Hukum Baca Jahar pada Shalat Gerhana Bulan setelah Subuh
Ketika terjadi gerhana bulan, kita dianjurkan untuk melakukan ibadah shalat sunnah muakkadah gerhana bulan. Pada saat membaca Al-Quran di dalam shalat sunnah gerhana, kita dianjurkan melantangkan bacaan Al-Quran tersebut (secara jahar).
ومن صلى منفردا لم يخطب ويستحب الجهر بالقراءة في خسوف القمر والإسرار في كسوف الشمس جاءت به السنة أما الجهر في القمر ففي الصحيحين وأما الإسرار ففي الترمذي وقال إنه حسن صحيح وصححه ابن حبان والحاكم وقال إنه على شرط الشيخين والله أعلم
Artinya, “Orang yang shalat sunnah gerhana bulan sendiri (tidak berjamaah)
tidak perlu berkhutbah. Ia dianjurkan untuk melantangkan bacaan Al-Qur’an
(jahar) pada shalat sunnah gerhana bulan dan menyembunyikan bacaan bacaan
Al-Qur’an (sirr) pada shalat sunnah gerhana matahari sebagaimana tuntunan sunah
Nabi Muhammad SAW. Perihal bacaan jahar pada shalat sunnah gerhana bulan,
terdapat riwayat pada Bukhari dan Muslim. Perihal bacaan sirr pada sunnah
gerhana matahari, terdapat riwayat pada Shahih At-Tirmidzi. Menurut
At-Tirmidzi, kualitas riwayatnya perihal bacaan jahar adalah hasan shahih.
Riwayat itu juga dinilai shahih oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim. Kata Al-Hakim,
riwayat At-Tirmidzi perihal jahar itu shahih menurut syarat periwayatan Bukhari
dan Muslim. Wallahu a‘lam,” (Lihat Taqiyyiddin Al-Hishni, Kifayatul Akhyar,
[Beirut, Darul Fikr: 1994 M/1414 H], juz I, halaman 128).
Ketentuan bacaan jahar untuk shalat gerhana bulan dan bacaan sirr untuk shalat
gerhana matahari didasarkan pada sunnah Rasulullah SAW. Siti Aisyah RA
meriwayatkan bacaan Rasulullah SAW ketika shalat sunnah gerhana bulan:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَهَرَ فِي صَلَاةِ الْخُسُوفِ بِقِرَاءَتِهِ
Artinya, “Dari Aisyah RA bahwa Rasulullah SAW melantangkan bacaan Al-Quran pada
shalat sunnah gerhana bulan,” (HR Bukhari dan Muslim).
Syekh Nawawi Banten dari kalangan Mazhab Syafi’i menegaskan bahwa bacaan
Al-Qur’an pada shalat sunnah gerhana bulan bersifat lantang (jahar) meskipun
shalat sunnah gerhana bulan dilakukan setelah shalat Subuh.
ويجهر بالقراءة في خسوف القمر) إجماعا إن لم تطلع الشمس وهو فيها لأنها ليلية أو ملحقة بها إذا كانت بعد الفجر
Artinya, “(Seseorang membaca lantang pada shalat sunnah gerhana bulan)
berdasarkan ijmak ulama. Sekiranya matahari belum terbit, maka bacaan
Al-Qura’an pada shalat sunnah gerhana bulan tetap bersifat lantang (jahar)
karena ketika itu terbilang masih malam atau dikategorikan masih malam jika
shalat sunnah gerhana dilakukan setelah fajar (subuh),” (Lihat Syekh M Nawawi
Banten, Tausyih ala Ibni Qasim, [Beirut, Darul Fikr: 1996 M/1417 H], cetakan
pertama, halaman 87).
Dari pelbagai keterangan ini, kita dapat menyimpulkan bahwa bacaan shalat
sunnah gerhana bulan bersifat lantang atau jahar. Ketentuan ini berlaku baik
shalat sunnah gerhana bulan dilakukan pada malam hari sebelum shalat Subuh maupun
dilakukan setelah shalat Subuh. Wallahu a‘lam. []
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar