Kamis, 25 Juni 2020

Nasaruddin Umar: Kontemplasi Ramadhan (24): Keajaiban Silaturahim

Kontemplasi Ramadhan (24)

Keajaiban Silaturahim

Oleh: Nasaruddin Umar

 

Kata silaturrahim adalah sebuah kata yang sulit dicari padanannya di dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu, penggunaannya dipopulerkan menjadi bahasa Indonesia. Kata shilaturrahim tersusun dari dua kata, shilah berarti menghubungkan, to connect, dan rahim kasih sayang, unconditional love. Menjalin kasih sayang satu sama lain itulah hakekat silaturrahim. Menjalin silaturrahim bukan hanya dengan sesama manusia, atau sesama orang hidup, tetapi silaturrahim juga dilakukan dengan sesame makhluk (ukhuwwah makhluqiyyah), baik manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan atau benda mati (tapi ingat: Tidak ada benda mati dalam kamus Tuhan, "semuanya bertasbih"). Silaturrahim juga bukan hanya sesame orang hidup tetapi juga dengan keluarga dan handaitolan yang sudah mendahului kita.

 

Kematian bukan penghalang untuk bersilaturrahim. Allah Swt mengisyaratkan hal ini dalam ayat: esungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (Q.S. al-Ahdzab/33:56). Ayat ini menggunakan fi'il amr (yushallun) berarti silaturrahim kepada orang yang sudah wafat dapat dilakukan ketika sebelum wafat dan sesudah wafat sampai sekarang dan masa akan dating. Dalam banyak hadis juga menganjurkan kita untuk mendoakan orang yang sudah wafat. Kesemuanya ini menunjukkan bahwa kematian bukan alasan untuk menghentikan shilaturrahim. Kita sepantasnya selalu mendoakan orang tua, terutama bagi mereka yang belum sempat membalas budi baik orang tuanya semasa hidupnya. Percayalah usaha itu akan sangat bermanfaat bagi yang bersangkutan, sebagaimana diungkapkan di dalam beberapa ayat dan hadis.

 

Banyak hadis menjelaskan pentingnya silaturrahim. Salahsatu di antaranya, sebuah hadis pendek tetapi memiliki makna yang amat penting, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Kalimat tersebut ialah: Shilaturrahim memperpanjang umur. Pernyataannya yang lain, silaturrahim memperbanyak rezki. Dari kedua hadis ini tersirat sesuatu yang luar biasa, seolah-olah Allah Swt membukakan rahasianya kepada kita. Bukankah umur dan rezki menurut ayat dan hadis merupakan rahasia dan ditentukan langsung oleh Allah Swt. Ada orang kaya yang sakit berikhtiyar sampai keliling dunia mencari dokter superspesialis tetapi nyawanya tidak tertolong. Sementara ada orang miskin terdera cancer ganas bertahun-tahun masih tetap menjalankan aktifitas rutinnya. Ada orang mandi keringat setiap hari mencari rezki tetapi pendapatannya pas-pasan. Sementara ada orang sekali menggores tandatangan datang rezki bermiliar-miliar. Itulah pemandangan hidup yang ada di sekitar kita.

 

Nabi Sulaiman bersahabat dengan binatang dan ikan. Ia juga bersahabat dengan angin, jin, dan malaikat. Bahkan ia berguru kepada burung (Q.S. al-Naml/27:16). Mereka semua membantu menyelesaikan problem dan tantangan yang dihadapinya. Nabi Musa berguru dan berterima kasih kepada pohon (Q.S. al-Qashash/28:30). Sufi perempuan Rabi'ah al-'Adawiyah jega bersahabat dengan binatang buas dan burung liar, seperti halnya bisa kita saksikan kekhususan yang dimiliki oleh para pawing binatang buas. Imam al-Agazali, Ibnu 'Arabi di antara gurunya adalah roh nabi dan para auliya yang wafat jauh sebelum masa hidupnya. Nabi Muhammad memberi nama terhadap binatang peralatan sehari-harinya, seperti unta, kuda, cangkir, dan sisir. Ia juga mengajari kita memberi salam kepada rumah kosong dan kuburan. Halal bi halal adalah local product silaturrahim Indonesia yang kini mulai memasyarakat di Malaisia, Brunei, dan Singapura. Silaturrahim memberikan energy spiritual untuk lebih eksis dalam menjalani kehidupan. Yang tak kalah pentingnya untuk disimak ialah hadis Nabi: "Menjalin silaturrahim memperpanjang umur". Allahu a'lam. []

 

DETIK, 17 Mei 2020

Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA | Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar