Orang Baik Akrab dengan
Musibah?
Oleh: Muhamad Kurtubi
DALAM waktu dua hari setelah mudik dari
Cirebon, mobil dan motor teman saya dibawa kabur maling. Kini ia hanya meratapi
nasibnya. Kawanku yang lain pernah pula ditempa musibah yang cukup hebat. Juga
saya sendiri dan Anda pembaca sekalian. Akankah mereka tetap kuat??
“Kang, motor isun wingine ilang.” (Mas, motor
saya hilang dua hari yang lalu.)
“Ha!” jawabku kaget.
“Nembe bae sekie, mobil isun ilang” (baru
saja, mobilku hilang juga)
“Haaaaaaa….!!!!!”
Begitulah kawan sedaerah yang tinggal di
Ciputat ini menelpon saya saat kejadian kedua. Tak bisa dimengerti, dalam tempo
dua hari kendaraanya hilang begitu saja.
Motor GL MAX tahun 2005 hilang saat diparkir
di garasi rumahnya. Ketahuan, setelah ia datang dari kampung. Sedangkan mobil
barunya yang biasa untuk mengangkut komputer dagangannya dua hari berikutnya,
saat ia sendiri memarkir sebentar di kantin miliknya, samping UIN Ciputat.
Padahal ia sendiri hanya sebentar masuk ke dalam. Begitu ke luar mobil itu
kabur sendiri tanpa terdengar apa-apa.
Kini, ia hanya menunggu dalam ketidakpastian
apakah kendaraanya bisa kembali atau tidak. Yang jelas ia sudah melaporkan
kasus itu kepada polisi sektor Ciputat.
“Tolongin dong kang, punya orang pinter tidak
yang bisa menolong saya?”
“Maksude?”
“Ya barangkali bisa menolong secara hikmah”
“Wah kalau itu sih saya tidak tahu. Mungkin
kalau David Copperfield jadi datang ke sini, kita bisa minta tolong dia untuk
menyulap mobilmu kembali.”
“Bocah geblg!”
“Iyaa Mud isun turut prihatin atas musibah
sing menimpamu. Tapi yaa kepriben maning, isun bli bisa nulungi.”
“Kenen Mud, jare wong tua ning Crebon,
sumangsane wong dagang rumbah soun sambele tumplek, iku tandae bakalan
dagangane laris.”
Aku mulai menghibur.
(begini Mud, kata orangtua di Cirebon, kalau
ada tukang gado-gado sambel cairnya tumpah berantakan, maka itu pertanda baik
kalau dagangannya bakalan laku keras.)
“huhahahaha…” ia tertawa tertawa lepas.
***
Saya melihat kejadian ini betul-betul
mengagetkan. Kawanku yang dianggap orang baik-baik saja, terkena musibah
beruntun. Namun juga sepertinya musibah itu tidak mengenal apakah orangnya baik
atau buruk.
Namun secercah informasi dalam ajaran agama
(Islam) kita pun bisa memperoleh informasi bahwa orang baik itu bisa akrab
dengan musibah. Yang membedakan barangkali adalah bagaimana menyikapi musibah
itu sendiri.
Menyikapi Musibah
Yang paling ekstrim ada yang tega melakukan bunuh diri sedangkan yang paling bagus adalah bersabar.
Namun sesungguhnya Allah akan bersama dengan
orang-orang yang sabar ketika ditimpa musibah (QS. Al Anfal: 46, 66). Sedangkan
yang bunuh diri (tidak sabar) akan peroleh konsekwensi berat di akhe¬rat.
Diantaranya alat yang digunakan untuk membunuh dirinya akan hadir di akhirat
dan terus-menerus menyiksanya unlimit. (Lih. Sunan Al-Bukhory : 5333). Musibah
itu sendiri hakikatnya berasal dari Allah, karenanya dikembalikan kepadaNya
(Albaqarah: 156).
Dibalik musibah itu pasti terdapat hikmah
yang mendalam. Pertanyaannya, apakah hikmah dibalik musibah itu dan bagaimana
menyikapinya?
Musibah (cobaan) bermacam-macam jenisnya.
Misalnya yang biasanya bekerja lancar, kini di PHK; yang biasanya beroleh keuntungan 5 juta kini hanya 500 ribu; bahkan yang biasanya tidak pernah berhutang, kini menghadapi jeratan hutang hampir mencekiknya. Bahkan teman saya hilang kendaraan berhar-ganya dalam tempo yang singkat. Dampaknya orang menjadi stress, putus asa, resah dan gelisah. Kekuatan hati dan jiwanya merosot tajam. Padahal musibah itu bukan tidak selamanya adzab dari Allah, bahkan ia lahir dari tangan (kesalahan) dirinya (Arrum: 36; Asyuura: 30).
Manusia yang tenang-tenang saja ketika
ditimpa musibah bisa kita tiru. Mungkin ia menganggapp seba¬gai angin dari
Selatan. Dia meyakini angin Utara dan angin Barat akan bertiup berganti-ganti.
Kebangkrutan, kegagalan dan kekecewaan seberapa parahnya, dibawanya
tenang-tenang saja.
Gambaran orang yang kedua ini bisa jadi
karena jiwanya tersadarkan oleh kekuatan ilmu yang meruhani. Seringkali kalimat
yang terucap: “hidup bagaikan roda berputar”, “hidup tidak ubahnya gelombang
sinus dalam osciloscope” dst.
Musibah Identitas
Seorang mukmin senantiasa hidupnya dikelilingi oleh penyebab yang membuatnya ketar-ketir. Namun hal ini tidak lain karena Allah mencintainya. Sebagaimana sabda Rasulullah saw:
Artinya: “Seorang mukmin tidak pernah sepi
dari penyebab yang membuat hidupnya tidak dirasakan: “nama baiknya dirusak,
kebutuhannya terus-menerus membebaninya….. “
Nama baik yang dirusak meru¬pakan sebuah
cobaan yang cukup berat. Nama adalah identitas yang paling pribadi.
Musibah Menguji Kebaikan
Salah satu hikmah dari musibah itu sendiri adalah saat datang dan menimpa pada seorang hamba, tidak lain untuk menguji dan meningkatkan derajat kebaik¬an. Bukankah Allah akan terus menguji hakekat keyakinan (iman) hati seorang hamba terhadap Tuhannya (QS. Al Ankabut: 2).
Karenanya, boleh jadi orang yang tengah
ditimpa musibah dan cobaan semata-mata orang itu tengah dikaruniai suatu nikmat
atau suatu kebaikan. Sebagaimana Rasulullah saw bersabda:
قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ يُرِدْ الله بِهِ خَيْرًا
يُصِبْ مِنْهُ
Artinya: Rasulullah bersabda: “barang¬siapa
yang akan diberi kebaikan maka Allah berkehdak mem¬beri cobaan berupa musibah.”
(Soheh Al Bukhary. Hadits no. 5313)
Menurut Abu Abi Alharwi, maksud hadits
tersebut adalah diujinya seseorang dengan berbagai musibah yang menimpanya
semata-mata agar memperoleh pahala kebaikan. Adapula yang mengartikan bahwa
maksud hadits itu adalah untuk menampakkan suatu kebaikan maka ditimpalah
musibah pada seseorang. (Fatkhul Baari)
Musibah Diampuni Dosa
Hikmah berikutnya dari suatu cobaan adalah diampuni dosanya. Sebagaimana hadits Rasulullah yang didengar oleh Abu Ubaidah:
رسول
الله صلى الله عليه وسلم يقول : من ابتلاه الله ببلاء في جسده فهو له حطة “
Abu Udaidah mendengar Rasulullah saw
bersabda: “Barangsiapa yang diuji oleh Allah dengan suatu cobaan yang menimpa
badannya, maka itu adalah pengampunan dosanya.” (tafsir Al Qurthubi).
”
إذا
أحب الله قوما ابتلاهم فمن صبر فله الصبر ومن جزع فله الجزع “
“Jika Allah mencintai suatu kaum mereka
dicoba dengan musibah; apabila sabar dicap sebagai orang yang sabar, jika tidak
akan ditimpa kegelisahan.”
Musibah tak Terelakkan
Musibah juga merupakan cobaan yang akan terus menimpa orang-orang beriman seperti hembusan angin yang menerpa pepohoanan. Karena orang-orang beriman akan selalu diujicoba. Sementara orang munafik cobaanya lebih berat.
Dalam hadist yang lain, Rasulullah saw
bersabda: “Perumpamaan musibah yang menimpa orang mukmin itu seperti tanaman.
Tidak akan henti-hentinya diterpa angin. Sementara perumpamaan orang munafik
se¬perti batang pohon yang kuat dan tak bisa digoyang oleh angin sehingga harus
ditebang.” (Albayaan: 1580).
Wallahu a’lam. []
Sumber: Nuzhatul Majalis, Tafsir Al Qurthubi,
Tafsir Ibnu Katsir, Albayan (Alquran/Hadits digital), Fatkhul Baari, Soheh Al
Bukhary.
Muhamad Kurtubi,
Santri Pondok
Pesantren Buntet – Cirebon, lulusan MANU 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar