Kamis, 14 Maret 2019

(Buku of the Day) KH. A. Hasyim Muzadi Sang Peace Maker


Membaca Khazanah Pemikiran Hasyim Muzadi


Judul                : KH. A. Hasyim Muzadi Sang Peace Maker
Penulis             : Tasirun Sulaiman 
Penerbit            : Real Books, Yogyakarta 
Cetakan            : I, 2017
Peresensi          : Rosidi, pengurus Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Kabupaten Kudus, Pemimpin Redaksi Suaranahdliyin.com dan staf pengajajar MA. NU. Tasywiquth Thullab Salafiyah (TBS) Kudus.

Kecerdasan mantan Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH A. Hasyim Muzadi, baik dalam hal intelektual maupun organisasi, tidak ada yang meragukan lagi. Kiprahnya tidak sekadar di level nasional, bahkan internasional. 

Kesaksian akan khazanah dan kecemerlangan pemikiran-pemikiran KH. A. Hasyim Muzadi, itu antara lain ‘’terangkum’’ dalam buku apik karya Tasirun Sulaiman, KH. A. Hasyim Muzadi Sang Peace Maker.

Membagi dalam empat bagian, Tasirun Sulaiman mengawali bukunya dengan mengulas tentang ‘’Pergumulan Sang Peace Maker’’ (Bagian I), Pemikiran Sang Peace Maker di Pentas Nasional (Bagian II), Pemikiran Sang Peace Maker di Pentas Internasional (Bagian III) dan ditutup dengan ulasan mengenai Peran Sang Peace Maker dalam Menciptakan Perdamaian (Bagian IV). 

Dalam buku ini, penulis memaparkan betapa KH A. Hasyim Muzadi tidak meraih amanah memimpin PBNU secara sertamerta, melainkan dia menapaki memimpin Nahdlatul Ulama (NU) sebagai anggota GP Ansor dan di PMII. (Hal 3)

Tahun 1992, KH A. Hasyim Muzadi terpilih untuk memimpin PWNU Jawa Timur. Dan keberhasilannya memimpin PWNU Jawa Timur itulah, yang kemudian mengantarkannya sebagai Ketum PBNU dengan KH MA. Salah Mahfudh sebagai rais syuriyah. 

Selama memimpin organisasi NU, KH A. Hasyim Muzadi sangat sadar akan pentingnya membangun serta memperbaiki kondisi umat, tidak sekadar warga Nahdliyyin yang dipimpinnya, juga bangsa Indonesia secara keseluruhan. 

Maka baginya, banyak hal yang mesti mendapatkan perhatian dan lebih diberdayakan, baik dalam bidang pendidikan, perekonomian, organisasi harus dibangun dengan tangguh, dan budaya lokal sebagai ciri khas Nahdliyin harus dikuatkan sebagai kekuatan kultural. (Hal. 7)

Buku ini semakin menarik, karena mendedahkan berbagai ‘’kesaksian’’ tentang peran-peran penting yang pernah dilakukan oleh KH A. Hasyim Muzadi di level nasional maupun internasional, antara lain melalui forum Interfaith, menampilkan wajah Islam ramah di Inggris, hingga ‘’membela si Miskin di PBB, New York. []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar