

Di dalam Alquran Surat Al-Hijr (15: 9) dinyatakan, “Sungguh Kami  telah menurunkan Alquran, dan Kami pasti akan menjaganya.” Dalam ilmu tafsir, jika digunakan kata "Kami", berarti Allah melibatkan aktor lain. Mungkin sekali yang dimaksud adalah Rasulullah Muhammad dan orang-orang yang mengimani dan mencintai Alquran yang senantiasa menjaga kesucian dan kemuliaan Alquran.

Bagi orang-orang nonmuslim, kekaguman kepada Alquran adalah jika melihat orang-orang muslim berhasil membangun akhlak mulia dan peradaban luhur berkat pengamalannya terhadap isi Alquran. Makanya ketika Aisyah, isteri Nabi, ditanya, bisakah secara singkat digambarkan  bagaimana akhlak Rasulullah itu? Akhlaquhul quran. Alquran itulah akhlak Nabi.

Sosok pemimpin yang berhasil mengubah watak Umar bin Khattab yang semula beringas, penyembah berhala, dan tega mengubur hidup-hidup anak perempuannya berubah total menjadi pribadi yang amat sederhana, rendah hati, adil, tegas dan berwibawa. Yang mudah menangis melihat penderitaan orang lain dan ketika bersujud.

Dalam episode sejarah Islam, yang paling menonjol membela proses pewahyuan dan kompilasi Alquran adalah para sahabat Nabi. Tapi setelah Alquran utuh dan diabadikan dalam wujud mushaf/buku atau sekarang dengan teknologi digital, Alquran hadir menemui para penantang dan pembacanya tanpa ada pembelanya.

Sebagai mukjizat ilahi, Alquran sanggup membela dirinya sendiri, bahkan menaklukkan  lawan-lawannya sebagaimana Umar bin Khattab tergetar hatinya mendengarkan sentuhan Alquran lalu menyatakan memeluk Islam.

Bagi sebagian orang, justru Alquran yang menjadi penunjuk jalan dan pembela umat Islam agar menang menghadapi berbagai jebakan thaghut dan setan. Tapi, sekali lagi, jika ada orang yang menodai Alquran memang mesti diingatkan dengan cara yang simpatik, siapa tahu dengan begitu nantinya akan jatuh cinta dan mengimani Alquran.

Untuk memuliakan Alquran, cara terbaik adalah mengimani dan mengamalkannya agar menjadi manusia teladan (uswah hasanah) dan pembawa rahmat bagi lingkungannya. Menurut para pakar, generasi awal Islam maju dan disegani dunia karena mengamalkan Alquran yang membuahkan peradaban unggul pencerah zaman.

Tapi sekarang sebagian orang memilih-milih surat dan ayat sebagai legitimasi untuk membunuh orang sehingga muncul sinisme dan salah paham bahwa Alquran dianggapnya sebagai kitab penyebar kebencian, bukannya rahmat dan kasih sayang. []

Koran Sindo, 16 Desember 2016
Komaruddin Hidayat | Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar