Senin, 29 Juni 2020

Nasaruddin Umar: Kontemplasi Ramadhan (26): Keajaiban Berjamaah

Kontemplasi Ramadhan (26)

Keajaiban Berjamaah

Oleh: Nasaruddin Umar

 

Rasulullah Saw sangat menganjurkan umatnya untuk menjalin persatuan dan kesatuan dalam wujud berjamaah. Ia menegaskan berkah itu terletak di dalam suasana berjamaah (al-barakat fi al-jama'ah). Dalam suatu qaul juga dikatakan sinergi mendatangkan energi (al-ittihad yujad al-quwwah). Ini juga yang sering dipopulerkan oleh para ahli manajmen dengan istilah "The Poer of We". Dalam bahasa Al-Qur'an, we sepadan dengan nahnu, berarti kami atau kita. Kata ini menunjukkan kata jamak. Al-Qur'an dan hadis sangat menekankan kerja kolektif (jama'ah). Banyak sekali ayat menekankan pentingnya persatuan dan kesatuan dan melarang kita untuk bercerai-berai, antara lain: "Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya." (Q.S. Ali'Imran/3:103). Dalam ayat selanjutnya ditegaskan lagi: "Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat". (Q.S. Ali'Imran/3:105).

Ilustrasi kekuatan berjamaah dijelaskan dalam hadis bahwa perbandingan antara shalat sendiri-sendiri dengan shalat berjama'ah 1:27. Artinya 27 kali lebih utama shalat itu manakala dilakasanakan secara berjama'ah. Dalam hadis Nabi juga pernah diungkapkan bahwa doa yang dipanjatkan secara berjamaah lebih kuat daripada dua sendiri-sendiri. Bukan hanya dalam soal ibadah tetapi juga amala-amal sosial dianjurkan dilaksanakan dengan bejamaah, seperti makan berjamaah, kerja bakti berjamaah, dan lain sebagainya.


Shalat berjamaah sesungguhnya adalah lesson learning bagi orang yang ingin mencapai kesuksesan. Dalam shalat berjamaah ada seorang imam yang berwibawah memimpin shalat. Di belakangnya ada sejumlah makmum atau rakyat yang santun tetapi tetapmkritis. Antara imam dan makmum diatur oleh sebuah aturan dalam bentuk system yang disebut konsep keimaman (imamamh). Keseluruhannya berorientasi kepada suatu tujuan yang sama yaitu hanya untuk Allah Swt.
Kita sering menemukan keajaiban pada setiap suasna berjamaah. Suatu ketika Rasulullah Saw ketika ikut serta menggali parit (khandaq) sebagai benteng di Madinah, ia diundang seorang diri oleh seorang ibu untuk makan siang di rumahnya. Alangkah kagetnya sang ibu ketika Rasulullah juga mengundang sahabat-sahabatnya yang lain untuk ikut makan. Rasulullah menyampaikan kepada sang ibu untuk tidak perlu khawatir tidak cukup makanannya. Nabi mengambil alih belanga lalu dibagi-bagikan makanan itu kepada semua sahabatnya. Semua sahabat sudah kenyang tetapi masih tersisah sebagian makan di dalam belanga. Ini adalah sebuah keajaiban di dalam berjamaah. Yang sedikit dicukupkan oleh Allah Swt.


Arti lain dari berjamaah ialah bersinergi. Dalam ilmu kimia, sinergi antara satu zat dengan zat lain akan melahirkan zat lain. Sinergi berbagai elemen akan melahirkan power dan force yang luar biasa. Indonesia yang bersuku-suku bangsa dan dipisah-pisahkan oleh laut ternyata bisa mengusir penjajah karena kekuatan sinergi, "Santu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa", kemudian dibingkai dalam satu prinsip "Bhinneka Tunggal Ika". Tuhan yang Maha Kuasa pun "bersinergi", seperti ditemukan dalam beberapa ayat. Jika Tuhan menggunakan kata ganti jamak (Nahnu/We) untuk diri-Nya dalam suatu peristiwa maka itu artinya Tuhan melibatkan unsur lain di dalam terwujudnya peristiwa itu. Misalnya: "Inna Nahnu nazzalna al-dzikra wa inna lahu lahafizhun" (Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al-Qur'an dan Kami pula yang akan memeliharanya). Ini berarti ada keterlibatan pihak lain di dalam terwujudnya Al-Qur'an, seperti Jibril, Nabi Muhammad, dan kita sebagai umatnya agar keberadaan Al-Qur'an itu utuh dan terpelihara. Jika umat Islam di seluruh dunia yang kini mencapai 1,5 miliar kompak dan bersatu untuk membangun kemanusiaan dan peradaban maka sesungguhnya bisa melahirkan peradaban baru yang lebih manusiawi dan lebih mencerahkan. []

 

DETIK, 19 Mei 2020

Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA | Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar