Membalas Penghormatan
Oleh: Komaruddin Hidayat
Jika ada orang memberikan penghormatan, sapaan atau
greeting, Alquran mengajarkan agar kita membalasnya
dengan balasan lebih baik, atau sedikitnya setimpal (lihat Alquran 4:86). Dalam Alquran
digunakan kata tahiyyah
yang artinya sapaan penghormatan yang kadang dihubungkan dengan kalimat doa.
Sebagaimana ucapan salam ketika bertemu teman atau memulai pidato.
Sapaan berupa greeting ini sifatnya universal. Bangsa manapun memiliki
formula ucapan yang populer dan baku. Makanya ketika kita berkunjung ke sebuah
negara, dianjurkan mengenal dan menghafal sapaan persahabatan ini.
Dalam bahasa Indonesia terdapat ungkapan, misalnya,
selamat pagi, selamat siang, selamat sore, selamat malam, selamat tidur,
selamat makan, dan lain sebagainya. Alquran
mengajarkan agar kita membalasnya dengan ucapan setimpal, atau lebih baik.
Biahsana minha aw rudduha. Tradisi ini sudah berlangsung lama di tanah air. Ketika
seseorang hendak memulai memberi sambutan atau pidato, umumnya diawali dengan
ucapan salam sesuai dengan tradisi yang berlaku.
Karena mayoritas rakyat Indonesia beragama Islam,
siapapun orangnya dan apapun agamanya, umumnya memulai pidatonya dengan Assalamu
'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh. Semoga keselamatan dan
berkah Allah terlimpah padamu. Para pendengar pun dianjurkan membalasnya.
Kalau saja penghormatan itu keluar dari hati yang
tulus, muncullah sebuah aura dan energi positif dan damai dalam majelis itu
sehingga mengusir emosi kebencian dan permusuhan, layaknya cahaya terang
mengusir kegelapan. Sebutan dan nama Allah sesungguhnya tidak ekslusif milik
umat Islam.
Ayah Nabi Muhammad saw. bernama Abdullah, menunjukkan
sebutan Allah sudah dikenal sebelum kerasulan Muhammad saw. Jadi, jika Allah
yang dimaksudkan adalah Tuhan pencipta semesta ini, semua agama akan
menerimanya.
Yang berbeda adalah konsep ketuhanan dan doktrin
keyakinan serta ritualnya. Jika ada orang non-Muslim mengucapkan salam atau
greeting yang lazim dipakai dalam tradisi Islam, bisa saja disikapi secara
positif. Berarti dia tertarik dan menghormati tradisi ajaran Islam. Dan lagi
tak ada larangan orang meniru terhadap tradisi yang baik.
Rasulullah itu diutus bukan saja mendoakan masyarakat
Arab yang kafir kala itu, bahkan juga mencintai dan membimbing mereka ke jalan
kebaikan dan keselamatan. Rasulullah selalu mendoakan kaumnya agar mendapat
hidayah Ilahi.
Rasulullah berdakwah dengan penuh kesabaran dan cinta
kasih. Jadi, satu di antara etika Alquran
bukan saja membalas penghormatan dengan penghormatan balik setimpal, melainkan
mendoakan dan berbagai kasih sebagai sesama hamba Tuhan.
Alquran secara tegas melarang membenci seseorang karena
alasan etnis, karena keragaman etnis itu ciptaan Tuhan, bukan rekayasa manusia.
Kita juga tidak boleh memusuhi orang karena berbeda keyakinan.
Lakum dinukum waliyadin. Bagimu agamamu, bagiku agamaku.
Nanti di akhirat Allah yang akan menimbang dan mengadili
keimanan dan amal kita masing--masing. Paling jauh yang kita minta dari sesama
kita adalah agar berbuat baik, jangan membuat kerusakan di muka bumi, dan
merampas hak-hak orang lain. Urusan iman biarlah Allah yang menjadi hakimnya.
[]
TRIBUNNEWS, 22 Juni 2016
Prof Dr Komaruddin Hidayat | Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar