Fazlur Rahman dalam Simposium (II)
Oleh: Ahmad Syafii Maarif
Sekalipun tidak bisa menangkap isi diskusi dalam bahasa Turki,
topik-topik yang dibicarakan sudah banyak yang tidak asing lagi bagi saya sebab
sebagian sudah disampaikan selama empat tahun kuliah di Chicago. Dari mimik
wajahnya tergambar bahwa semua pembicara Turki sudah memahami betul pemikiran
Fazlur Rahman, sehingga semua pertanyaan yang diajukan peserta diberi jawaban
yang jelas dan memuaskan. Artinya, selapis intelektual Turki telah mempelajari
pemikiran sarjana Pakistan ini secara sungguh-sungguh dan menilainya sebagai
sesuatu solusi yang segar bagi masyarakat Muslim negeri itu dalam berhadapan
dengan masalah modernitas kontemporer yang tidak sederhana. Dengan Fazlur
Rahman, kebuntuan sosio-kultural ingin diterobos.
Yang patut juga dicatat adalah semua karya Fazlur Rahman sudah
diterjemahkan ke dalam bahasa Turki, sehingga telah terbaca oleh sebagian
kalangan intelektual dan mahasiswa yang tidak sempat mengikutinya dalam bahasa
Inggris. Yang disayangkan adalah golongan ulama konservatif Pakistan telah
menghukum Fazlur Rahman sebelum membaca secara mendalam karya-karyanya yang
sangat serius dan metodologis.
Beberapa karyanya telah pula diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia, sekalipun masih perlu perbaikan terjemahan. Pun, telah ada pula
disertasi dan tesis tentang pemikiran Fazlur Rahman oleh sarjana Indonesia.
Mungkin, pengaruh Fazlur Rahman terasa lebih besar di Turki dibandingkan dengan
negeri-negeri Muslim lainnya. Dalam kajian Islam di Amerika dan Eropa,
pemikiran Fazlur Rahman sudah sangat diperhitungkan.
Bagi Fazlur Rahman, sebuah Islam yang tidak bisa memberi solusi
atas masalah-masalah kemanusian bukanlah Islam yang benar. Inilah kutipannya
yang terdapat di bagian akhir makalah saya: Kekhususan di samping
kegunaan/kepraktisan Islam dapat ditampilkan… melalui upaya yang jujur... untuk
membangun sebuah tatanan sosial berdasarkan etika di muka bumi. Jika Muslim
berjaya dalam tugas ini, dia akan melaksanakan èlan (semangat) Alquran dan
menyelamatkan kemanusiaan dari apa yang tampaknya tidak lain dari bunuh diri.
Sebaliknya, peluang tinggal sedikit baginya untuk berbuat, kecuali hanya
bermanja menurutkan kata hati dalam pemuasan diri dalam hal sepele dan
perkiraan, “semata-mata perkiraan tidak dapat menggantikan Kebenaran” (QS
al-Najm [53]: ayat 28). (Lihat Fazlur Rahman, Islam. Chicago and London:
University of Chicago Press, 1979, hlm 265).
Sepanjang bacaan saya, ini adalah pernyataan yang sangat keras,
penuh ilham, dan sarat tujuan yang pernah ditulis Fazlur Rahman tentang
tanggung jawab dan kewajiban sejarah seorang Muslim untuk menyelamatkan
kemanusiaan dari proses bunuh diri yang tragis berhadapan dengan modernitas
ateistik dan liar.
Karena makalah dalam bahasa Inggris yang tersedia hanya tiga,
seperti tersebut di atas, maka apa yang ditulis Ernest Wolf-Gazo tentang
sumbangan Fazlur Rahman tentang kehidupan moral pada awal abad ke-21 perlu
diturunkan di sini karena "sangat relevan", tulis Gazo. Dilanjutkan
bahwa "Rahman adalah seorang moralis dalam pengertian global dan juga
lokal." Dalam catatan autobiografinya, Fazlur Rahman, tulis Gazo, membuat
sebuah butir penting tentang kayakinan dasarnya: I am of the belief that
all religious traditions need consistent revitalization and reform." (Saya
punya keyakinan bahwa semua tradisi keagamaan memerlukan tenaga hidup baru dan
perbaikan yang terus menerus).
Menurut Gazo, Fazlur Rahman memang menghindari ungkapan revolusi
dan memilih konsep perbaikan, semata-mata berdasarkan tilikannya yang bijak
karena kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi sosial dan struktur kelembagaan
kultural "punya pusat perlawanan" dan rintangan-rintangan terhadap
perubahan dan tunduk kepada upaya-upaya beberapa generasi untuk mengubah nilai
keseluruhan sistem moral mereka sendiri yang simbolik. []
REPUBLIKA, 31 May 2016
Ahmad Syafii Maarif | Mantan Ketua
Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar