3 Tanda Ikhlas
Menurut Dzun Nun al-Misri
Ikhlas adalah sesuatu
yang sangat mudah untuk diucapkan, namun sulit untuk dilaksanakan. Belum tentu
orang yang mengaku ikhlas, itu ikhlas. Mengapa? Karena orang yang mengetahui
apakah orang tersebut benar-benar ikhlas atau tidak adalah Allah. Bahkan, malaikat
dan setan pun tidak mengetahui perihal keikhlasan seseorang.
Dalam sebuah hadits
musalsal, Rasulullah ditanya tentang makna ikhlas. Lalu kemudian Rasulullah
bertanya kepada Jibril dan Jibril bertanya langsung kepada Allah. Dalam hadits
tersebut, Allah berfirman bahwa ikhlas adalah satu diantara banyak rahasia-Ku
(Allah) yang Aku titipkan di hati seseorang yang Aku cintai dari
hamba-hamba-Ku, yang tidak dapat dilihat malaikat untuk dicatatnya, dan tidak
juga terlihat oleh setan untuk dirusaknya.
Namun demikian, tidak
sedikit orang yang mengumpamakan sikap ikhlas dengan perumpamaan-perumpamaan.
Ada yang mengumpamakan ikhlas dengan akar pohon. Tidak terlihat, tapi tetap
bekerja dalam sunyi. Ia mengangkut makanan dari tanah sehingga sebuah pohon
menjadi besar, beranting banyak, berdaun lebat, berbunga, dan berbuah.
Ada juga yang
menamsilkan ikhlas dengan Surat Al-Ikhlas, surat ke-112 dalam Al-Qur’an. Nama
surat tersebut Al-Ikhlas, tapi di dalamnya tidak ditemukan kata ‘ikhlas.’ Ada
pula yang mengibaratkan ikhlas dengan gula pasir. Gula pasir memberikan rasa
manis pada teh sehingga disebut teh manis, bukan teh gula. Dan tamsil-tamsil
yang lainnya.
Betul, hanya Allah
yang mengetahui keikhlasan seseorang. Akan tetapi, seorang tokoh sufi besar
pada abad ketiga Hijriyah, Dzun Nun al-Misri, mengemukakan bahwa ikhlas
memiliki tanda-tanda. Dalam sebuah makalah –dalam kitab Al-Risalah
Al-Qusyairiyyah yang dikutip buku Sang Zahid: Mengarungi Sufisme Gus Dur, Dzun
Nun al-Misri mengatakan, ada tiga tanda keikhlasan seseorang. Pertama,
menganggap pujian dan celaan sama. Seseorang yang betul-betul ikhlas akan
bersikap sama ketika menerima pujian atau pun celaan. Ia tidak akan terpengaruh
karena dua hal tersebut. Baginya, apapun yang dilakukan adalah karena dan untuk
Allah.
Kedua, melupakan amal
baik. Suatu ketika Gus Dur pernah ditanya tentang makna ikhlas. Menurut Gus
Dur, ikhlas adalah seseorang bekerja untuk orang lain dan telah memberikan
kesenangan kepada mereka, namun seseorang tersebut telah lupa dan tak pernah
ingat telah melakukannya. Itu lah tanda seseorang ikhlas. Ia tidak pernah ingat
tentang apa yang telah dikerjakannya.
Ketiga, melupakan hak
amal baiknya untuk memperoleh pahala di akhirat. Tidak lain, orang yang ikhlas
adalah orang yang hanya menginginkan pahala amal di akhirat, bukan di dunia. Ia
tidak pernah mengharapkan imbalan atau balasan amal baiknya di dunia ini.
Dalam hal beribadah,
ikhlas menjadi sebuah kunci utama. Bahkan, Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari
dalam kitabnya Al-Hikam mengibaratkan amal ibadah seperti jasad fisik tanpa
nyawa. Sementara ruhnya amal ibadah adalah keikhlasan. Oleh karena itu, setiap
amal ibadah yang dilakukan dengan tidak ikhlas, artinya amal ibadah tersebut
mati karena tidak ada ruhnya.
“Amal bagaikan sosok
yang tegak (tanpa nyawa), dan nyawa-nya adalah keikhlasan yang berada di
dalamnya,” kata Syekh Ibnu Athaillah. []
(A Muchlishon
Rochmat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar